14:30 WIB
Bel pulang sekolah telah berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas dengan hati senang, tentu saja hal ini yang paling di nanti setiap harinya.
Tak terkecuali dengan Alvin, akhirnya ia bisa terlepas dari mata pelajaran terakhir yang bikin mau muntah, pelajaran yang paling di benci hampir semua umat manusia, tak lain tak bukan matematika.
Pening, sangat pening kepala Alvin.
Buru-buru Alvin merapihkan mejanya dan bergegas ke parkiran belakang, keinginannya saat ini cuman ingin cepat sampai rumah dan merebahkan tubuhnya.
Tapi keinginannya terhambat ketika seorang perempuan menghalangi jalannya saat di parkiran belakang.
"Hai Vin, gw mau numpang motor lo dong plisss" Katanya sambil menunjukan cengiran handalannya.
"Huft" Alvin menghela nafas panjang, tertunda sudah bobo siangnya.
"Mau kemana?" Udahlah Alvin pasrah aja, dari pada di teror terus terusan.
Vira yang mendengar itu berjingkrak-jingkrak kesenangan 'akhirnya ga perlu keluar ongkos xixixi' kira kira begitulah suara hati Vira.
Alvin membuka jok motor merahnya ia memberi helm berwarna putih ke Vira, untung Alvin selalu membawa helm cadangan biasanya sih itu di pakai sama Maminya.
Setelahnya Alvin memakai helm hitam kesayangannya dan nyalahkan mesin motornya, ia keluarkan motor itu dari barisan motor motor lain, Vira juga yang sudah siap dengan helm putihnya segera menaiki jok belakang yang kosong.
"Mau kemana Viraa?" Tanyanya sekali lagi.
"Eumm, gatau hehe" Ya tuhan trus Alvin harus kemana kalau yang di antar tidak punya tujuan.
"Balik aja kalo gitu" Alvin ingin meng-gas motornya untuk pergi tapi omongan Vira lagi lagi menghambat.
"Jangan! Jangan balik dulu.... eummm anterin gue ke rumah Aurel aja deh" Jawabnya tampak mikir sejenak.
Alvin tak ambil pusing, hanya menjawab "hm, kasih tau jalannya" langsung meng-gas motornya keluar dari lingkungan sekolah.
Vira menarik ujung bibirnya beruntung Alvin tak banyak bertanya.
Di perjalanan langit mulai mendung, tujuan mereka masih lumayan jauh hal itu membuat Alvin jadi mempercepat laju motornya
"Pegangan Ra gue mau ngebut takut keburu ujan" katanya sedikit berteriak agar perempuan di belakangnya bisa mendengar suaranya.
"Ha?" Bukan Vira tak dengar hanya sedikit ngeleg, dia harus pegangan bagaimana? Astaga kenapa jadi akward sendiri.
"Ck lama" Tangan kiri Alvin menggapai tangan Vira untuk di letakan di pinggangnya, mau ia taro tangan Vira di pundak tapi takut terlihat seperti tukang ojek.
Vira sendiri tak bereaksi banyak, ia mencengkram kuat jaket yang di pakai Alvin.
Cuaca mendung di tambah laju motor yang cepat itu membuat angin dingin menusuk pori pori kulit Vira, sangat dingin di tambah lagi hujan yang sedikit demi sedikit mulai turun dari langit.
Vira semakin mengeratkan cengkraman di jaket Alvin, Alvin sendiri juga merasakan dingin yang amat luar biasa, kaca helmnya juga mulai tertutup oleh air hujan yang semakin banyak.
Hujan semakin deras di temani suara petir yang memengangkan telinga. Alvin terpaksa meneduh, terlalu berbahaya menerobos hujan yang di sertai petir ini.
Ia pinggirkan motornya di halte dekat situ, di lepas helm masing masing dan segera turun dari motor untuk meneduh di bawa halte bus itu.
Seragam mereka sudah sedikit basah, walau belum basah kuyup tapi tetap saja itu membuat efek ke badan mereka menjadi lebih dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvira ||Yangrinz
Teen Fiction"Dalam hidup, setidaknya kamu akan bertemu 1 atau 2 orang yang seperti senja. Indah, tak tergapai lalu hilang." Itulah yang di rasakan Vira saat bertemu Alvin, merasa semua yang berada di dalam diri Alvin spesial, indah, hangat, dan menyenangkan Tap...