Sekarang jam menunjukan pukul 20:00, Vira sendiri sudah berdiri di depan pagar rumahnya, tadi ia kembali dari rumah Aurel menggunakan bus. Sekarang hatinya gundah, ia ingin masuk kerumah tetapi ada yang membuatnya ragu.
Vira berdoa untuk kebaikannya sendiri.
'plis semoga mama papa udah pulang' doanya dalam hati.
Akhirnya Vira memberanikan diri untuk masuk kerumah, di dalam sangat sepi ia pikir apakah semuanya sudah tidur, tapi sangat tidak mungkin keluarganya tidur secepat itu.
Tak pikir panjang Vira lari ke kelantai 2 untuk menuju ke kamarnya, tapi langkahnya berhenti saat ia melewati kamar sang abang.
Pintu kamar abangnya terbuka di sambut sosok Mahen, sang pemilik kamar yang menunjukan senyum lembutnya.
"Eh adek abang udah pulang?" katanya memeluk tubuh sang adik, Vira tak membalas pelukan dari Mahen ia hanya diam membiarkan Mahen saja yang memeluknya.
Vira mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Mahen.
Mahen mengelus lembut rambut sang adik, mereka di posisi seperti itu cukup lama sampai akhirnya sebuah pertanyaan keluar dari mulu sang adik.
"Mama Papa mana Bang?" Hanya itu pertanyaan Vira.
"Mama chat Abang tadi, katanya mereka lembur mungkin pulang jam 11an" tentu bukan itu jawaban yang Vira harapkan.
Ia telan salivanya dengan susah payah seketika lehernya terasa sangat kering, tenggorokan Vira tiba-tiba sakit.
"Dek" panggil Mahen yang hanya di jawab deheman oleh Vira.
"Abang lagi ngelukis di dalam, Adek mau liat ga lukisan abang?" Tanya Mahen, tangannya masih setia mengelus surai Vira dengan kelembutan.
"T-tapi Bang Vira banyak tugas dan deadline nya besok" Jawabannya dengan sedikit gugup.
Hening untuk beberapa saat, tak ada lagi percakapan di antara keduanya. Sampai ketika usapan lembut tangan Mahen di rambut Vira berubah menjadi sebuah jambakan yang sangat kencang membuat kepala Vira mendongak.
Perih, itu yang dirasakan Vira sampai sampai ia merasa kulit kepalanya hampir copot, ia juga merasa beberapa helai rambutnya rontok akibat tarikan tangan Mahen.
PLAK!
Satu tamparan berhasil mendarat di pipi Vira, sekarang bukan hanya kepala yang terasa perih bahkan pipi Vira terasa kebas di buatnya.
Setetes air mata lolos terjun dari mata kucingnya, efek tamparan sang Abang tak main-main Vira yakin pipinya sangat merah sekarang.
"Abang gak suka kamu ngebantah ya Vira!" Teriakan sang abang menggema di seluruh penjuru rumah yang sepi. Vira takut dibuatnya, ia tak bisa apa apa sekarang pasrah adalah jalan tebaik.
Mahen dengan segala emosinya memaksa Vira untuk masuk ke kamarnya dengan cara di jambak, pusing adalah hal yang dirasakan Vira saat ini.
"Duduk" perintah Mahen dengan dingin, menyuruh Vira duduk di bangku dekat meja di kamarnya.
Tarikan tangan Mahen sudah lepas dari rambut wanita bermata kucing itu, Vira hanya mampu menunduk menunggu apa yang akan di lakukan Mahen selajutnya.
"Buka seragam kamu" perintahnya lagi masih dengan intonasi datar dan dingin.
Seperti yang di Vira bilang tadi pasrah adalah jalan terbaik di banding membantah akan membuat emosi Abangnya semakin memuncak.
Vira buka seragamnya, sekarang hanya menyisakan tank top putihnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvira ||Yangrinz
أدب المراهقين"Dalam hidup, setidaknya kamu akan bertemu 1 atau 2 orang yang seperti senja. Indah, tak tergapai lalu hilang." Itulah yang di rasakan Vira saat bertemu Alvin, merasa semua yang berada di dalam diri Alvin spesial, indah, hangat, dan menyenangkan Tap...