15. lembaran 3 dan 4

195 25 1
                                    

Keesokan harinya karena hari libur Rin bekerja sampai malam hari, saat pekerjaan nya selesai, dia pulang ke rumah dan baru saja Rin membuka pintu suara teriakan dan barang yang di lempar terdengar nyaring.

"Kamu pikir kamu doang yang capek? Aku juga capek" teriak ibu Rin pada ayah Rin.

"Alah, kamu itu selalu main keluar dengan teman mu, dari mana capek nya? Dasar tidak berguna" ucap ayah Rin.

Ibu Rin semakin emosi dan melemparkan piring, serpihan kaca itu sedikit mengenai Rin, Rin meringis, tapi Rin lebih memilih ke kamar dan menutup telinga nya.

"Kenapa ayah dan ibu selalu seperti ini?, rasanya aku lelah" gumam Rin bersembunyi di balik selimut sambil menutup telinganya rapat-rapat.

Setelah beberapa saat suara itu berhenti, Rin mencoba keluar dari kamar dan turun ke bawah, lantai benar-benar berantakan, Rin mengambil alat pembersih dan mengambil serpihan kaca itu.

Saat Rin selesai sae pulang dan hanya menatap Rin dalam diam, Rin juga tidak terlalu memperdulikan hal itu dia merapihkan tempat itu.

Sae duduk di sofa dan memakan makanan nya sendirian tidak membantu adik nya membersihkan kekacauan itu, Rin sudah biasa akan hal itu.

Kemudian ibu Rin keluar dari kamar dan menghampiri sae dengan senyum hangat "kamu udah pulang, gimana latihannya, anakku?"

"Latihan berjalan lancar" ucap sae sambil memakan makanan milik nya.

Rin yang masih memeriahkan serpihan kaca di lantai menatap Saw dan ibunya dengan iri, Rin sama sekali belum pernah di perlihatkan senyum sehangat itu, atau pun di panggil dengan lembut.

Rin kemudian pergi keluar dan membuang sampahnya, tiba-tiba dia mendengar suara anak kucing, Rin mendekati anak kucing itu dan mengelus nya.

"Lucu nya, kamu seperti nya terawat, aku harap kamu tidak kelaparan" gumam Rin sambil menghela nafas.

Kemudian anak kucing itu pergi ke semak-semak Rin sedikit mengikuti anak kucing itu, ternyata anak kucing itu menghampiri induknya, Rin tersenyum tipis.

"Kucing itu sangat menyayangi anak nya, rasanya aneh aku iri dengan kucing itu, kapan ya ibu akan baik pada ku?" Gumam Rin dan memalingkan wajah nya.

Keesokan harinya saat Rin pulang ke sekolah, dia pulang ke rumah, dan melangkah masuk baru saja Rin masuk ke dalam rumah, Rin sudah mendapatkan sebuah tamparan.

"Rin, kenapa nilai mu turun?" Ucap ayah Rin

Rin hanya diam, dia tidak bisa menjawab, kalau pun Rin menjawab hasil nya tetap sama.

"Dasar anak bodoh, kalau orang tua bicara itu jawab, bukan diam" teriak ayah Rin dan menampar pipi Rin lagi.

Perih dan panas tapi Rin tidak bisa berbuat apa-apa dia hanya bisa diam, ayah Rin yang melihat itu melotot ke arah Rin.

"Kenapa bisa saya punya anak seperti mu, andai saja yang lahir itu Rey kembaran mu, mungkin saya tidak akan mempunyai anak bodoh seperti mu" ucap ayah Rin.

"Ayah pikir aku mau? Kalau kematian bisa di tukar dari dulu Rin ga akan mau lahir di keluar ini" Rin mengatakannya sambil mengeluarkan air matanya

Ayah Rin mendorong Rin hingga jatuh ke lantai "berani nya kamu menjawab saya, di mana sopan santun mu? Saya tidak pernah mengajarkan mu seperti itu"

"Mengajarkan? Apa ayah ajarkan pada Rin? Ayah ga pernah melakukan itu " nada bicara Rin sedikit meninggi

Suara tamparan keras cukup terdengar Rin meringis "anak kurang ajar, kamu benar-benar tidak sopan, ikut saya"

Rin di seret ke dalam kudang, dan selanjutnya kalian tahu apa itu.

Setelah puas melakukan hal itu pada Rin, ayah Rin keluar dari gudang "besok dan nanti malam, kamu ga dapat jatah makan"

Ayah Rin keluar, sae yang melihat Rin seperti itu hanya diam tidak perduli "makanya Rin, jangan bodoh" ucap sae dan pergi dari sana.

Rin meringkuk di lantai sambil kesakitan dan terisak diam-diam "sakit, Tuhan kenapa aku di perlakukan seperti ini? Aku juga tidak mau di lahirkan jika aku tidak di inginkan, kalau saja takdir kematian bisa di tukar aku pasti sudah menukarnya dengan Rey" ucap Rin sambil menangis.



Saat sore hari Rin tetap pergi bekerja demi dia bisa makan setidaknya, setelah selesai bekerja Rin duduk di taman dan bertemu kenyu

"Kak kenyu? Baru pulang?" Ucap Rin ramah

Kenyu tersenyum "iya nih Rin, kamu pakai masker, jangan bilang mereka melakukan itu lagi?"

Rin hanya mengangguk dan kenyu tersenyum pahit dan memberikan roti pada rin "thanks kak"

"Sama-sama kalau butuh bantuan kamu datang aja ya, dan ini udah malam sebaiknya kamu pulang "

Kata-kata di jawab dengan anggukan kepala Rin, kemudian kenyu pergi Rin membuka bungkus roti itu dan memakan rotinya.

"Kapan ya kak sae bisa kayak kak kenyu?" Gumam Rin sambil mengunyah rotinya

"Aku ngomong apa si? Kalau gitu aku ga ada bedanya dengan kak sae, ayah atau pun ibu" Rin tertawa menyedihkan, dan dia memutuskan untuk pulang saja.



























Aku bakal jelasin sedikit, jadi Rin itu sebenarnya punya kembaran tapi karna suatu alasan dia meninggal, dan itu bakal aku bahas di chapter berikutnya itu juga menjadi penyebab Rin di benci, anw thanks for support guys, ini chapter terakhir sebelum aku ga on seminggu karna bakalan ujian, buat kalian yang ujian juga semangat yaa💘💘 -C

ILLUSION [rinsagi] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang