"Jadi beneran, Lo udah jadian sama Anca?" Ucap Timi setelah mendengar semua cerita dari Jeje perihal kemarin.
Jeje menganggukkan seraya tersenyum, "beneran, Timi! Lo gak percaya masa?" Ujarnya.
"Gue gak nyangka, sih!" Seru Rania sedikit heboh, lantaran perasaan Jeje yang sudah lama terbenam sekarang sudah terbalaskan.
"Gak sia-sia perjuangan lo selama ini, Je. Selamat ya!" Ucap Jean tersenyum kecil,
"Hahaha, gue juga gak nyangka gue bakalan ada di fase ini. Aaa- seneng banget!" Ujar Jeje yang tak henti-hentinya senyum.
"Eh iya, kalian pulang sama siapa deh kemarin? " Tanya Jeje kepada Jean dan Timi.
Timi menatap Jean, "gue sih, sama abang gue" ujar Timi mengedipkan sebelah matanya.
"Ekhem? " Celetuk Rania pura-pura batuk seperti kode. Lalu melirik Timi kemudian melirik Jean penuh arti.
Jean tersenyum sendiri, lalu menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal. "Gue? Bareng Reihan" Ucapnya terlihat santai.
"Sumpah?" Seru Rania, "berarti bener kan? ada dia disana, kemarin. " Lanjutnya.
Jean mengangguk, "iya, dia nonton juga katanya" Ucapnya,
"Tapi kalian inget gak sih? Reihan kan pernah deket sama adik gue pas smp, tapi semenjak sma kan gak pernah ketemu lagi. Nah, kemarin dia bilang kalo dia kangen sama Sisi" lanjut Jean menceritakan tentang kemarin.
"Eh, dia masih inget sama Sisi?" Tanya Timi
Jean mengangguk, "iya" jawabnya
"Ini kangen adiknya apa kakaknya nih?" Jeje menaik-naikan alisnya menggoda temannya.
Jean tersenyum tertahan, sedangkan Timi juga menggodanya "cie-cie" ujar nya.
"Setelah Jeje, kayaknya bakalan ada yang jadian juga deh" ujar Rania sambil mengetuk dagunya dengan jari telunjuknya.
Jean tersenyum malu malu, "apa sih! gak sejauh itu juga, kali" ucapnya malu malu.
"Gila! Kalian ninggalin gue. Gue masih sendiri gini" seakan tersadar satu hal Timi berucap, ia sendiri pikirnya yang masih tidak mempunyai kekasih.
"Tim, lo gak sendiri kok. Bukalah matamu selebar dunia ini~" ucap Jeje dengan senandung di ujungnya. Lagu yang menurutnya cocok dengan keadaan Timi saat ini.
Timi cemberut sebal, tiba tiba kepalanya seperti di tindih dengan lengan besar dan berat. Ia mendongak, "IHH! LEPAS DEH" teriaknya kesal.
Pelakunya melepas lengannya, namun tetap di rangkul di leher Timi seperti memeluk kuda."Cepetan deh, lo buronan lagi di cari polisi" ucapnya,
"IHH APASIH RAYN!" teriak Timi yang berusaha melepaskan tangan Rayn dari lehernya.
"RAYN LEPASIN GUE!" teriak Timi tapi tak di hiraukan oleh Rayn.
Ia tetap menarik Timi dengan tangannya yang di leher Timi, sampai di depan ruang guru baru ia lepaskan. Sepanjang jalan semua mata tertuju kepada mereka berdua, tak heran. Mereka memang seperti itu.
"Bangsat lo!" Ujar Timi yang merapihkan rambutnya yang berantakan karena ulah Rayn.
"Gue di suruh manggil bendahara sama bu Ayu" ucapnya santai sambil sedikit tertawa melihat keadaan Timi yang berantakan.
"Lo kan juga bendahara!" Ucapnya kesal.
Yap! Rayn memang bendahara kedua, setelah Timi. Mereka berdua di pilih oleh teman sekelasnya. Padahal sebenernya, Timi tidak mau jadi bendahara. Tapi tetap di pilih karena voting.

KAMU SEDANG MEMBACA
Panemorfi
Teen FictionPanemorfi, dalam bahasa yunani artinya indah. Sebagaimana Panemorfi, empat gadis di dalam cerita ini akan mengukir kisah remaja mereka seindah mungkin. Masa masa yang tidak akan pernah terulang kembali. Timi Carletta, Rania Zaviera, Jeddie Daelia...