Begitu Daniel membukakan pintu depan untuk Jungkook, dia sudah menarik pergelangan tangan Jungkook, masuk ke ruang tamunya, dan membimbingnya menuju sofa.
"Kau akan menceritakan semuanya dan tak menyisakan sedikitpun, oke?" Dia menegaskan, matanya berseri-seri dengan kegembiraan dan keingintahuan yang luar biasa.
Jungkook tak bisa menahan tawa, bergeser di tempat duduknya untuk merasa nyaman sebelum ia mulai bercerita.
"Tunggu, aku bahkan tidak mendapatkan segelas air? Aku baru saja tiba di Seoul, dasar kau brengsek"
Daniel memutar bola matanya, terlalu tidak sabar untuk menuruti permintaannya.
"Kau sudah pernah ke Venesia dan New York dalam waktu dua minggu, percayalah Kook, kau sudah minum banyak sekali air untuk membuatmu tetap bersemangat. Sekarang apa kau akan mulai bercerita? Aku menjadi gelisah disini"
Jungkook menghembuskan napas, menggelengkan kepalanya. Beberapa tahun yang lalu, ia dan Daniel hanyalah rekan satu tim, nyaris tidak berteman, tapi sekarang, Daniel telah menjadi satu-satunya teman yang dapat ia percayai untuk curhat dan hanya untuk satu tujuan ini? Jungkook merasa sangat bersyukur.
"Darimana aku harus memulai?" Jungkook menggoda, mengusap-usap jemarinya yang bertato di atas kain sofa yang lembut.
"Yah!" Daniel merengek frustrasi, membuat kedua anak laki-laki itu secara bersamaan tertawa terbahak-bahak.
"Kau bisa mulai dengan memberitahuku jika kalian pernah berhubungan seks"
Daniel berkata, dan mata Jungkook langsung terbelalak.
"Apa!? Apa kau sudah gila?"
Daniel mengangkat bahunya "Apa? Maksudku, kalian melakukan hal lain selain berpegangan tangan, kan? Tolong jangan bilang hanya itu yang kalian lakukan sepanjang waktu, karena aku benar-benar akan kecewa dan menangis sekarang"
"Ugh" Jungkook mencemooh, menatap lantai di bawah kakinya. "Yah, kita memang berciuman beberapa kali, dan sekarang aku hanya punya satu permintaan pada Tuhan"
Daniel langsung bersemangat mendengar ucapan Jungkook, "Ciuman? wah itu pertanda baik. Jadi, apa maksudmu permintaan pada Tuhan?"
Jungkook mengalihkan pandangannya dari lantai, dan menoleh ke arah temannya. "Astaga Seokjin sangat baik, pria itu benar-benar sangat mempesona! Sepertinya, aku tak percaya kau benar selama ini, dia adalah salah satu pria paling tampan yang pernah kulihat—"
"Tunggu," Daniel menyela, memotong Jungkook di tengah kalimat, "Salah satu yang paling tampan? atau yang paling tampan dari semuanya?"
Alis Jungkook melengkung, saat ia memalingkan wajahnya ke samping. Dia mendengus, "Yang paling tampan"
Daniel terkekeh lucu. "Sudah kuduga, tolong selalu katakan fakta dengan benar" goda Daniel. "Jadi, selain kalian berdua menjalani hubungan kalian perlahan, apa kau keberatan untuk memberitahuku apa yang kau minta pada Tuhan sekarang?" Dia menambahkan lebih lanjut.
Jungkook mengernyitkan hidungnya, memutuskan untuk tidak membocorkan informasi tersebut saat ini. "Aku akan memberitahumu nanti, saat aku sudah yakin dengan apa yang kuinginkan" katanya.
Daniel mengangguk setuju, "Baiklah, aku akan selalu ada disini untuk mengingatkanmu dengan 'sudah kubilang'," candanya.
Mereka berdua menghabiskan waktu bersama sepanjang hari, sebelum akhirnya Jungkook mengucapkan selamat tinggal untuk kembali ke penthouse.
Setibanya kembali di rumah Kim Seokjin, Jungkook terkejut melihat pria itu berada di dapur, mengenakan baju tanpa lengan, rambut disisir ke belakang, dan celemek di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's The Man | Jinkook ✔️
FanfictionJeon Hyewon, entah bagaimana berhasil meyakinkan adik laki-lakinya yang sangat mirip dengannya untuk menggantikan posisinya menikahi tunangannya selama beberapa hari. Bagaimana selanjutnya? Buku ini terjemahan dari buku berjudul sama karya @leahs_ar...