Dia salah.
Jungkook salah besar, itulah satu-satunya pikiran yang ada di benaknya saat ia berjalan kembali ke penthouse pada dini hari, angin sejuk menerpa bibirnya yang merekah dan rambutnya yang panjang saat ia bergerak. Dia telah berhasil mengeluarkan hasratnya sesuai dengan yang direncanakan, keluar lebih dari sekali tapi tentu saja tak dapat dibandingkan dengan berapa kali dia membuat kekasihnya membasahi seprai di bawahnya.
Dia seharusnya merasa luar biasa! Jika 'luar biasa' adalah kata yang terlalu berlebihan untuk menggambarkan perasaannya, maka mungkin 'bagus'? Tapi dia benar-benar merasa seperti sampah dan dia tidak tahu kenapa. Jantungnya berdegup kencang tak terkendali di dalam dadanya dengan setiap langkah yang diambilnya mendekati penthouse, dan dia tak dapat menemukan apa yang sebenarnya membuat kecemasannya begitu memuncak sampai-sampai dia berdiri dan menarik napas panjang begitu dia tiba di teras depan.
Jungkook menghela napas, memandangi dirinya sendiri di permukaan kaca yang memantulkan cahaya sebelum membuka pintu. Jika ada satu hal yang ia syukuri, maka itu adalah bagaimana Kim Seokjin selalu memiliki kebiasaan yang sederhana dalam dirinya dengan membiarkan pemanas ruangan menyala setiap malam sebelum tidur. Dia menggigil ringan dan saat diselimuti oleh kehangatan rumah, dia merasa tenang, tapi tidak terlalu lama.
Sepatunya terlepas di depan pintu jauh lebih cepat dari yang ia rencanakan saat ia melihat sekeliling rumah. "Tidak mungkin dia masih ada di rumah," bisiknya dalam hati saat ia disambut oleh kesunyian rumah yang luas itu. Tanpa membuang waktu, ia langsung melewati ruang tamu dan menuju ke kamar tidurnya.
**********
Hari sudah sore ketika Jungkook akhirnya membuka matanya, perutnya keroncongan saat ia berguling-guling di tempat tidur, meraih ponsel di sampingnya, ia melihat jam tanpa menghiraukan notifikasi yang muncul di layar ponselnya, termasuk panggilan tak terjawab dari kekasihnya. Turun dari tempat tidur dengan lamban, ia mengenakan sweater oversize dan hanya menyisakan celana boxer di baliknya, ia tidur dengan ekstension rambutnya yang belum dilepas sehingga itu tak akan menjadi masalah saat ini.
Dengan mengantuk ia berjalan keluar dari kamar tidurnya tanpa peduli dengan lingkungan sekitar dan langsung menuju dapur. Mengisi perutnya yang keroncongan adalah satu-satunya tugas yang dia pikirkan saat ini.
Dia telah menghabiskan cukup banyak waktu di sana dan makanan yang lezat telah tersaji di hadapannya, membuatnya tersenyum penuh kemenangan. Sambil meletakkan piring di atas meja, ia menarik kursi untuk duduk, namun saat melihat sosok yang terpaku di dekat pintu, napasnya tercekat. Dia akhirnya melihat sekilas pria yang berdiri di dekat pintu masuk menatapnya dengan keterkejutan yang jelas terlihat di wajahnya.
Mulut Jungkook ternganga, tenggorokannya terasa kering dan anggota tubuhnya semakin lemas setiap detiknya. Itu dia, Kim Seokjin yang berdiri di sana dengan hanya mengenakan celana pendek hitam, rambut yang sedikit basah karena mungkin habis mandi dengan tetesan air yang membasahi dadanya yang telanjang, dan handuk yang dikalungkan di lehernya.
Jungkook menelan ludah.
Selama beberapa menit mereka hanya saling menatap satu sama lain, tanpa ada keinginan untuk berbicara. Jungkook merasakan seluruh dirinya akan runtuh, karena keterkejutannya. Dia tak menyangka Kim Seokjin ada di rumah, dia juga tak menyangka akan melihat pria itu tanpa pakaian untuk pertama kalinya. Berbicara tentang pakaian, seluruh kakinya terekspos, dia tidak repot-repot menutupinya karena mengira hanya dia yang ada di rumah
"Hyewon?"
Dia mendengar Seokjin berkata akhirnya, membuatnya berkedip ke arahnya.
Luar biasa!
Jungkook sudah bergidik memikirkan cara untuk menjelaskan dirinya, demi Tuhan dia tak ingin menghabiskan seluruh hidupnya di balik jeruji besi, dia tak bisa menangani hal seperti itu terjadi padanya. Dia sudah bisa membayangkan berita utama:
SEORANG PENIPU YANG TERTANGKAP BASAH DI KEDIAMAN ORANG YANG PALING DICINTAI DI NEGARA INI.
Matanya terpejam dalam ketakutan.
Dia membuka mulutnya untuk berbicara atau mungkin memohon? Tapi dia gagal berkata-kata.
Sialan!
"Umm, aku tak tahu kau ada di rumah," Seokjin memulai lagi, "Kau tidak pulang ke rumah semalam, jadi kupikir kau mungkin ada di rumah orang tuamu. Semoga semuanya baik-baik saja?" Saat Seokjin berbicara, dia terus menatapnya dengan tatapan yang tak tergoyahkan, matanya menyapu seluruh tubuhnya dan menatap pahanya yang terbuka, sedikit lebih lama dari yang direncanakan.
Jungkook menelan ludah, kesadaran diri mulai muncul saat ia berjalan di belakang salah satu kursi makan dengan harapan melindungi dirinya sendiri, "K-kau sudah pulang?" ia tergagap, jantungnya berdegup kencang di telinganya.
Seokjin hanya bersenandung, masih tak bisa menggerakkan kakinya yang entah bagaimana seperti terpaku di lantai "Kau-um kau baik-baik saja?" dia gugup juga dan itu terlihat jelas "Kau lapar?" tanyanya mencoba membuat situasi menjadi tidak terlalu canggung, yang membuatnya mendapat anggukan tegang dari Jungkook.
"Aku bisa saja membuatkanmu sesuatu jika kau memberitahuku" mulutnya dengan cepat membentuk huruf 'o' begitu kata-kata itu keluar dari mulut Seokjin. "Benar, kau pun tak tahu kalau aku ada di rumah," ucapnya lagi sambil menyisir rambutnya yang basah dengan jemarinya.
***********
Dan begitu saja mereka akhirnya duduk berseberangan sambil melahap makanan yang dibuat Jungkook, tentu saja dengan pakaian yang pantas sekarang. Jungkook telah menawarkan untuk membuatkannya sepiring makanan juga setelah mengingat betapa brengseknya dia di hari sebelumnya.
Seokjin bergegas ke kamarnya dan begitu pula dia, keduanya muncul beberapa saat kemudian dengan pakaian rumah yang layak yang akhirnya membuat mereka makan malam bersama.
"Apa ibumu baik-baik saja?" Seokjin bertanya, memecah keheningan yang memekakkan telinga. Keheningan yang bahkan sebuah peniti kecil teejatuh pun bisa terdengar jelas.
Jungkook berdehem. Dia tak bersama ibunya, tapi dia tak akan mengatakannya, kenapa tidak membiarkan Kim Seokjin berpikir seperti itu agar tak perlu menjelaskannya? "Dia baik-baik saja," katanya sebelum menyumpal mulutnya dengan makanan.
"Dan adikmu?"
Sendoknya jatuh ke lantai dalam sekejap dengan suara benturan keras yang membuatnya tersentak kaget "Maaf, maaf, itu s-salahku," ia tergagap membungkukkan badannya ke bawah untuk mengambil sendok itu meskipun Seokjin mencoba menghentikannya tapi tidak berhasil.
"Kau baik-baik saja?"
"Ya! Aku baik-baik saja," Jungkook segera menimpali sambil melambaikan tangannya ke udara, "aku baik-baik saja" dia menelan ludah.
Seokjin menatapnya cukup lama sebelum memberinya senyuman kecil, "baiklah jika kau bilang begitu"
Selanjutnya, sepanjang makan malam berlalu dalam keheningan dengan Seokjin yang terkadang mencuri-curi pandang ke arahnya dan Jungkook yang tidak dapat membalas kembali tatapannya, sebagai catatan dia bahkan tidak berusaha melakukan kontak mata. Tidak hari ini. Tetapi dengan kata-kata berikutnya yang keluar dari mulut Kim Seokjin, ia terpaksa menatap pria itu dengan mata membelalak dan cemas.
"Dimana cincinmu, Hyewon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
She's The Man | Jinkook ✔️
FanfictionJeon Hyewon, entah bagaimana berhasil meyakinkan adik laki-lakinya yang sangat mirip dengannya untuk menggantikan posisinya menikahi tunangannya selama beberapa hari. Bagaimana selanjutnya? Buku ini terjemahan dari buku berjudul sama karya @leahs_ar...