Jungkook menggulingkan tubuhnya dari kekasihnya dan melepaskan kondom yang sudah terisi dari penisnya yang sekarang sudah tidak keras lagi, lalu melemparkannya ke tempat sampah di samping tempat tidur.
"Itu luar biasa" ucap Lisa terengah-engah, sambil menatap langit-langit.
Jungkook tertawa kecil dan berusaha turun dari tempat tidur, tapi Lisa dengan cepat menghentikannya dengan meraih lengan kirinya yang bertato dan menariknya kembali ke arah dirinya.
"Dan kau pikir kau mau kemana? Kita belum selesai di sini" suaranya yang menggoda segera membuat darah panas mengalir kembali ke kejantanan Jungkook.
Dia membalikkan posisi mereka, sekarang Lisa berada di atasnya dengan mengangkangi pinggulnya.
Lisa menjerit dan menggigit bibir bawahnya.
"Kau seperti wanita jalang" katanya.
"Dan kau menyukainya" Lisa mengedipkan mata.
"Kau tahu apa yang harus dilakukan, sayang?"
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia menggerakkan tangannya ke arah laci atas di samping tempat tidur dan mengeluarkan sebuah kondom. Bungkusnya bersentuhan dengan giginya saat dia merobeknya, sambil tetap menatap kekasihnya yang sedang asyik meremas-remas pipi pantatnya yang lembut, tak lupa memberikan cubitan kecil pada puting payudaranya.
Dia meraih penisnya di tangannya dan mulai menggeser karetnya ke bawah.
"Siap?"
Jungkook memukul pantatnya "Seharusnya aku yang bertanya padamu"
Dia tertawa, yang dengan cepat berubah menjadi desahan bernada tinggi saat dia menurunkan tubuhnya ke bawah.
"Ya ampun! Kau sangat besar"
Jungkook mengerang dengan seringai di bibirnya.
Dia memegang erat pinggang kecilnya, dan mulai membantingnya ke bawah, dengan kecepatan yang membuat keduanya sampai pada klimaks mereka dengan cepat.
Jungkook dan Lisa adalah pasangan paling populer di kampus. Mereka telah menjalin hubungan lebih lama dari yang bisa diingat oleh siapa pun, mereka adalah tipe pasangan yang putus-nyambung sehingga sulit bagi siapa pun untuk benar-benar mengawasi hubungan mereka secara akurat.
Jungkook adalah pusat perhatian di seluruh sekolah, seorang siswa dengan nilai A, pemain basket yang luar biasa, dan pria yang atletis dengan tubuh yang sempurna dan rambut pirang keemasan. Dia dapat dengan mudah membuat rok terbang tanpa harus melakukan terlalu banyak hal, karena dia sangat diinginkan oleh kedua jenis kelamin, meskipun dia benar-benar akan meninju jenis kelamin yang sama jika mereka mencoba mengatakan sesuatu padanya. Sama seperti saat ia meninju Choi Taeho tanpa ampun ketika ia berani memberinya bunga mawar di Hari Valentine. Maksudku, hal macam apa itu? Dia sangat straight dan dia menuntut seluruh sekolah untuk mengetahuinya.
Di sisi lain, Lisa menjadi bahan pembicaraan di seluruh kota. Seorang 'ratu' yang populer dan terkenal sebagai anak bungsu dari keturunan chaebol. Dia dimanja habis-habisan oleh kedua orangtuanya yang tinggal di luar negeri, dia tak perlu meminta dua kali untuk mendapatkan mobil Tesla dan gadget terbaru yang baru saja dirilis. Dia tak membutuhkan seorang pria untuk memanjakannya karena dia bisa dengan mudah mendapatkannya.
Sejujurnya, begitulah awal mula hubungannya dengan Jungkook. Jungkook bukan berasal dari keluarga kaya, mereka bahkan tak bisa disebut 'kaya' tapi mereka berkecukupan dan merasa nyaman dengan hidup mereka. Lisa hanya butuh perhatian dan mungkin banyak seks, dan Jungkook menawarkannya, maka terjadilah hubungan mereka. Dalam hitungan waktu, entah bagaimana mereka mulai mengembangkan perasaan aneh satu sama lain.
"A-aku akan keluar Kook"
Jungkook menariknya ke dadanya saat ia bergidik puas merasakan kehangatan yang menyembur keluar dari Jungkook memenuhi karet yang ada di dalam dirinya.
*********
Lampu kamera menyorot dari berbagai sudut studio saat ia berpose. Suara siulan terdengar serta bisikan dan tawa dari para staf wanita yang hadir di lokasi syuting.
"Mari kita istirahat sepuluh menit!"
Sutradara pemotretan berteriak dan membuat semua orang menghela napas lega.
"Anda luar biasa Tuan Kim, mari kita lanjutkan setelah istirahat" sang fotografer memuji modelnya untuk hari itu dan mendapatkan anggukan kecil dari pria tersebut.
"Baiklah, lihatlah itu"
Jimin berjalan ke arah temannya dengan senyum licik yang terpampang di wajahnya.
"Belajarlah untuk lebih sering tersenyum di belakang layar, itu akan membuat orang lebih mudah mendekatimu. Beberapa saat yang lalu aku dengan sabar menunggu untuk melihat apa kau akan memenggal kepalanya karena memujimu, tapi kau tak melakukannya. Jadi, teman baikku, kau membuat kemajuan yang sangat besar."
Dia mengejek "Aku tak ingin didekati oleh siapa pun, Jimin, percayalah, kau sudah lebih dari cukup."
Jimin tertawa, "Kau selalu saja brengsek."
"Yah jangan lupa bajingan ini adalah bosmu, dan apa kau membawakanku kopi?"
"Tentu saja"
Jimin memberikan secangkir kopi yang baru diseduh padanya sambil duduk di salah satu kursi yang tersedia.
"Tabletku?"
Jimin baru saja akan menanggapinya ketika seorang staf wanita dengan takut-takut berjalan ke arah mereka.
"Ehm, m-maaf Tuan Kim, bolehkah saya merapikan riasan Anda, Tuan?"
Jimin melihat wanita itu berkeringat saat berbicara. Dia mengumpat terkadang sahabatnya itu terlalu berlebihan.
Dia melangkah maju untuk menyelamatkannya seperti yang selalu dia lakukan.
"Dimana Mia? Yang bertugas merias wajahnya?"
"Dia ada keperluan mendadak, Tuan, dan dia pergi dengan tergesa-gesa. Rupanya tak ada seorang pun di lokasi syuting yang bersedia menggantikannya, jadi dia memohon padaku."
"Hmm aku ingin tahu kenapa" ucap Jimin sambil mengusap dagunya.
Seokjin memelototinya.
"Baiklah, dan kau adalah?"
"Sunny, nama saya Sunny, Tuan."
Jimin memberikan tatapan meminta maaf pada temannya. Entah bagaimana dia mengatakan padanya dengan matanya untuk tak terlalu keras pada wanita itu.
"Baiklah Sunny... Aku rasa kau bisa melanjutkannya" Jimin memberitahukannya sambil tersenyum...
Ia melangkah maju dan meletakkan peralatan riasnya di atas meja di depan mereka, yang di atasnya terdapat cermin besar dengan lampu yang berkilauan. Sebelum ia mengambil kuas dan bedak yang sangat dibutuhkan.
Sunny berani bersumpah bahwa ia bahkan tak bisa bernapas dengan baik saat berdiri di depan Jin. Pria itu dingin. Dia memancarkan aura mengintimidasi yang membuatmu sulit untuk tidak bersimpuh di kakinya dan menyembahnya. Kehadirannya di sebuah ruangan membuat bulu kudukmu berdiri tanpa sadar, dia bukanlah orang yang mengerikan, tapi dia juga bukan orang yang paling menyenangkan. Dia agak terlalu tertutup bagi siapa pun untuk memahaminya sepenuhnya. Sialnya, pria itu bahkan jarang sekali berbicara dengan orang lain.
Dan itu sering membuat orang bertanya-tanya dan terus-menerus bertanya pada diri sendiri bagaimana Park Jimin yang benar-benar berlawanan dengan dirinya, bisa berhasil meruntuhkan tembok dinginnya dan menjadi sangat dekat dengannya.
Tetapi fakta yang paling menarik dari semua itu adalah pria itu sangat tampan. Seorang pria tampan dengan bahu lebar yang tak perlu melakukan apa pun kecuali bernapas dan kau akan langsung lemas hanya dengan menatapnya.
Ini sangat tidak adil. Dia memiliki semuanya dan itu menjengkelkan.
Ini dia chapter 1 nya 😊
Selamat baca, semoga suka ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
She's The Man | Jinkook ✔️
FanfictionJeon Hyewon, entah bagaimana berhasil meyakinkan adik laki-lakinya yang sangat mirip dengannya untuk menggantikan posisinya menikahi tunangannya selama beberapa hari. Bagaimana selanjutnya? Buku ini terjemahan dari buku berjudul sama karya @leahs_ar...