Sembilan tahun setelahnya...
"Bangun, Wony. Jam sekolah sudah berakhir." tegur salah satu murid di sana, membangunkan gadis yang telah tertidur lelap sepanjang jam pelajaran.
"Wonyoung!" panggil murid itu sambil menggoyang-goyangkan tubuh Wonyoung hingga terbangun dari tidurnya yang lelap di atas meja belajar.
Wonyoung mendongak, menatap sekitarnya, lalu menguap mengantuk. "Jam berapa ini?" tanya Wonyoung.
"Sudah pukul dua lewat dua puluh. Kamu mau sampai kapan tidur di sini?" ujar murid itu.
Gadis mengantuk itu menggelengkan kepalanya. Segera menegakkan tubuhnya karena terasa sakit setelah tidur ditempat yang tidak empuk. "Terima kasih sudah membangunkan aku," ucap Wonyoung kepada murid itu.
Murid itu mengangguk, berbalik badan dan melangkah keluar dari ruang kelas itu. Sedangkan Wonyoung masih terdiam ditempat duduknya, menatap kosong papan tulis yang penuh dengan rumus matematika.
Gadis mengantuk itu menghela napasnya panjang. Ternyata ia telah tertidur selama jam pelajaran terakhir. Tetapi mengapa tidak ada yang membangunkannya saat jam pelajaran berlangsung? Duh, kepalanya sudah terasa pusing, apalagi disuruh bangun dan mengerjakan soal matematika, semakin tambah pusing.
Gadis mengantuk yang bernama Wonyoung itu segera bangun dari tempat duduknya, membereskan alat-alat tulis di atas meja belajarnya yang lumayan berantakan.
Setelah memasukkan semua barangnya kedalam tas ransel berwarna biru miliknya, Wonyoung segera pergi keluar dari ruang kelas yang rasanya sangat menyebalkan itu. Wonyoung tidak begitu menyukai sekolah. Tempat yang membosankan untuknya.
Gadis itu duduk di halte bus rute 7 di Sunsetz City, menunggu bus datang.
Kejadian sembilan tahun yang lalu kembali terlintas di kepala gadis itu. Itu adalah mimpi Wonyoung saat tertidur di kelas tadi. Lebih tepatnya, ia selalu memimpikan hal yang sama, setiap hari. Tidak pernah memimpikan hal lain semenjak kejadian lama itu. Padahal Wonyoung berpikir bahwa hal tersebut tidak terlalu penting baginya, tetapi terus terbawa mimpi sampai sekarang. Ia sudah berusia 16 tahun sekarang, tetapi tetap saja masih tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh mimpi itu, seakan-akan ia tidak boleh melupakannya.
Bus telah datang. Wonyoung beranjak dari duduknya dan segera masuk kedalam bus. Bus itu tampak sepi, sedikit saja penumpang didalam sana. Wonyoung memilih untuk duduk disamping jendela bus. Ia sangat menyukai duduk paling ujung karena dapat memandangi jalanan dari dalam.
Saat bus itu hendak jalan, terlihat seorang laki-laki berseragam sekolah berteriak dari luar untuk menghentikan bus itu. Wonyoung yang melihatnya pun juga ikut menyahut ke sopir bus untuk menghentikan bus berjalan. Sopir bus segera menghentikan bus dan membuka pintu bus itu dan membiarkan laki-laki yang berteriak tadi naik. Bus pun kembali berjalan.
Laki-laki berseragam sekolah itu berjalan menghampiri Wonyoung dan duduk disampingnya. "Terima kasih telah menghentikan bus untukku." ucap laki-laki itu.
Wonyoung balas mengangguk. Kembali menatap jalanan dari dalam jendela.
Sesekali Wonyoung melirik ke arah laki-laki yang duduk disampingnya. Laki-laki itu menggunakan seragam sekolah dari sekolah yang sama dengannya. Wonyoung menjadi sedikit penasaran dengan laki-laki disampingnya, mengetahui bahwa Wonyoung tidak pernah melihat sosok itu di kawasan sekolahnya. Dan juga, laki-laki itu terlihat seumuran dengannya.
"Kalau boleh tahu, kamu dari kelas berapa? Aku tidak pernah melihatmu disekolah kita." Laki-laki itu yang bertanya duluan. Ternyata mereka memikirkan hal yang sama.
"Aku juga. Mungkin karena aku jarang keluar kelas." jawab Wonyoung.
Laki-laki itu mengangguk. Gadis disampingnya tidak menjawab pertanyaannya.
Hening sejenak. Wonyoung kembali sibuk menatap jalanan diluar sana. Ia tidak begitu peduli dengan pertemuan ini.
"Aku Park Sunghoon, dari kelas 11B."
Wonyoung menoleh. "Jang Wonyoung, dari kelas 11D."
"Mungkin kamu jarang terlihat karena kelasmu ada di paling pojok, Wonyoung." Sunghoon tersenyum setelah mengatakan itu, lalu kembali menatap depannya.
Wonyoung hanya tersenyum tipis sebagai jawaban.
Wajah laki-laki yang bernama Sunghoon itu terlihat familiar bagi Wonyoung. Rasanya seperti pernah melihat wajah itu di beberapa tempat. Apakah laki-laki itu artis terkenal? Ah, mungkin hanya mirip sekilas saja.
"Tidak salah lagi," gumam Sunghoon sembari menatap ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweater Weather - Jangkku
FanfictionJangkku (Sunghoon X Wonyoung) Sinopsis: Kisah tentang seorang gadis berusia 16 tahun yang terus bermimpi hal yang sama. Hingga sesuatu saat, gadis itu bertemu dengan seorang laki-laki yang seusia dengannya. Bertemu dengan orang baru itu adalah hal b...