7

152 13 2
                                        

Setelah sampai di SMA Enha, Wonyoung tidak langsung pulang ke rumahnya. Sekarang gadis itu sedang duduk berdua di kantin sekolahnya bersama temannya, Yujin.

“Bagaimana rasanya pergi ke tempat kerajaan?” tanya Wonyoung kepada Yujin.

Yujin menghela napasnya. “Membosankan.” jawabnya.

“Kalau aku sih menyenangkan di sana.”

“Yah, curang. Seharusnya aku juga memilih pergi ke museum di bandingkan kerajaan.”

“Mungkin membosankan karena kerajaan yang kamu datangin bukan kerajaan yang berasal dari kota ini.”

“Hah? Ada-ada saja.” Yujin tertawa.

Wonyoung tiba-tiba saja teringat sesuatu. Lalu, ia mengeluar kamera kecil kesayangannya dari ransel birunya, lalu menyalakan kamera itu. Yujin yang penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Wonyoung pun bertanya, “Ngapain? Mau foto?”

“Boleh-boleh saja sih. Tapi aku mau menunjukkan sesuatu.” jawab Wonyoung.

“Apa itu?” tanya Yujin penasaran.

Dengan segera Wonyoung mencari-cari foto hasil potretnya saat berada di museum beberapa waktu yang lalu. Foto lukisan yang menarik perhatian Wonyoung di dekat pintu Exit.

“Lihat lukisan ini. Aneh, bukan? Masa ada lukisan dua orang yang wajahnya mirip dengan aku dan Sunghoon.” ujar Wonyoung kepada Yujin.

Dengan penasaran, Yujin mendekat untuk melihat jelas isi foto di dalam kamera milik Wonyoung.

Dahi Yujin berkerut karena bingung. “Hah? Apa maksudmu? Tidak ada lukisan sama sekali di sana, hanya tembok putih yang kosong.” ujarnya kebingungan.

Wonyoung sangat terkejut mendengar pernyataan Yujin barusan. Bagaimana caranya di penglihatan Yujin tidak ada lukisan sama sekali di foto itu? Sedangkan Wonyoung bisa melihatnya dengan sangat jelas lukisan aneh tersebut.

“Eh, lupakan saja.” ujar Wonyoung, lalu mematikan kameranya dan memasukkannya kembali ke dalam ransel birunya.

Tak lama kemudian, Sunghoon menghampiri mereka berdua.

“Eh, Wonyoung, aku duluan ya. Dadah!” pamit Yujin tiba-tiba, sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Wonyoung, lalu meninggalkan Wonyoung dan Sunghoon berdua di sana. Sudah jelas sekali, Yujin pasti sudah melihat postingan anonim itu.

Wonyoung mengalihkan pandangannya ke arah Sunghoon yang sedari tadi sudah berdiri di hadapannya sambil tersenyum. “Ada apa?” tanya Wonyoung.

“Ayo, kita pulang.” ajak Sunghoon sambil menjulurkan tangannya kepada Wonyoung yang masih duduk di depannya.

“Tapi, bukankah bus di rute 7 masih lama datangnya?” tanya Wonyoung.

Sunghoon menggaruk kepalanya yang tidak gatal, batal menjulurkan tangannya. “Eh, maksudku, ku antar kamu pulang dengan motorku. Apakah kamu mau?” tawar Sunghoon.

Wonyoung terkekeh. “Baiklah. Aku mau.”

Mendengar Wonyoung menerima tawaran itu, membuat Sunghoon kembali menjulurkan tangannya kepada Wonyoung. Dengan senang hati, gadis itu menerima tangan itu dan berdiri. Lalu mereka berdua jalan menuju ke tempat parkir sambil bergandengan tangan, mengabaikan sorakan-sorakan histeris murid-murid yang ada di sana.

Tapi, di setiap banyaknya sebuah kejadian yang terjadi, pasti ada saja satu atau dua orang yang tidak menyukainya. Seperti murid perempuan yang bernama Kim Gaeul, teman masa kecil Park Sunghoon.

Semenjak Sunghoon kenal dengan Wonyoung, Gaeul menjadi semakin jarang berinteraksi dengan Sunghoon, teman yang ia sukai. Karena hal itu Gaeul tidak menyukai Wonyoung. Bahkan ia mulai membenci gadis itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweater Weather - JangkkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang