Angin malam yang sejuk menusuk kulit seorang gadis berusia 16 tahun. Gadis itu sedang berdiri di tengah jalan kota. Sendirian. Tidak ada siapa-siapa di sana. Tidak ada kendaraan yang berlalu lalang seperti biasa. Hanya ada cahaya lampu jalanan yang membuat kedua mata gadis itu terasa silau. Ia kedinginan.
Tempat itu tampaknya habis dibasahi oleh air hujan yang deras. Semen aspal terlihat berair. Cahaya lampu gedung-gedung kota membuat pemandangan menjadi indah. Gadis itu tersenyum tipis melihatnya, mengabaikan rasa kedinginan yang menghantui seluruh tubuhnya.
Hangat. Kedua pundaknya terasa hangat seketika, seperti ada yang memasangkan mantel dipundaknya. Gadis itu menoleh kebelakang. Matanya membesar seperti terkejut.
"Ketemu."
Anak laki-laki yang ia temui saat sembilan tahun yang lalu sedang berada dibelakangnya, tersenyum. Gadis berusia 16 tahun itu hendak menggapainya, tetapi anak laki-laki itu sudah berbalik badan terlebih dahulu dan lari menjauhinya.
"Tidak, jangan pergi!" teriak gadis itu ketika melihat anak didepannya tadi lari meninggalkannya.
***
Alarm berdering dengan keras disamping telinga Wonyoung yang sedang tertidur lelap di ranjang empuknya. Gadis itu terbangun dan segera mematikan jam alarm yang berbunyi diatas nakas kecil samping ranjangnya.
Setetes air mata keluar jatuh dari kedua mata gadis itu. Ia menangis. Air mata itu keluar semakin deras setiap detik waktu berjalan. Gadis bernama Wonyoung itu terus menangis.
"Kenapa aku menangis?" tanya Wonyoung kepada dirinya sendiri. Ia bingung. Entah kenapa perasaannya sekarang seperti sedang kehilangan seseorang. Perasaan yang tidak enak untuk dirasakan. Ia terus menangis dan menangis. Hingga jam alarm diatas nakas menunjukkan pukul 06.05. Wonyoung harus segera mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Beberapa waktu kemudian, Wonyoung telah sampai di ruang kelasnya, 11D, ruang kelas yang terletak di paling pojok lantai dua gedung sekolah. Kaki Wonyoung terasa lelah ketika melangkah menuju ke ruang kelas tersebut. Ruang kelas itu jauh sekali dari pandangan kebanyakan orang. Kelas yang jauh, juga kelas yang dipandang buruk oleh mayoritas. Murid-murid yang suka berbuat onar selalu berasal dari kelas itu. Tak pelak lagi jika jarang sekali murid yang berbeda kelas mengunjungi kelas keramat itu.
Gadis dengan ransel biru di punggungnya melangkah maju menuju bangkunya yang terletak di paling belakang dekat jendela kiri. Gadis itu selalu menyukai duduk paling belakang yang berdekatan dengan jendela, agar senantiasa tidak terganggu dan terus bisa menatap pemandangan alam yang indah dari dalam jendela. Hal itu dapat membuatnya relaks dan mengusir rasa bosannya saat sekolah.
Bel sekolah telah berbunyi, menandakan bahwa jam pelajaran pertama akan dimulai.
Wonyoung segera mempersiapkan buku mata pelajaran yang akan dipelajari dari tas ranselnya. Walau ia tidak begitu menyukai sekolah, gadis itu tetap tidak ingin memiliki nilai yang buruk, atau ia akan mengecewakan kedua orang tuanya dan pihak sekolah, karena selama bersekolah di sekolah yang sedang ia tempati ini, Wonyoung tidak pernah berbuat masalah. Mungkin karena itu saat pelajaran matematika kemarin berlangsung, tidak ada yang membangunkannya saat tertidur pulas di atas meja belajar.
Sudah lewat satu menit, tetapi guru juga tidak kunjung masuk. Jarang-jarang Wonyoung sudah siap belajar di pagi hari.
Kelas 11D yang terletak dipojokan itu terlihat sengat kacau, sudah seperti kebun binatang yang tidak diurus. Murid-murid di dalam sana ribut sekali, padahal sudah jam belajar. Wonyoung sudah terbiasa dengan hal itu.
Tak lama kemudian, guru yang ditunggu-tunggu telah masuk. Semua murid di dalam sana senyap seketika. Bukan. Bukan karena melihat ibu guru IPS itu masuk, tetapi karena melihat seorang gadis yang berjalan mengikuti guru IPS dari belakang. Gadis itu terlihat seperti berandalan, rambutnya pendek, berponi pendek, tubuhnya tinggi, mengenakan jaket kulit dan sepatu kulit, dan sedang mengunyah permen karet didalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweater Weather - Jangkku
FanfictionJangkku (Sunghoon X Wonyoung) Sinopsis: Kisah tentang seorang gadis berusia 16 tahun yang terus bermimpi hal yang sama. Hingga sesuatu saat, gadis itu bertemu dengan seorang laki-laki yang seusia dengannya. Bertemu dengan orang baru itu adalah hal b...