Cegil & Cogil

7.3K 88 0
                                    

Brak... Seorang siswa menggebrak meja saat susana kelas yang hening karena sedang diadakan ulangan harian, cowok itu tanpa menghiraukan guru yang berada di depan kelas langsung berjalan keluar, ia membanting pintu dengan kasar. Farida selaku guru yang mengajar di kelas itu hanya menggeleng kecil melihat kelakuan anak pemilik sekolah itu.

Namanya Edward Zenuardi , putra sulung dari Lucas Zenuardi pemilik dari yayasan Zenscool, sekolah elit paling populer di wilayah itu, jadi tidak heran kalau guru di sekolah itu pun tidak berkutik dengan semua tingkah Edward.

Tidak lama setelah Edward keluar dari kelas, sebuah pengumuman membuat siswa di kelas itu paham kenapa Edward seperti itu, pengumuman itu mengatakan bahwa istri dari pemilik sekolah meninggal dunia, sehingga sekolah dibubarkan dan diharapkan semua siswa untuk dapat ikut melayat ke rumah duka.

Setelah mendengar pengumuman itu Farida selaku guru yang mengajar di kelas X.1 mengarahkan muridnya untuk bersiap-siap pergi melayat, beliau juga menyarankan untuk membeli setangkai mawar putih sebelum pergi ke pemakaman.

"Boleh gak klau aku gak pergi?" Seorang cewek berkacamata bertanya pada teman sebangkunya. Nama gadis itu Meira Vionaluzard, gadis cantik berlesung pipi dan bermanik hazel. Gadis itu memelas menatap teman sebangkunya yang bernama Alika Dwiprahasto, anak sekaligus cucu satu-satunya keluarga Dwiprahasto yang masuk dalam jejeran keluarga berkuasa di sana.

"Ya bebas sih, lagian gak bakal ada yang marah, tapi masalahnya Edward kan teman sekelas kita, jadi agak gimana ya kalau gak ikut" Jawab Alika. Gadis itu paham kenapa Meira tidak ingin pergi, karena sejak tiga tahun lalu pemakaman adalah tempat yang paling tidak ingin ia datangi.

"Gapapa Ra, udah saatnya berdamai kan, kasian juga mereka gak pernah lu jenguk sejak dikebumikan, udah saatnya lu sendiri yang ngantar bunga buat mereka, mereka pasti juga ingin ngeliat lu" Alika mengusap punggung Meira memberikan sedikit keyakinan untuk gadis itu bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Gue cuma takut kalau tempat pemakamannya sama dengan pemakaman mereka, gue belum siap" Meira menatap Alika nanar.

Alika yang tau kekhawatiran sahabatnya itu ikut sedih melihat bagaimana Meira yang belum juga berdamai dengan tragedi tiga tahun lalu yang merenggut nyawa kakaknya dan kedua orangtuanya, Kehilangan orang yang disayang memang sangat menyakitkan, namun melihat Meira yang juga kehilangan semangat hidupnya sejak kejadian itu juga membuat Alika bersedih.

"Gapapa Meira, nah ayo kita siap-siap" Alika melirik teman-temannya yang lain, kemudian ia memanggil seorang cowok.

"Digo" panggil Alika pada salah seorang cowok yang sedang mengobrol dengan temannya.

"Iya kenapa Lika?" Tanya cowok bernama Digo itu, lelaki itu merupakan teman akrab Edward.

"Gue sama Meira nebeng boleh gak, gw males bawa mobil, lagian mending tebeng-tebengan gak sih biar gk terlalu banyak kendaraan, nanti macet" Jelas Alika.

"Boleh sih, emm tapi Meira mau gak ikut bareng kita, mobil gue juga lumayan isinya, ada Angga, Manda, gue, sama Monik" Digo menjelaskan, karena hampir semua penghuni sekolah itu tau bahwa Meira sangat pendiam dan tertutup, ia jarang berbaur dengan orang lain, sehingga banyak yang segan dengannya.

"Aman" Ucap Alika meyakinkan Digo.

"Yaudah ayo, langsung berangkat aja kita" Ucap Digo.

"Ayo Ra, kita nebeng Digo sama yang lain" Alika menggamit tangan Meira dan mengikuti Digo dan teman-temannya.

"Loh tumben nebeng, biasanya mobil sendiri, mobil lu dijual ya?" Ledek cowok jangkung berjaket abu-abu itu. Namanya Angga Renggana, ia juga merupakan teman akrab Edward. Mereka terkenal dengan sebutan trio Dollar karena kekayaan keluarga mereka.

Cegil Vs CogilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang