Cegil & Cogil

2.2K 61 0
                                    

Tiga hari berlalu sejak pemakaman nyokap Edward, dan selama itu pula Meira dan Edward tidak terlihat di sekolah, Edward tentu saja masih berduka atas kepergian nyokapnya. Sedangkan Meira, gadis itu terbaring lemas dengan tangan yang dipasang infus akibat seharian menangis dan tidak ada satupun makanan yang ia konsumsi sejak pulang dari pemakaman nyokap Edward. Sehingga ia harus menjalani rawat jalan.

Sebenarnya hari ini Meira sudah ingin sekolah karena merasa tubuhnya sudah mendingan, namun dokter pribadi keluarganya melarangnya untuk bersekolah dulu, sebab kondisinya masih belum stabil. Dan disinilah ia sekarang, berbaring malas di atas kasur sambil menonton Netflix.

"Meiraa" Suara nyaring Alika terdengar menggema hingga ke kamar gadis itu. Tidak lama pintu kamarnya terbuka, Alika menyembulkan kepalanya sambil cengengesan. Ah tidak hanya Alika, namun juga Digo, Angga, Monik, Manda, dan juga Edward.

Meira menatap Alika dengan tatapan seakan bertanya "kok ada mereka?".

"Eh masuk-masuk, gapapa masuk aja, jangan sungkan" Alika mempersilahkan teman-temannya masuk ke kamar Meira.

"Perasaan yang punya kamar gue deh" Gumam Meira.

"Lu gak punya inisiatif buat nawarin mereka masuk sih" Alika mendelikan matanya.

Edward menatap Meira lagi-lagi dengan tatapan yang sulit diartikan, tadi saat masuk ke dalam rumah Meira ia sempat melihat beberapa potret foto keluarga, di sana terlihat Meira tersenyum cerah dan tampak bahagia, namun saat melihat Meira sekarang rasanya ia melihat orang yang berbeda.

Meira bangkit untuk duduk, ia lantas menawari mereka minum, dan menyuruh Alika untuk mengambil cemilan di kulkas mini yang terletak di sudut kamarnya.

"Ka, ambilin cemilan sama soft drink di kulkas tolong, gue susah nih" Meira memperlihatkan tangannya yang diinfus.

"Iya iya tuan putri" Alika meletakkan tasnya di atas kasur Meira dan mengambil beberapa cemilan untuk teman-temannya.

"Gimana kondisinya Ra, kok bisa tiba-tiba sakit sih, padahal pas kita pulang masih baik-baik aja?" Tanya Monik.

"Gak tau juga mungkin emang udah jadwalnya sakit" Jawab Meira bingung harus menjelaskan apa pada Monik.

"Apa kata dokter Atlas Ra?" Alika bertanya.

"Ya katanya sih karena kurang tidur, terus kemarin sempat telat makan, jadi ya drop, sebenarnya udah baikan sih, tapi emang Oma sama dokter Atlas aja yang lebai" Ucap Meira.

"Bukan lebai itu tandanya mereka sayang sama loe" Ucap Angga.

Meira mengangguk, ia sepenuhnya sadar sejak kepergian orang tuanya Oma-nya semakin overprotektif terhadapnya, kesalahannya juga sebab pernah beberapa kali mencoba untuk mengakhiri hidupnya, hingga akhirnya ia dibawa ke psikolog untuk pemulihan mentalnya pasca kecelakaan.

Mata Edward tidak sengaja melihat botol obat di atas nakas Meira, ia sedikit heran karena Meira mengonsumsi obat penenang yang sama dengan nyokapnya. Setahun terakhir nyokap Edward mengalami gangguan kecemasan akut, setiap penyakitnya kambuh ia mengonsumsi obat tersebut sebagai penenang. Edward beralih menatap Meira, kondisi Meira tampak sama persis seperti kondisi nyokapnya dulu.

"Gue saranin buat berhenti konsumsi obat itu" Ucap Edward sambil menunjuk obat di atas nakas.

Meira kaget karena ia lupa menyimpan obatnya, raut wajahnya tampak tidak baik. Edward berjalan mendekati Meira, ia meraih satu tangan Meira menyingkap lengan baju gadis itu hingga memperlihatkan lengannya yang terdapat beberapa luka goresan yang seperti disengaja.

Alika dan yang lainnya terkesiap kaget mendapati bekas luka di tangan Meira. Alika sama sekali tidak tau bahwa Meira sering melakukan barcode. Sedang Meira tertunduk dan berusaha menutupi lengannya.

Cegil Vs CogilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang