Keesokan harinya, Meira dan Alika demam tinggi, kedua gadis itu bercerita sambil menangis semalaman, akibatnya pagi ini mereka berakhir dimarahi dokter Atlas karena tidak menjaga kesehatan, padahal baru saja pulih.
"Kok bisa-bisanya sih sakit barengan gini, kek anak kembar aja" dokter Atlas memberikan mereka vitamin.
Meira dan Alika mengangguk lemah dengan mata yang masih terpejam karena saat melihat cahaya kepala Meira dan Alika langsung nyut-nyutan.
"Pusing banget" keluh Alika sepeninggalan dokter Atlas.
"Loe sih ngajak gue nangis" Meira memijit pelipisnya, ia teringat Edward yang memijit pelipisnya waktu habis menangis di rumah Oma.
"Coba deh loe pijit di sini, kemarin Edward mijitin kepala gue pas abis nangis" ucap Meira pada Alika sambil mencontohkan gerakan memijit di pelipisnya.
"Halah modus aja dia tuh" cibir Alika namun tak urung ia memijit kepalanya.
Ponsel Meira tiba-tiba berdering, ia melihat siapa yang menelpon, ternyata Edward.
"Halo" sapa Meira dengan suara serak saat mengangkat telpon itu.
"Kok gak sekolah?" Tanya Edward di seberang sana.
"Sakit" jawab Meira.
"Udah minum obat?" Lagi Edward bertanya.
Meira refleks menggeleng, Alika menatap Meira aneh. "Sarapan aja belum, apalagi minum obat" Ucap Alika karena Meira cuma menggeleng tanpa menjawab pertanyaan Edward.
"Aku gofood-in ya" Edward memberitahukan bukan menawarkan.
"Bubur ayam yang di dekat sekolah ya" pinta Meira.
"Yaudah tunggu ya" Ucap Edward kemudian menutup sambungan telepon.
"Halah lembut banget kalau ngomong sama Edward, sama bestienya tarik urat mulu" cibir Alika.
"Menurut loe Edward itu serius gak suka sama gue?" Tanya Meira pada Alika.
"Kalau kata Angga dan Digo sih serius, soalnya kata mereka Edward gak pernah ngasih perhatian ke cewek, banyak cewek yang caper ke dia tapi dia gak pernah gubris sama sekali, tapi pas sama loe dia yang malah caper" jelas Alika.
"Kalau menurut loe gimana?" Meira menatap Alika penasaran dengan jawaban gadis itu.
"Kalau dia becandain perasaan loe, itu artinya dia udah siap ngerasain bogeman gue" ucap Alika.
Meira terkekeh mendengar jawaban Alika, ia hampir lupa kalau Alika atlet boxing, sejak kecil Alika sudah menyukai olahraga yang satu itu, bokap nyokapnya pun mendukung hobi anaknya itu. Alhasil hingga sekarang Alika sudah banyak memenangkan pertandingan boxing.
Lima belas menit berlalu,suara klakson motor terdengar, Alika dan Meira menebak itu adalah abng gojek yang membawa pesanan Edward. Meira dan Alika menunggu maidnya membawakan makanan tersebut ke kamar.
"Maaf ya agak lama" Suara yang familiar di telinga Meira, Edward datang membawa nampan berisi semangkok bubur dan segelas susu, di belakang Edward ada seorang main yang membawakan satu nampan lagi, bisa ditebak itu untuk Alika.
"Kok kamu ke sini, bukannya tadi di sekolah ya?" Tanya Meira saat Edward meletakkan nampan tersebut di nakas.
"Aku bolos, males kalau gak ada kamu" Ucap Edward enteng, ia mengambil mangkok bubur dan berniat untuk menyuapi Meira.
"Aku bisa sendiri" tolak Meira saat Edward menyodorkan sendok berisi bubur ayam. Edward menatap Meira tajam yang membuat Meira dengan patuh membuka mulutnya menerima suapan dari Edward.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cegil Vs Cogil
Romancecerita khusus couple Alika-Angga & Edward-Meira yang ramah pembaca, disini Mimin bakal meminimalisir adegan ++, kalian pasti penasaran kan awal mula kenapa Edward jadi bucin banget sama Meira, begitu pun kisah pertengkaran Alika dan Angga. cus pante...