Cegil & Cogil

1.8K 45 2
                                    

Sesampainya di rumah Oma, Meira tampak ragu dan Edward menyadari itu, lelaki itu menggamit tangan Meira dan menggenggam erat, ia menarik lembut gadis itu untuk mengikuti langkahnya memasuki rumah Oma.

"Omaa, omaa, Edward di sini" Teriak lelaki itu saat memasuki rumah Oma, persis seperti Meira dulu.

"Eh den Edward, Oma di kamar, langsung ke kamar aja" Ucap Jumi Art yang bekerja di rumah Oma. Beliau melirik ke arah Meira "non Meira apa kabar?" Tanya Jumi.

"Baik bi" Jawab Meira singkat.

"Syukurlah, langsung ke atas aja non" setelah mengucapkan itu Jumi berlalu pergi untuk membuatkan mereka minum.

"Yaudah ayo ke atas" Edward mengajak Meira ke kamar Oma, kenapa Edward tau sebab kemarin ia juga langsung diantar ke kamar Oma-nya Meira.

Pintu kamar Oma terbuka menampilkan sosok perempuan tua itu yang memandang foto keluarga Meira yang ada di atas nakas. Meira merasakan sesak di dadanya saat melihat hal itu.

"Oma" Panggil Meira lirih.

Oma yang kaget mendengar suara cucu kesayangannya itu langsung menoleh dan Meira mendapati perempuan tua itu menangis dalam diamnya.

"Eh Meira, kok gak bilang mau ke sini?" Oma menghapus air matanya "ini mata Oma kemasukan debu" Dalih perempuan renta itu.

Meira berlari menghambur memeluk Oma-nya "Oma maafin Meira" Ia menangis memeluk Oma-nya.

Edward yang melihat itu tersenyum, benar kata dokter pribadinya, untuk menghilangkan trauma bukan dengan menghindarinya, namun menghadapi dan berdamai dengan semua hal yang membuatmu trauma. Karena saat kita menghindar kita akan semakin takut untuk melangkah. Ia melangkah meningkatkan kamar Oma Meira, membiarkan Meira menangis di pelukan Oma-nya.

Isak tangis kedua perempuan itu terdengar pilu, Jumi yang mendengar hal itu pun ikut bersedih sebab ia juga menyaksikan bagaimana terpuruknya dua perempuan itu.

"Mereka gapapa dibiarin nangis? Nanti mereka drop lagi" tanya Jumi pada Edward.

"Gapapa bi, biarin aja, mereka butuh meluapkan perasaan yang selama ini dipendam" Ucap Edward.

Jumi mengangguk setuju, setelah menyajikan minuman untuk Edward ia kembali ke dapur, membiarkan Edward sendirian.

Setengah jam berlalu akhirnya Meira turun ke lantai bawah bersama dengan Oma-nya, matanya tampak sembab dengan hidungnya yang merah. Edward menepuk sofa sebelahnya, Meira duduk di sebelah Edward. Lelaki itu memberikan air minum untuk Meira.

"Udah lega?" Tanya Edward. Meira menggeleng "pusing" katanya.

"Sini aku pijitin" Edward menarik Meira agar meletakkan kepalanya di pahanya. Oma hanya memerhatikan interaksi dua remaja itu.

"Ih ada Oma lho" Tolak Meira.

"Gapapa, aku udah ijin ke Oma" Ucap Edward.

"Ijin apa?" Selidik Meira.

"Ijin buat jadi pasangan kamu" Edward memijit kepala Meira lembut.

"Kok Oma ijinin sih" Protes Meira pada Oma-nya.

"Soalnya keluarga Edward kaya, Mayan" Jawab Oma sambil terkekeh.

"Ihh Oma jual aku ke Edward gitu, emang keluarga kita kekurangan duit apa" sebal Meira.

"Ya enggak sih, tapi Mayan Oma gak keluar duit buat beliin kamu barang lucu" lagi-lagi Oma terkekeh melihat wajah cemberut cucunya.

"Hahh pusing banget" keluh Meira.

"Makanya jangan nangis terus, cengeng" ledek Edward.

"Kan kamu yang bikin aku nangis terus" Meira mendelik kesal.

Cegil Vs CogilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang