Pagi di dunia yang berbeda dari dunia yang biasa kita tempati sangatlah aneh, tidak seperti biasanya, langit nya cerah tetapi bukan berwarna biru ataupun putih, tetapi hijau. Saat itu sedang sedikit gerimis, kota ini sangatlah dingin, untungnya mereka berempat membawa jaket yang dapat menghangatkan tubuh mereka. Teresha, Farrent , Elvira bangun tepat waktu, tetapi tidak dengan Ziel. Ia sangat sulit dibangunkan oleh teman temannya. Ya sekian lama, mungkin sekitar 10 menit akhirnya Ell bangun.
Mereka bergegas dan bersiap untuk pergi ke kota selanjut, berjalan sekitar 3 jam yang lalu, melewati hutan yang sangat seram tetapi bersih, udara yang dingin tetapi mereka tidak putus asa untuk mendapatkan permata dan keinginan mereka yang sangat ingin keluar dari gerbang tersebut. Tak lama sekitar 1 jam kemudian mereka sampai di kota selanjutnya. "Kita sudah sampai di kota selanjutnya, Kota Mudreer, kota yang seperti pedesaan, sekarang kalian harus mencari permata berwarna hijau.” Ujar kakek tua. “Gimana mau dapet permata coba tempatnya aja kayak gini udah sepi, nyeremin banget lagi...” keluhan Ziel membuat Teresha geram. Tapi Teresha masih mencoba untuk tidak menjawab atau mengomentari Ziel. “udah gapapa, kita lanjut aja cari permata nya, jangan langsung menyerah dong” ucap Elvira dengan raut muka melas dan seperti tidak suka dengan ucapan Ell. Mereka terus mencari permata nya dengan saksama dan tidak melewatkan satu bangunan pun tetapi tidak ada yang menemukannya. Terus berjalan mereka menemui suatu gua yang ada di dekat perumahan tua yang menyeramkan, kosong dan gelap, mereka memasuki gua tersebut tetapi tidak melihat apa apa, terkecuali Farrent, Farrent menunjuk ke selasar goa itu agak didalam, ia tetap berusaha masuk, “lihat, itu permata nya!” ucap Farrent. Yang lain tampak kebingungan dan menatap Farrent, “ren? Di situ engga ada apa apa..” jawab Elvira “engga aku serius itu permata!” ujar Farrent, “kalo memang ada, apa Farrent saja yang bisa liat permata itu?” bertanya pada teman temannya, “iya cuma Farrent yang bisa lihat, aku engga lihat apa-apa disekitar sini” jawab Ziel, Farrent mengambil permata nya, saat dia ambil dan memegang permata tersebut, permata yang ia genggam bersinar, semua orang bisa dengan jelas melihat nya, permata hijau yang cantik seperti zamrud.
Tak lama sinarnya meredup, dan tidak terlalu menyinari mata mereka berempat, memang seperti itu, permata yang satu ini tidak bisa berlama-lama bersinar karena ia memang ditempatkan di tempat yang gelap dan ia akan bersinar ketika orang yang tepat menggenggamnya. Ketika puzzle permata itu telah didapatkan, Farrent dan teman temannya menuju tempat peristirahatan mereka, karena kakek tua itu tidak ikut selama mereka mencari permata yang ke dua ini. Sesampainya di sana mereka menunjukkan kepada pria tua bahwa mereka berhasil mendapatkan puzzle permata hijau cantik layaknya zamrud. Tanggapan yang di beri oleh kakek tua tidak seperti yang mereka harapkan. Tatapannya penuh curiga. Farrent menyadari bahwa tatapan kakek itu sangatlah mencurigakan karena Farrent berada di hadapan kakek tua jadi sangat jelas bahwa matanya penuh curiga. Farrent tidak memberi tahu kepada teman temannya, ia mungkin sedikit pusing, melihat muka sang kakek berbeda seperti yang sebelumnya. Tetapi Farrent tidak bisa menyimpan hal ini sendirian, ia takut terjadi apa-apa pada teman temannya, Farrent memutuskan untuk memberi tahu kepada Teresha terlebih dahulu. “Sha, tadi waktu kita beri tahu kakek kalo kita sudah dapat permata yang ke dua, raut mukanya aneh, tatapan nya penuh curiga banget” ucap Farrent sambil berbisik pada Teresha. “Ah masa sih? perasaan ngga deh” jawab Teresha. Memang benar, kakek itu hanya menatap curiga kepada Farrent, sedangkan teman temannya tidak.
Farrent berbalik sedikit mengabaikan langsung menatap teman-temannya memberikan isyarat untuk berkumpul bersiap siap istirahat. Yang sebenarnya isyarat tersebut bertujuan untuk berbincang bersama dan memberi tahu keempat temannya soal tatapan sang Kakek tua yang mencurigakan seakan tidak mau mereka berhasil menemukan permata satu demi satu. Keempat sahabat itu sempat berterima kasih pada kakek tua termasuk Farrent tetapi Farrent menatap sang kakek menjadi penuh selidik.
Ell, Elvira sangat lelah, mereka yang sangat ingin beristirahat, bersiap untuk melanjutkan perjalanan mencari permata ke 3. Farrent memberanikan diri untuk menyampaikan “Tadi kalian ngga ada yang sadar?” wajah ketiga sahabat nya tampak bingung. “ngga sadar apa?” tanya Teresha dengan wajah yang penuh akan rasa penasaran “Tadi pas aku kasih liat puzzle permata hijau ke kakek. Mukanya aneh, mencurigakan apalagi matanya seolah dia kaget kenapa kita bisa mendapatkan permata itu” ujar Farrent, mereka pun saling menatap dengan kebingungan tidak tahu apa yang terjadi, “ah itu mah perasaan kamu saja kali ren, kamu pasti kecapean abis cari permata itu” jawab Elvira, “serius tadi si kakek itu kaya curiga sama kita kenapa bisa dapetin permata hijau itu” ujar Farrent, “udah udah, mending kita istirahat dulu, pasti kamu kecapean ren, jangan mikir yang aneh-aneh” ucap Elvira, “aku udah cape banget pengen cepet tidur” jawab Teresha sambil menguap karena tak tahan dengan kantuk nya.
*******
KAMU SEDANG MEMBACA
EMP4T [END]
FantasyPerjalanan empat sahabat di dalam dimensi lain. Yang bermula dari rasa penasaran membuat mereka terjebak di dalam dimensi lain yang mengharuskan mereka mencari cara untuk keluar.