Bab III

34 24 14
                                    

KEMBALI PULANG

Ziel pun menatap pria tua yang sudah tidak berdaya. Dan menggunakan kekuatan pengendali gravitasi nya untuk membawa permata magenta dengan cara meringankan gravitasi di sekitar permata yang membuatnya melayang. Lalu memberatkan gravitasi di bagian belakang permata magenta yang membuatnya terdorong ke depan ke hadapan Ziel. Ziel pun mengambil permata magenta yang lalu di berikan kepada Elvira. Diterima Elvira dengan tangan kanan nya sambil tersenyum tipis menatap permata magenta itu. Elvira pung menggenggam permata itu. Lalu mendekati si pria tua. “Kita harus pulang. Terimakasih atas semua bantuannya”. Tidak ada tanggapan atau pun balasan dari pria tua hanya tatapan sinis. Lalu Elvira berbalik menarik napas berat. Berjalan menuju ketiga sahabatnya yang menunggu tepat di depan gerbang.

Mereka pun menggabungkan keempat permata yang di mulai dari  ermata magenta yang pegang oleh Elvira. Dilanjut dengan permata biru yang di pegang Teresha. Lalu pemata merah yang di pegang oleh Ziel. Dan terakhir permata bening yang di eyang oleh Farrent.

Ketika keempat permata itu di satukan memancarkan cahaya yang begitu menyilaukan menerangi sampai semua terlihat putih membuat keempat sahabat itu termasuk pria tua yang terkapar di belakang menutup  Mata karena silaunya sinar keempat permata.

Sinar silau pun meredup mereka membuka mata masing masing dengn perlahan. Saat mereka semua membuka mata gerbang kayu lapik yang terkunci dan sangat sulit untuk di buka di hadapan mereka itu. Sudah terbuka lebar memantulkan cahaya matahari dari luar. Tetapi tak se menyilaukan cahaya. Keempat permata. Keempat permata itu terbang bagaikan mempunyai sayap tak terlihat. Terbang tepat ke atas gerbang namun tak ada di atas yang sperti terserap oleh gerbang sehingga dapat di buka. Ziel yang pertama kali melangkahkan kaki keluar gerbang dengan ruang. Terdengar suara Ziel bersorak di luar gerbang “tunggu apa!?!. “ seru Farrent kepada Elvira dan Teresha yang terdiam memandang gerbang dengan tatapan kosong.

Farrent pun melangkahkan kakinya ke luar gerbang menyusul Ziel. Didalam gerbang Elvira membalikan tubuhnya menghadapi pria tua yang hanya dapat memandang mereka. “Terimakasih.” Ujar Elvira dengan snyum tipis dan langsung membalikan tubuhnya ke hadapan gerbang putih. Ia mengenggam tangan Teresha dan melangkahkan kaki bersama ke luar gerbang.

Saat mereka melangkahkan kaki keluar gerbang ruangan museum tidak lagi gelap tembusan cahaya matahari dari kaca yang juga menembus ke dalam gerbang yang kini sudah tertutup. “ Akhirnyaa. Akhirnya kita keluar.” Seru Farrent dengan riang. Tarikan nafas panjang sebagai bentuk rasa puas atas semua perjuangan Farrent.

Kini mereka telah lolos dari gerbang. Dan mungkin ini akan menjadi pengalaman ter keren persis yang diinginkan oleh  Teresha. Tetapi tidak ada yang terabadikan oleh kamera sialnya. Sekarang semua pengalamannya hnya bisa di kenang tak akan kembali terulang hanya dapat mengingat detailnya tidak akan kembali terulang. Jepang menjadi tempat pengalaman persahabatan yang mengagumka

SELESAI

EMP4T [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang