5.

109 18 0
                                    

"Bibi, apa bibi habis menangis?"tanyaku
"Ah kau tau yah"ucap dia sambil duduk disampingku.
"Sebenarnya, hari ini adalah hari yang sangat menyakitkan untuk bibi"ucap dia.
"Menyakitkan, apaka itu sama seperti aku yang dibandingkan dengan kakakku?"tanyaku.
"Mungkin, tapi ini cukup berbeda"ucap bibi itu tersenyum.
"Hari ini, hari perceraian bibi"ucap dia.
"Perceraian, kenapa?"tanyaku.
"Anak kecil masih belum mengerti hal itu"ucap bibi menyentuh Rambutku.
"Warna Rambutmu sangat coklat, dan matamu berwarna merah seperti Rambutku"ucap dia tersenyum.
"Tapi bibi, kakakku selalu berkata Kalau Mata Mera pembawa sial lho"ucapku
"Hei, siapa yang berkata begitu.Matamu benar benar cantik"ucap bibi menyentuh wajahku.
"Semua keluargaku"ucapku
"Mereka gila yah, mana mungkin mata secantik ini di katakan pembawa sial"ucap bibi menggurutu.
"Emh mungkin. Semua orang orang Dirumah selalu gila belajar. Tidak ada sedikitpun waktu bermain"ucapku memeluk kedua kakikku.
"Begitu ka, jadi alasanmu disini karna ingin bermain?"tanya bibi.
"Tidak, bibi tau hari ini adalah pertandingan baseball smpku dan SMP lain. Tapi ibuku membakar semua peralatan ku, lalu teman temanku juga memusuhiku karna mereka tidak bisa ikut pertandingan tanpa kehadiranku"ucapku.
"Emhh, begitu yah. Tapi dengar ya nak, Rasa sakit pasti akan hilang setelah waktu berjalan. Apa lagi luka yang tak berbekas, mereka akan hilang lebi mudah dari luka yang berbekas."ucap bibi.
"Tidak, bibi salah. Luka berbekas ataupun luka tidak berbekas tetapla sebuah luka. Lalu luka tidak berbekas adalah luka yang paling sulit disembuhkan. Karna itu tidak merusak fisik melainkan mental"ucapku.
"Hahah, pintar sekali kau nak"ucap bibi itu mengelus Rambutku.
"Apa bibi boleh tau namamu?"tanya bibi itu.
"Kay, Kay lionhart"ucapku
"Begitu kah, terima kasi sudah menyembuhkan sedikit luka bibi"ucap dia tertawa.
___
Setelah itu kami menjadi sering bertemu, bibi sering bercerita tentang banyak hal sembari memberikanku beberapa makanan.
"Kay"ucap Lay tiba tiba menarik tanganku.
"Biarkan aku menemui wanita itu"ucap Lay.
"Tidak, aku sudah berjanji pada bibi"ucapku.
"Sudah ku bilang, aku saja"ucap dia mendorongku kedalam Lemari.
Dia mengunciku dari Luar.
"Kenapa dia selalu mencoba mengambil apa yang aku miliki?"gumamku.
"Semoga dia tidak membuat masalah dengan bibi"ucapku sambil duduk di lemari.
Perlahan tercium sebuah bauh aneh,
"Bau apa ini?"tanyaku mengintip di sela sela lemari.
Terlihat jelas sesuatu menyalah berwarna merah.
"Api"ucapku langsung berdiri.
"Lay, mama kakak papa"panggilku sambil memukul mukul pintu lemari.
Asap mulai masuk kedalam lemari.
"Tolong, siapapun."teriakku terus memukul mukul lemari.
"Mama"teriakku.
Tidak ada seorangpun.
"Ah, aku akan mati sekarang"ucapku.
"Uhuk uhuk, uhuk uhuk asapnya terlalu pekat"gumamku.
Lemas seluru tubuhku lemas karna terlalu banyak menghirup asap.
"Ay"terdengar suara.
"Kaay"panggil lagi.
"Siapa itu, tolong"mencoba teriak dengan semua tenaga ku.
"Kay, disini. Apa kau disini?"tanya suara itu.
"Tolong"ucapku
"Sial, kuncinya pata"terdengar suara dari luar.
"Kay mundurla agak kebelakang"ucap suara itu.
"Baik"jawabku berdiri sambil mundur beberapa langka.
Brak pintu mulai di dobrak.
Brak pintu terbuka dan terlihat seorang wanita berambut merah pekat dengan mata hitam dengan pakaian yang kotor.
"BI, Mama"ucapku melompat ke wanita itu.
"Kay, tenangla. Bibi akan membawamu keluar dari sini"ucap dia.
"Uhuk, uhuk"
Seluru rumah penuh dengan kobaran api.
Bibi menggendongku, "Kay tutup mulutmu"ucap  bibi memberiku kain.
Dengan lemas aku menutup hidungku dengan kain yang diberikan oleh Bibi.
Bibi terus melangka di tengah kobaran api yang panas
"Tolong"teriak bibi pada seorang perawat.
Para perawat mulai berlarian.
Aku dimasukkan kedalam Ambulans.
"Aku ikut"ucap bibi sambil melompat ke dalam ambulans.
"Apa anda walinya nyonya"ucap perawat itu mulai memasangkan masker oksigen padaku.
"Dia... Dia Anakku"ucap bibi.
"Dik, tolong jangan tidur"ucap perawat itu padaku
"Kay, jangan tidur"ucap Bibi dengan wajah khawatir.
"Tidak bisa, aku mengantuk".
Tuk
____
Saat terbangun aku berada di suatu kamar.
"Dimana?"gumamku.
Dari peralatan yang ada di sini, ini berarti Rumah sakit.
Dan di sampingku hanya ada bibi.
Dia tertidur sambil menaruh kepalanya di kasur.
"Bibi"ucapku memegang tangan bibi.
"Kay"bibi mulai mengangkat wajahnya.
"Kay, akhirnya kamu bangun"ucap bibi memelukku.
"Bibi, kenapa hanya ada bibi dimana mama dan papa?"tanyaku.
"Kay, dengarkan bibi baik baik,orang tuamu sudah pindah keluar negri bersama saudaramu kemarin"ucap bibi.
"Ah, ja jadi aku di ditinggalkan"ucapku gagap.
Mataku perih.
Aku ingin menangis.
"Hiks" air mulai keluar dari sudut mataku.
"Pa padahal, aku sudah berusaha untuk meningkatkan nilaiku"ucapku menangis sambil menutup mataku.
"Apa mama dan papa benar benar membenciku, apa aku benar benar tidak bisa dibanggakan"ucapku.
"Hiks, hiks. Aku benci mereka hiksss"tangisku semakin jadi.
"Kay, jangan menangis lagi"ucap bibi memelukku.
"Huaaa huaaa, aku benci mama aku benci papa aku benci semua keluargaku"ucapku berteriak terus mengeluarkan air mata.

____
Beberapa tahun kemudian.
Hari ini kelulusan Smaku, tidak ada satupun dari keluargaku yang datang.
Ku Remuk Bungah pemberian guru di tanganku.
"Ah itu dia"terdengar suara Familiar.
Aku membalikkan kepalaku dan melihat wanita tinggi dengan Rambut merah pekat.
"Bibi"ucapku tersenyum.
"Kay, kemana saja kau. Aku mencarimu"ucap bibi menghampiriku.
"Ah, maaf"ucapku menunduk.
"Astaga, kenapa kau meremuk bunganya"ucap bibi.
"Sebab, tidak ada satupun keluargaku yang datang"ucapku.
"Apa maksudmu, bukanka aku adalah keluargamu. Aku ini ibu keduamu. Apa kau lupa"ucap bibi membuka kacamata hitamnya.
"Hei kau, tolong ambilkan foto kami"ucap bibi kepada seorang wanita.
"Tentu saja"ucap wanita itu.
"Oke, aku akan mengambilnya sekarang. 1 2 3 cekrek"
Itulah sebuah kenangan pertama yang perna ku dapatkan.
___
"Tuan"ucap William padaku.
"Ah maaf, aku sedikit teringat kenangan lama"ucapku tersenyum lalu memasukkan foto itu ke dalam koper.
Setelah pekaian selesai di bersikan aku turun ke lantai 1 dan menghampiri ibu.
"Apa sudah selesai?"tanya ibu sambil tersenyum.
"Iya"ucapku mengangguk.
Perlahan aku mulai berjalan meninggalkan Rumah yang di penuhi dengan siksaan ini tanpa sedikitpun melihat ke belakang.
"Killian"ucapku tanpa menoleh padanya.
"Jika kehidupan kedua itu ada, aku berharap aku tak akan perna sedikitpun mencintaimu"ucapku lalu mulai berjalan.
Aku tak tau wajah apa yang di buat oleh Killian ataupun kakakku. Tapi yang ku tahu sekarang, Rasa sakit ini bukanla hanya sebuah kata kata saja.
Saat hendak keluar dari Pintu.
Tiba tiba
Uhuk, aku menutup mulutku tapi
"Apa?"
"Darah"
Ada darah di telapak tanganku
"Uhuk uhuk"
"Kay, Kay"suara ibu terdengar khawatir.
Tis tis, ada dara yang keluar tak tau dari mana.
"Eh"ucapku sambil menyentuh hidungku, hidungku juga mengeluarkan darah.
Gelap....
"Kenapa ini, bukanka aku sudah kemo 3 hari yang lalu?".
"Tuan, tuan"ucap William
"Will"ucapku melihat kearanya.
Wajahnya terlihat panik dengan mata khawatir.
"Tidak apa apa"ucapku tersenyum.
Tapi Gubrak, kakiku menjadi lemas membuatku tak bisa berdiri.
"Aku benar benar tidak apa, Uhuk"
"Uhuk uhuk" batukku semakin kuat.
Leherku terasa sangat panas.
Gelap

please love me(BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang