__Bioskop
"Aku akan memesan tiket dan popcorn kau bisa duduk sebentar disini"ucap Killian.
"Baikla"jawabku lembut duduk di kursi tunggu.
Aku perlahan membuka Hpku dan melihat beberapa fhoto yang kami ambil tadi.
Tis
Perlahan tetesan darah mengenai kaca smartphone ku.
"Eh apa?"tanyaku menyentuh hidungku.
"Ah kenapa harus sekarang"gumamku mengambil sebuah tisu di saku celanaku.
Aku mengelap darah yang mengalir di hidungku.
"Kay, filmnya akan dimulai sebentar lagi. Apa kau perlu min–, Kay hidungmu"ucap Killian berlari memegang wajahku.
"Apa kau sedang sakit, kenapa kau tak bilang"ucap Killian Panik.
"Ah tak masalah ini cuma mimisan biasa, ini karna cuaca hari ini benar benar panas"ucapku tertawa.
"Apa benar tidak apa apa?"tanya Killian.
"Iya tak masalah, bukanka kita akan menonton film. Ayo"ucapku menarik tangan Killian.
Kami perlahan menuruni tangga sambil berpegangan.
Lalu duduk di sebuah kursih yang cukup dekat dengan layar.
"Kau tau, aku memesan film horor"ucap Killian berbisik.
"Heeh, apa kau berani"ucapku mengejek.
"Jangan Remehkan suamimu ini Kay"ucap Killian.
Jeng jeng film di mulai.Beberapa menit kemudian.
"Gyaaak, apa itu apa itu"teriak Killian memelukku erat.
"Anu, wahai suamiku bukanka kau katakan kau akan melindungiku"ucapku tertawa.
"Itu itu hanya aku kaget saja"ucap Killian melepaskan pelukannya
Tapi.... "Aaghhh gyaaak"dia memelukku dengan erat lagi.
"Cup cup, jangan takut"ucapku membelai Rambutnya.__1 jam kemudian.
"Wooh filmnya mengerikan sekali yah"ucapku tertawa.
"Kau tak pantas mengatakan itu"ucap Killian yang berjalan di depanku.
Kami menaiki tangga tapi...
"Tup"
"Kay?"tanya Killian berbalik. Jarak di antara kami sudah cukup renggang.
"Kepalaku pusing"
Tis tis, hidungku berdarah lagi.
Srrt, aku kehilangan keseimbangan.
"Astaga, jangan disini dibawa ada tangga"gumamku.
"Kaaay"teriak Killian berlari.
"Kepalaku pusing sekali"
Perlahan penglihatan ku mulai menggelap.
Di campur dengan kantuk aku seperti terjun bebas.__
"Uhk" aku terbangun.
"Dimana ini?"tanyaku.
Terlihat langit langit yang cukup familiar.
"Rumah sakit"gumamku.
Aku sedikit berangkat untuk duduk.
Terlihat Killian yang berada disampingku dengan cemas
"Killian"ucapku perlahan.
"Kenapa"tiba tiba dia berteriak dengan keras.
"Kenapa, kau tak mengatakan hal ini padaku"teriak Killian.
"Ah maksudmu tentang kangker otakku"ucap ku sambil tersenyum.
"Jangan tertawa"ucap Killian sambil menunduk.
"Aku benar benar tidak apa apa, jadi jangan khawatir"ucapku perlahan menyentuh wajah Killian
Aku mengangkat wajahnya yang dari tadi menunduk.
"Kenapa hiks kau tak mengatakanya padaku"ucapku Killian dengan air mata di wajahnya.
Waw.
Bagaimana mengatakannya dia sekarang benar benar
"Imut"
"Aku ketakutan, aku takut kau akan pergi lagi"ucap Killian.
"Jika jika kau pergi, maka aku aku. Aku akan menyusulmu"ucap Killian.
"Jika kau benar benar pergi, aku akan melompat dari gedung dan ikut dengan mu"ucap Killian yang panik
"Aku aku akan"
"Killian"ucapku menyentuh wajahnya dengan kedua tanganku.
"Tidak perlu kau lanjutkan"ucapku menariknya dan memeluknya dalam dekapanku.
"Aku janji aku tidak akan pergi"ucapku memeluk Killian erat
"Hiks, aku mohon jangan pergi seperti ayahku. Aku tidak mau hiks"suara tangisan Killian yang lembut tapi tetap cool. Membuatku semakin jatuh cinta padanya, sisi yang belum perna ku lihat sebenarnya membuatku semakin ingin melihat sisi lain dirinya lebi dalam.
"Jangan takut Killian, aku tidak akan meninggalkanmu seperti ayahmu"ucapku lalu mencium kelopak mata kiri Killian yang masih menangis.
Srrt dengan cepat dia menarik wajahku dan membuat kami berciuman dari bibir ke bibir.
Dia mendorongku berbaring kekasur.
Dia mendekapku dan berbisik.
"Aku mencintaimu Kay"ucap Killian dengan nafas sedikit panas.
Perlahan dia melepaskan satu persatu kancing pakaianku. Menyentuh semuah tubuhku dengan tangan kasar dan lebarnya. Menciumi leher serta tempat yang bisa dia ciumi.
Menjilat dan menggigit dimana pun yang dia mau.
___
Dia tertidur begitu nyenyak
"Dia benar benar tampan"ucapku menyentuh rambutnya.
"Uhuk, uhuk, uhuk"
"Kay?"tanya Killian yang terbangun karna suara batukku.
"Kay apa kau baik baik saja?"tanya Killian duduk.
"Haha tidak ap– uhuk, uhuk uhuk uhuk" suara batukku semakin keras dengan darah yang ikut keluar.
"Kay, ambulance"ucap Killian panik.
"TI tidak uhuk uhuk perlu, a ambilkan saja obatku uhuk uhuk" darah terus keluar.
"Obat"ucap Killian langsung berdiri dan berlari keara lemari.
"Obat, obat yang mana?"tanya Killian.
"Sialan"Ucap killian mengambil semua botol obat.
Dia berlari menghampiriku dengan membawa botol botol obat.
Aku mengambil 2 pil dari masing masing botol yang berjumlah 4 botol itu.
"Ini air"ucap Killian.
Aku mengangguk
Gluk aku langsung memasukan ke 8 pil kedalam mulutku sekaligus.
Gluk gluk
Aku meminum air, dan perlahan pil pil pahit itu mulai melewati tenggorokanku.
"Kay, apa benar benar tidak perlu menelpon ambulance"ucap Killian.
"Tidak perlu, aku hanya butuh tidur sekarang"ucapku sedikit tersenyum.
Srrt perlahan Killian mengelap darah dari selah selah bibirku dengan jari telunjuknya.
"Apa kau yakin?"tanya KillianAku mengangguk.
"Aku benar benar baik baik saja"ucapku tersenyum.
Srrrk
Tiba tiba dia menggendongku seperti seorang wanita.
"Kau harus istirahat"ucap Killian
Perlahan berjalan dan menaruh tubuhku di atas kasur.
Srrt dia menyelimutiku.
"Selamat malam"ucap Killian memelukku.
"Emh, malam"
___
Beberapa Minggu kemudian."Uhuk uhuk uhuk"
"Kay, kenapa kamu keluar. Bukanka aku berkata untuk terus didalam"ucap Killian yang pulang bekerja.
"Hahah, aku hanya bosan didalam"ucapku tersenyum.
3 Minggu berlalu dengan cepat.
Dan tubuhku semakin memburuk setiap harinya.Obat yang ku konsumsi semakin bertambah.
"Ayo kembali ke kamar"ucap Killian menggendongku.
"Hahah"aku hany sedikit tertawa sembari memeluk leher Killian.Dia membawaku ke lantai 2 tepat di kasur kami.
Dia membaringkanku keatas kasur dan menyelimuti tubuhku.
"Bagaimana kantormu?"tanyaku tersenyum.
"Ah emhh haah banyak hal yang terjadi"ucap Killian dengan tawa tipis.
"Uhuk, uhuk uhuk uhuk"aku meringkuk memeluk perutku sembari mengeluarkan darah dari mulutku.
"Kay"ucap Killian yang mengambil segelas air yang ada di dalam teko.
"Ini ayo minum dulu air hangatnya"ucap Killian sambil membangunkan tubuhku.
Aku sedikit tertawa dan meneguk sedikit demi sedikit air hangat itu."Hei Killian, apa kau pikir aku masih akan sembuh?"tanya ku yang memeluk Killian.
"Jangan berkata begitu, kau pasti sembuh. Aku yakin kau pasti sembuh, aku akan mencari donor sumsum tulang belakang untukmu "ucap Killian menahan air matanya.
"Hahah, kenapa kau menangis?"tanya ku tertawa menyentuh wajahnya.
Dia perlahan membelai rambutku.
TapiSrrt.
Matanya benar mengalirkan air mata kali ini.
Air matanya terjatuh, dia berhenti bergerak.
"Ada apa Killian?"tanyaku sembari menyentuh Rambutku.
Srrrk
Beberapa helai Rambutku rontok dengan sendirinya.
"Ah sudah rontok yah"ucapku
Grub dia memelukku semakin erat.
"Uhuk uhuk" aku batuk dan terus mengeluarkan darah dari mulutku.
"Uhuk uhuk"__
Tengah malam
Saat kami tertidur di ranjang.
"Uhuk uhuk, uhuk uhuk"
"Sakit, dadaku sakit. Benar benar sakit"
"Ki uhuk kill Ian uhuk" aku menyentuh tangannya yang berada di sampingku.
"Uhuk uhuk uhuk uhuk"Gubrak aku terjatuh dari kasur dengan keras.
"Kay"teriak Killian berdiri.
"Kay"Killian memegang tubuhku.
Pandanganku benar benar buram.
"Kay, sadarla. Kay"terdengar suara panik.
Srrk
Aku merasa tubuhku sedang di gendong seseorang.
Tubuhku seperti sedang melayang."Uhuk uhuk, sakit ini sakit"ucapku mencengkram pakaian Killian yang menggendongku.
"Tidak apa jangan takut, kita akan ke rumah sakit"ucap dia dengan wajah cemas penuh keringat.
"Uhuk uhuk, uhuk uhuk. Uhuk uhuk"
Batuknya semakin parah.Kepalaku pusing dengan hidungku yang seperti mengeluarkan air tapi terasa sangat panas.
Darah terus mengalir dari hidung ku.
Membanjiri baju yang ku pakai.
"Cepat, lebi cepat William"terdengar teriakan dari Killian.
__Suster berlarian berlalu lalang dengan cepat sambil membawa tempat tidur pasien.
"Dokter dokter"teriakan Killian sambil menggendong seorang pria yang sudah hampir tak sadarkan diri.
Seorang pria berambut coklat yang berusaha keras untuk tetap hidup.
"Uhuk uhuk" dia terus terbatuk sembari meremas dadanya yang sakit.Dokter membawa masuk Kay kedalam ruangan UGD.
Dug dug dug dug
Mesin jantung mulai di pasang dengan cepat.
"Tidak jangan berikan dia infus yang itu, dia memiliki penyakit kangker otak infus jenis itu akan membahayakan pasien"ucap seorang pria berambut coklat gelap yang merupakan teman dari pria yang terbaring di atas kasur.
"Maafkan saya dokter"ucap suster itu mengambil infus jenis lain."Tekenan pasien turun drastis, dan kesulitan bernafas. Berikan aku tabung oksigen"teriak Roy dengan keringat yang membanjiri dahinya.
"Baik dokter"ucap suster.
"Thi tigidak"tiba tiba Kay yang membuka matanya.
"Tetaplah diam Kay, kami akan mengobatinya"ucap Roy
"Tidak, berikan aku hp. Berikan"ucap Kay yang bersi keras duduk.
"Kay hentikan, perhatikan kondisi mu sekarang"ucap Roy yang mencega Kay untuk duduk.
Srrk
Kay menarik paksa infus yang terpasang di tangan kirinya.
Jalur infus mulai berdarah karna tertuju pada pembulu darah.
"Ini adalah kesempata terakhirku roy"ucap Kay dengan air mata yang terus jatuh.
____
Tit titt mesin jantung mulai menjadi kacau
Srrk Roy merobek pakaian Kay.
"Tambah lagi tekanannya 150 Joule"ucap Roy
Dia menekan alat pacu jantung di dada Kay.
Dug dag.
"Tambah tekanannya"ucap Roy
"Baik, 200 Joule"ucap suster.
Dia menggosok alat pacu jantung satu sama lain.
Lalu menempelkannya ke dada Kay.Titt tittt tittttt
Suara mesin jantung mulai bersuara panjang dengan 1 garis yang mengakhiri nafas Kay.
"Waktu kematian 22:00"ucap suster.

KAMU SEDANG MEMBACA
please love me(BL)
Romansakay memiliki orang yang sangat ia cintai, seorang pria tampan yang begitu menawan. tapi ... sebesar apapun cinta kay pada pria itu. kay tetaplah seorang pengganti kakak kembarnya