14. Cecaran Bunga (Rama Side)

3.4K 374 43
                                    

"Papa......"

Panggilan dari Bunga kepada Rama yang tengah sibuk mengemudi tersebut membuat perhatian Rama dari ramainya jalan seketika teralihkan, sosok mungil yang sekarang duduk anteng di carseat-nya tersebut menerawang menatap keluar jendela, seolah ada banyak hal yang tengah dipikirkan putri kecilnya tersebut.

Seketika saja saat melihat wajah mendung Bunga hati Rama mencelos kesakitan, kekecewaan dan kesedihan Bunga adalah pukulan yang menyakitkan untuk hati Rama yang sekeras baja.

"Iya, kenapa sayang? Bunga mau jajan di KFC? Kita beli Chaki, yuk."

Tidak setiap hari Rama memperbolehkan putrinya tersebut makan junk food, tapi kali ini adalah sebuah pengecualian, wajah sedih Bunga membuat Rama menawarkan dispensasi ini terlebih dahulu, namun jika biasanya Bunga akan antusias jika mendengar paket burger dan ayam goreng lengkap dengan mainannya tersebut, maka sekarang menoleh pun tidak. Bunga masih menatap lesu keluar dan itu membuat Rama semakin kalut.

Tidak cukup hanya hati Rama yang pedih mendapati kebencian dari Shita yang akhirnya bertemu dengannya, namun Rama juga harus melihat putrinya menyaksikan pembalasan atas dosa yang Rama perbuat di masalalu. Rama, dia teramat sadar jika kesalahannya kepada Shita sama sekali tidak termaafkan, namun Rama tetap saja tidak siap saat mendapati kebencian itu berkobar di dalam sorot mata yang Rama rindukan setengah mati.

Ya, Rama merindukan Shita hingga membuat Rama kesulitan hanya sekedar untuk bernafas. Sayangnya saat akhirnya mereka bertemu kembali, cinta yang dulu terlihat hangat dalam pandangan Shita kini sepenuhnya lenyap berganti dengan kebencian yang sangat mendalam,  dan kebencian itu pun juga dirasakan oleh Bunga.

"Papa ada buat salah apa sama Miss Shita, Pa?"

Benar, tepat sesuai dugaan Rama, putrinya tersebut bukan anak yang bodoh, terlalu pintar malah, yang kini membuat Rama kesulitan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Bunga.

"Papa sama Miss Shita dulu satu sekolah, Bunga!" Rama akhirnya memilih menjawab seadanya karena jika Rama menghindar maka putri semata wayangnya tersebut akan semakin kepo dan bertanya-tanya namun rupanya jawaban yang Rama kira aman tersebut tidak memuaskan kepintaran Bunga sama sekali.

"Cuma itu? Jika teman kenapa Miss Shita benci sama Papa? Papa ada buat salah apa ke Miss Shita, Pa! Jawab yang jujur, Pa. Sebelumnya Miss Shita baik sekali ke Bunga, tapi begitu lihat Papa, Miss Shita langsung berubah bahkan ngusir Bunga buat pergi."

Dicecar anaknya seperti ini bagi Rama adalah hal yang paling buruk lebih daripada dulu saat dia dicecar saat dirinya menjadi tergugat perceraian, bagi Rama lebih menyenangkan duduk di kursi pesakitan daripada menjawab pertanyaan Bunga tentang Shita dan masalalu diantara mereka yang membuatnya tidak termaafkan.

"Bunga, antara Papa dan Miss Shita memang ada masalah, tapi Papa nggak bisa jelasin ke kamu, Nak. Kamu......."

"Kamu masih terlalu kecil, kamu nggak akan mengerti apa yang Papa bicarakan. Papa mau ngomong kayak gitu, kan?"

Tanpa ada ampun, bahkan saat Rama belum selesai berbicara, Shita sudah lebih dahulu memotongnya lengkap dengan cibiran di bibirnya yang tipis menirukan kalimat yang seringkali Rama ucapkan.
Rama memang tidak keliru bersikap demikian karena Bunga memang masih kecil, usianya baru 6 tahun loh, tapi Rama melupakan betapa pintarnya anaknya tersebut, ditambah dengan kenyataan jika Bunga dituntut dewasa karena perceraian orangtuanya yang begitu gaduh, Bunga sangat bisa memahami kondisi yang dialami Rama.

"Kamu memang anak kecil, Bunga!" Tegas Rama memutuskan dan itu membuat Bunga semakin cemberut tidak suka. "Antara Papa sama Miss Shita, kamu nggak akan......"

"Papa sama Miss Shita dulu pacaran ya?"

Tanpa ada basa-basi sama sekali Bunga langsung memotong kalimat Papanya dengan nada yang gemas, campuran antara jengkel, dan marah disertai dengan mata bulat yang mendelik kesal membuat Rama seperti melihat Shita saat tengah marah.

Aneh sekali bagi Rama, Bunga adalah anaknya dengan Utari, namun sikap Bunga justru plek ketiplek Shita yang hobi sekali ngambek dan memotong kalimat. Jika seperti ini, bagaimana bisa Rama melupakan sosok mantan kekasihnya yang membencinya tersebut.

"Kamu ini anak kecil tahu-tahunya saja pacar-pacaran!"

"Habisnya sikap Papa sama Miss Shita persis kayak Mbak Yuni sama Lek Kamso, itu tuh Pa, Lek Kamso jualan sayur yang pacaran sama Mbak Yuni, waktu Mbak Yuni sama Lek Kamso putus, ngambeknya Mbak Yuni sama persis kayak Miss Shita barusan! Dulu Papa ninggalin Miss Shita buat nikah sama Mama, ya! Makanya sekarang Miss Shita benci Papa sama Bunga!"

Habis sudah Rama dikuliti oleh anaknya sendiri, dan rasanya bagi Rama ini sangat jauh lebih memalukan dibandingkan apapun. Salah Rama juga karena terlalu sibuk hingga kekurangan waktu untuk Bunga yang membuat Bunga lebih akrab dengan asisten rumah tangganya, termasuk Yuni, yang dulu bekerja sebagai ART cuci gosok di rumah mereka, dan kejadian yang dialami Yuni pun sama persis seperti yang dialami oleh Shita.

Yuni dan Kamso berpacaran lama, tapi ujung-ujungnya Yuni ditinggal kawin karena ternyata Kamso di kampung halamannya, di Boyolali sana, sudah dijodohkan oleh orangtuanya dengan anak juragan sapi perah, masih teringat dengan jelas di ingatan Rama bagaimana Yuni, perempuan yang selalu energic dan ceria tersebut menangis dan mengurung diri dikamar karena patah hati, hal yang bisa saja sama terjadi kepada Shita karena ulahnya. Mendapati perbandingan yang sangat nyata ini membuat Rama meringis seketika, bisa Rama lihat betapa brengseknya dia yang meninggalkan Shita demi menantu idaman sang Ibu yang saat itu kritis. Aaah, entahlah siapa yang ingin Rama salahkan pada kisah cintanya yang miris karena kesalahan terbesar tentu saja ada pada dirinya yang tidak bisa tegas terhadap ibunya dan juga kepada Shita. Rama terlalu mencintai Shita hingga tidak rela kehilangan wanitanya tersebut, bahkan sampai di detik akhir Rama baru bisa melepaskan Shita, tanpa ada kata maaf atau penjelasan. Bukan tanpa alasan Rama melakukannya, karena menurut Rama lebih baik Shita membencinya agar lebih mudah melupakannya, namun Rama tidak menyangka jika saat akhirnya Rama melihat kebencian itu dimata Shita, hati Rama terasa tercabik-cabik dengan sangat menyakitkan.

"Bunga, Papa janji Papa akan minta maaf ke Miss Shita, biar Miss nggak jutekin kamu lagi gara-gara Papa, tapi Papa minta ke kamu jangan mikir yang macam-macam, kamu ...."

Rama mengira perbincangan antara dirinya dan putrinya yang kelewat pintar ini hanya akan sampai di mana Rama berjanji akan membuat guru yang mengajar Bunga tersebut memaafkannya sehingga Shita tidak kesal kepada Bunga karena dirinya, pemikiran Rama begitu sederhana hingga melupakan kenyataan jika anaknya tersebut kelewat pintar karena ujung-ujungnya apa yang Rama katakan tidak didengar Bunga sama sekali yang lebih memilih mengutarakan pemikirannya sendiri.

"Pa, kalau dulu Papa pacaran sama Miss Shita, gimana kalau sekarang Papa ajakin Miss Shita buat nikah saja, jadiin Miss Shita Mami buat Bunga, gitu?"

Tentu saja mendengar ide ajaib dari Bunga tersebut nyaris saja Rama menginjak rem saking terkejutnya, nasib baik malaikat maut tidak sedang jalan-jalan didekat mereka, jika tidak mungkin mereka akan celaka.

"Kalau Papa nggak berani bilang, Bunga saja nanti yang bilang, Pa! Kalau Maminya macam Miss Shita yang cantik sama pinter, Papa boleh nikah lagi kok. Bunga nggak keberatan."

Kisah Yang Belum UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang