Aku bertemu dia diwaktu yang tak menentu.
Rasa-rasanya aku melihatnya kali pertama di bawah terik matahari pada bulan Maret. Tapi kalau kutarik mundur kembali ingatanku, sepertinya kami sudah bertemu sejak musim mendung gerimis Januari.
Atau barangkali lebih tepatnya pertengahan Desember, ya? Sebab ada satu lagi momen yang bisa kupastikan tak salah kira. Aku ingat betul bahwa saat itu aku sedang iseng mengecek daftar viewers instgrm story, dan ketika aku memutar story ku, cuplikan lagu enchanted milik Taylor Swift terdengar lewat ponselku.
Ah, entahlah. Semakin aku mencoba mengingat, semakin aku meragukan pula daya ingatku. Meski samar-samar tak bisa memastikan, aku yakin kita bertemu di bulan-bulan sekitar itu.
"Yakin di bulan Januari?" tanyanya memastikan, dengan senyum kecil yang ntah apa maksudnya.
Dia nggak lagi mengetes seberapa bagus daya ingatku, kan?
Aku mengangguk, setengah yakin-setengah ragu.
Dia hanya mengangguk paham tanpa memberikan tanggapan balik. Tak mau ambil pusing, aku mencoba membela diri bahwa tak penting kapan pertama kali kami bertemu. Memangnya apa pentingnya, sih?
Seakan tahu isi kepalaku, dia kembali bersuara. "Penting, karna ini tentang kita."
Oke, lebih baik aku diam.
November akhir, 2023.
