Bapak Petani Jagung

6.3K 69 3
                                    

Aku dan keluargaku tinggal di kota S. Setelah ayahku mengalami kebangkrutan, ayah ibu serta adik ku yg berumur 10 tahun pindah ke kampung halaman ayah.
Aku tidak langsung ikut pindah bersama mereka karena aku masih bekerja di kota S.
Disamping itu aku juga tidak tertarik untuk tinggal di desa.

Sebenarnya aku sudah beberapa kali pernah berkunjung ke kampung ayah ku. Saat lebaran ataupun acara keluarga tapi itu sudah lama.
Kalau diingat2 aku terakhir ikut pulang kampung kayaknya waktu masih kelas 2 SMP itupun karena terpaksa.

Setelah 2 tahun semenjak orang tua ku pindah ke kampung aku mengalami PHK di tempat kerja ku.
Berbulan-bulan aku mencari pekerjaan tapi rasanya susah sekali hingga uang tabungan ku mulai terasa menipis.
Orang tua ku menyarankan untuk ikut kembali saja ke kampung.

Aku masih tidak ada ketertarikan sama sekali untuk tinggal bersama orang tua ku di kampung.
Tetapi setelah dipikir2, daripada aku terus2an stres di kota tanpa ada penghasilan tidak ada salahnya aku menjenguk orang tua ku di kampung.
Toh sudah 2 tahun aku tidak pernah jumpa mereka.

Ya, saat hari raya aku tidak pernah pulang ke kampung orang tua ku.
Aku selalu mencari alasan karena aku lebih suka memilih liburan bareng teman2 ku.

.
.
Saat sampai di kampung, keluarga ayahku banyak sekali yg berkunjung ke rumah.
Mereka hanya ingin melihat anak Pak Rasyid seperti apa bentuknya saat dewasa.

Sebenarnya aku agak malas disambut dan ditemui banyak orang seperti ini tapi tidak mungkin aku menghindari mereka.

Saat beramah tamah dengan keluarga ayah dan teman2 ayah, ada satu orang yang mencuri perhatianku.

Beliau namanya Pakde Warno, perawakannya yg gempal dengan kumis yang rapi benar2 mencuri perhatianku.
Tidak hanya itu, sikapnya yang kalem dan sopan benar2 membuatku ingin sekali menggagahinya

Entah kenapa aku suka sekali dengan bapak2 yg kalem, yang cara bicaranya lembut dan sopan.
Rasanya mereka2 terlihat lebih seksi.
.
.

Pak warno sering main ke rumah, selain beliau teman ayah dari kecil ternyata istrinya adalah sepupu ayah.
Jadi secara tidak langsung, aku dan pak Warno masih ada kedekatan keluarga.

Setiap pak Warno main ke rumah, dia seakan wajib menyapaku dan bertanya basa-basi kepada ku.
Wajah ramah dan senyumnya semakin membuat ku bernafsu padanya.
Suaranya yang terdengar lembut dan nada bicaranya yang selalu terdengar ramah benar2 membuat ku ingin mendengar seperti apa kalau dia mendesah.

Lama kelamaan entah kenapa pak warno ini seperti sering caper sama aku.
Seperti saat ngobrol2 rame dengan keluarga selalu ada kata sanjungan terhadap ku.

Ada juga saat ketemu solat Jumat dia melihat ku memakai baju Koko, sarung dan peci berkali2 dia memuji penampilanku.

Atau saat aku ikut menemani ayah main ke rumahnya, dia selalu mempersilahkan ku harus duduk disampingnya.

Makin hari makin terlihat dia suka curi-curi pandang ke aku setiap kita bertemu dalam perkumpulan keluarga.
Saat aku memergokinya dan pandang mata kita berjumpa, dia tidak memalingkan muka malah dia selalu memberi senyum manisnya

Pujian2 seperti "Wah mas Dimas gagah sekali", "Ganteng sekali mas Dimas seperti bapaknya", "Pancen bagus tenan mas Dimas iki" sering kali terdengar darinya saat kita berjumpa.

Awalnya aku hanya berpikir dia memang ramah saja.
Tapi lama kelamaan melihat senyum dan tatapan matanya seperti menguatkan gayradar ku.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lustful Daddies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang