KEHIDUPAN rumah tangga palsu mereka berjalan dengan harmonis seperti pasangan yang saling mencintai. Meski keduanya sama-sama sibuk, Sasuke sama sekali tidak kekurangan kasih sayang. Terkadang jika Sakura harus menginap di Rumah Sakit, Kakashi akan menggantikan peran Sakura sebagai seorang Ibu bagi Sasuke dan merawat anak itu; memberi susu dan mengganti popok. Begitu pula dengan sebaliknya. Jika Kakashi mendapat misi dari Lady Tsunade, maka Sakura yang akan mengurus Sasuke. Rutinitas tersebut berlangsung dengan sangat baik hingga saat Sasuke menginjak usia sembilan bulan di mana bersamaan dengan usia pernikahan palsu mereka.
Hingga ketika Kakashi diminta bertugas menyelidiki orang-orang yang pernah menargetkan Sasuke sebagai jinchuuriki bersama dengan Tuan Jiraiya, Kakashi mau tak mau harus meninggalkan Sakura dan Sasuke dalam waktu yang tidak bisa ditentukan. Malam itu, keadaan makan malam yang biasanya penuh dengan gelak tawa dan cerita tentang kegiatan mereka sehari-hari harus tertutupi oleh berita kepergian Kakashi yang sangat mendadak.
Hanya terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piring makan. Keduanya nampak enggan dan tak tahu harus membuka topik dengan apa. Anehnya, suasana tiba-tiba menjadi canggung setelah Sakura mendengar misi Kakashi. Ia dalam diam memegang botol dot Sasuke sembari melamun yang tentu saja ditangkap oleh penglihatan Kakashi. Entah apa yang dipikirkan Sakura, Kakashi hanya tak suka melihatnya tidak menyentuh makan malam.
"Sakura." Kakashi memanggil, pelan. Sedangkan yang dipanggil hanya berdeham singkat. Sakura masih sibuk memegangi dot susu Sasuke. "Makanlah dulu. Biar aku yang memberikan susu Sasuke."
Tetapi, Sakura menggeleng. "Tidak, Guru besok kan harus berangkat pagi-pagi sekali," ingatnya. "Jangan sampai terlambat lagi, loh."
"Ah, biar pun begitu, aku masih bisa memberikan susu Sasuke." Kakashi berjalan ke sisi kanan meja dan sedikit memutar untuk merebut botol susu yang Sakura pegang. "Makanlah dulu, Sakura."
Mendengar nada tegas dari Sang Guru, Sakura merasa tak punya pilihan selain menyendok kari ayam di atas piring. Ini adalah masakan terakhir Kakashi sebelum dia berangkat misi besok pagi. Sejenak, Sakura merasa sayang bahwa dirinya harus menjaga Sasuke seorang diri. Namun, di sebelahnya Kakashi seperti tahu apa yang dipikirkan mantan muridnya itu maka dia berkata,
"Nona Tsunade akan membantumu menjaga Sasuke selama aku pergi misi."
"Ah, baik."
Ketika matahari telah terbit dari ufuk Timur, Sakura terbangun oleh suara Kakashi yang sedang menenangkan Sasuke dari kamar sebelah. Segera beranjak dari tempat tidur setelah mengucek mata, Sakura mendapati Kakashi tengah menggendong Sasuke dengan susah payah karena bayi tersebut terus memberontak. Sepenuhnya Sakura segera terbangun dari rasa kantuk dan bergegas ke dapur untuk membuat susu formula. Beberapa menit kemudian, ia keluar bersama dengan sebotol susu rasa vanila di tangan kanan.
"Maaf, seharusnya Guru membangunkanku," kata Sakura seraya mengambil Sasuke dari pelukan Kakashi. Sementara yang diajak bicara hanya tersenyum simpul sebelum menyerahkan Sasuke kepada Sakura. "Aku sebenarnya tak berniat membangunkanmu tetapi malah jadi seperti ini," balasnya sembari tertawa canggung.
Sakura hanya mendecak dan memandang Kakashi dari atas hingga bawah sebelum berkata, "Guru sebaiknya berangkat sekarang."
"Ah, benar." Tetapi, bukannya pergi, Kakashi lantas memasang segel jutsu pemanggil. Asap bergemul bermunculan bersamaan dengan hadirnya Pakkun di tengah-tengah mereka. "Aku akan meninggalkan Pakkun bersamamu, Sakura. Dia akan membantumu menjaga Sasuke saat kau atau Nona Tsunade sibuk."
"Baik, terima kasih."
"Sampai jumpa."
Dan begitulah Kakashi menghilang bersama dengan kepulan asap. Pakkun baru saja hendak memprotes setelah mendengar perintah Sang Tuan tetapi kalah cepat dengan kepergian Kakashi sehingga ia hanya bisa menghela napas kasar dan menatap Sakura.
"Oi, Sakura. Aku lapar. Berikan aku makan."
Mendengar Pakkun yang menyebut kata lapar, Sakura lantas teringat bahwa ia belum membuatkan Kakashi sarapan. Segera ia menoleh menyeberangi jarak pandang mata yang bisa ia tuju dan menemukan sebuah omelet di atas meja makan beserta dengan sepucuk surat di sebelahnya. Sakura dengan pelan kemudian berjalan menuju meja makan bersama Sasuke di dalam gendongan dan Pakkun yang mengekor di belakang.
Aku akan segera kembali.
Membaca surat yang sangat pendek tersebut, Sakura tertawa kecil. "Sepertinya, Ayahmu akan pulang terlambat, Sasuke."
Di tempat yang bersamaan, Lady Tsunade dan Tuan Jiraiya tengah asik beradu mulut. Lady Tsunade bersikeras untuk bertaruh bahwa Tuan Jiraiya tidak boleh membawa atau berkencan dengan gadis-gadis muda ketika ia dalam perjalanan misi sementara Tuan Jiraiya bertaruh agar perempuan yang sangat dicintainya itu tidak bermain judi dan minum alkohol. Sepasang kekasih yang sudah tidak muda lagi tersebut hanya bisa membuat Shizune dan Kakashi tertawa canggung.
Sudah menjadi rahasia umum bagi shinobi Konoha tentang hubungan Lady Tsunade dan Tuan Jiraiya. Dua sannin legendaris dari Konohagakure. Meski keduanya baru merajut kasih saat sudah berusia senja, keduanya nampak tidak kalah dengan pasangan muda shinobi Konoha. Walau bagaimana pun, namanya jatuh cinta memang tidak mengenal usia dan pada siapa cinta itu akan berlabuh. Sepertinya, Kakashi menyadari sesuatu akan makna dari cinta itu sendiri setelah melihat secara langsung interaksi Tuan Jiraiya dan Lady Tsunade dan apa yang tertulis di dalam buku Icha-Icha karangan legendaris katak tersebut.
"Oi, oi, sekarang waktunya kita berangkat Tuan Jiraiya." Kakashi menginterupsi. Tidak mau terlalu lama membuang waktu berharganya demi menonton sepasang kekasih yang tengah terlihat mesra dalam pertengkaran mulut mereka.
Mendengar perkataan Kakashi, Lady Tsunade menghentikan adu mulut mereka dan berdeham. Ia kemudian menarik kerah baju Pertapa Katak dan memberikan kecupan singkat di mulut pria itu sebelum berkata, "Jangan sampai mati."
Shizune berteriak histeris sedangkan Kakashi bersemu merah. Ia segera memalingkan wajah ke arah yang berlawanan dengan Shizune. Dalam hati, seperti ada yang ia lupakan sewaktu meninggalkan Sakura bersama Sasuke. Setelah merasa yakin bahwa mereka telah selesai dengan urusan pribadi masing-masing—Kakashi bersama Tuan Jiraiya segera meninggalkan Konohagakure dan menjelajah ke negeri kabut.
Sepanjang jalan, Kakashi terus mengingat kejadian tadi pagi dan bagaimana Sakura melihatnya. Ia tersenyum kecil di dalam masker yang menutupi berbagai ekspresi Kakashi. Meski ia tahu betul tenaga Sakura lebih hebat dari dirinya, dalam hati ia tetap merasa takut bila Sakura terluka karena melindungi Sasuke. Maka dari itu, ia mengutus Pakkun. Itulah alasan sebenarnya. Tetapi, di samping hal genting tersebut, ada satu misi rahasia Pakkun yang hanya Kakashi dan anjing itu yang tahu—bahwa ia harus mengawasi setiap pria yang mendekati Sakura atau mencoba menggoda mantan muridnya itu selama Kakashi tidak ada.
Melalui Pakkun, Kakashi dapat mengingat aroma dari tubuh yang berani mendekati Sakura dan siapa saja yang berani mendekatinya selama Kakashi tidak ada. Dalam hati ia sudah bertekad akan menjalankan rencananya secepat mungkin setelah ia pulang dari misi sialan ini. Sementara itu, tanpa disadari Kakashi, Jiraiya dapat menebak apa yang dipikirkan pria tersebut. Maka dari itu, ia terkekeh pelan sebelum memperingati Kakashi,
"Tenang saja, Kakashi. Tidak akan ada yang berani mendekatinya."[]
![](https://img.wattpad.com/cover/357282930-288-k920487.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Kakashi?
FanfictionMISI duo yang mengharuskan Kakashi dan Sakura berpura-pura sebagai sepasang suami-istri untuk melindungi satu-satunya keturunan Uchiha yang masih tersisa. Lady Tsunade dan Tuan Jiraiya menugaskan Kakashi sebagai ketua tim dalam misi ini selama lima...