GOSIPNYA telah menyebar bahwa bagaimana Hanare dan Kakashi berkencan di belakang Sakura. Entah ulah siapa yang pertama kali menyebarkannya tetapi yang pasti itu adalah bukti bahwa mereka sering terlihat bersama. Sakura tidak membenarkan tetapi juga tidak menyalahkan rumor tersebut. Yang terpenting adalah bagaimana itu menjadi sebuah keyakinan bagi Sakura untuk melepas Hatake Kakashi. Mimpinya untuk membangun keluarga kecil bersama pria bermasker tersebut telah kandas sejak hari di mana mereka memulai pertengkaran untuk pertama kali.
Ingatan tersebut masih terpatri dengan jelas di benak Sakura tentang bagaimana kacau balaunya ruang makan dan hatinya akibat perbuatan Kakashi. Sejak hari di mana mereka bertengkar, Kakashi tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Sakura masih ingat jelas bagaimana Kakashi pulang setelahnya untuk mengemas pakaian sebelum misi. Ia masih ingat jelas hari di mana pintu apartemen mereka ditutup Kakashi untuk terakhir kali semenjak perkelahian mereka.
Sekarang apakah ia benar-benar mengambil misi atau sedang berusaha meninggalkannya? Sakura tidak tahu pasti. Yang jelas adalah bahwa pria tersebut meletakkan sepucuk surat di atas nakas kamar Sakura sewaktu ia pura-pura tertidur dan Kakashi yang hendak berangkat misi.
Maafkan aku. Aku pergi dulu. Jaga dirimu dan Sasuke.
Perkataan maaf yang bahkan Sakura tidak ingin dengar hanya disampaikan melalui surat. Entah angin apa yang mengenai wanita itu, ia menghitung waktu di mana Kakashi telah pergi meninggalkannya. Itu sudah melewati waktu satu bulan dan sekarang umur Sasuke adalah 11 bulan. Apa yang terpenting adalah bahwa misi yang diberikan Lady Tsunade kepada Sakura dan Kakashi telah gagal berkat Hanare. Sakura mengembuskan napas panjang, ia sungguh sudah lelah dengan yang namanya cinta.
"Aku sudah muak."
Di tempat lain dengan waktu yang bersamaan, Kakashi merenung memikirkan Sakura di bawah langit malam yang dihiasi bintang-bintang. Angin bertiup menerpa tubuh kekar pria itu yang rasanya sama sekali tidak dingin. Meski demikian, ia merasa hampa dan kosong merindukan sang kekasih yang saat ini mungkin tidak bisa ia lihat. Sudah sebulan Kakashi mengkhayal dan melamun—pikirannya penuh dengan hari itu di mana ia dan Sakura bertengkar. Kakashi benar-benar kehilangan kesabaran saat itu yang membuatnya menyesali perbuatannya seumur hidup. Ia memang bodoh dan Kakashi tidak menyalahkan keputusan Sakura.
"Sudahlah, Kakashi." Pakkun yang dipanggil jauh-jauh untuk menemani pria itu termenung akhirnya merasa lelah juga. Bagaimana pun, ia sudah berada di sisi Kakashi selama sebulan hanya untuk menemani pria itu mengobrol atau sekedar mendengarkan keluh kesahnya. "Kembalilah dan minta maaf kepada Sakura."
"Sudah terlambat."
Pakkun mendecak. "Lagipula kau sendiri yang salah kenapa tidak bisa tegas pada perasaanmu sendiri?"
Lagi-lagi perkataan Pakkun menusuk hati Kakashi namun tidak membuat pria itu marah. Sebab, apa yang dikatakan hewan kuchiyosenya tersebut adalah fakta. Kakashi membenarkan sekaligus menyesali. Ia sungguh bodoh dan tidak dapat diandalkan meski Sakura telah menaruh harapan dan kepercayaannya kepada Kakashi. Tetapi, sayang sekali Kakashi tidak bisa membalas kepercayaan Sakura dan membuat wanita muda itu kecewa.
"Menurutmu apa yang harus kulakukan sekarang?"
Pakkun mendengus. Ia menatap pemiliknya yang tengah memandang api unggun dengan pandangan yang lebih sayu dari biasa. "Lakukan apa yang hatimu katakan."
Dua bulan ini, Sakura berhasil melewati hari demi hari dengan sangat baik meski tanpa kehadiran Kakashi. Ia pikir dulu ia tidak bisa hidup tanpa adanya pria itu namun lihatlah, ia berhasil kembali ke dalam rutinitasnya sehari-hari meski tidak sama lagi seperti dulu. Sakura tidak dapat menyembunyikan bahwa ada yang berbeda meski hari-harinya berlalu seperti biasa. Namun, setidaknya ia dapat menjalani hari ini selama dua bulan penuh tanpa rasa gelisah.
Misi yang diberikan Lady Tsunade kepadanya dan Kakashi telah gagal. Sehingga tidak ada lagi yang perlu ia cemaskan. Toh, pada akhirnya hanya Sakura sendiri yang akan merawat Sasuke hingga bayi tersebut besar. Membesarkan anak tanpa Ayah mungkin tidak pernah Sakura bayangkan tetapi jika memang ia ditakdirkan seperti itu maka Sakura akan menjalaninya dengan sabar. Setidaknya, ia tidak akan makan hati lagi melihat bagaimana Kakashi dan Hanare telah pergi meskipun terkadang ia masih mendengar beberapa rumor aneh yang menurutnya tidak masuk akal.
... bahwa Hanare lah yang memaksa Kakashi untuk melakukan misi.
"Jidat! Sebaiknya kita minum-minum hari ini dan memakan beberapa yakiniku untuk merayakan keberhasilan operasiku!" Yamanaka Ino tiba dengan ceria sehabis ia membanting pintu ruangan Sakura. Ia berjalan mendekati sahabatnya yang terlihat kelelahan akibat banyaknya pengunjung rumah sakit beberapa hari ini. "Ayo!" ajaknya lagi. "Lagipula besok adalah akhir pekan dan saatnya untukmu beristirahat.
Sakura menyetujui setelah beberapa saat menimbang-nimbang. Memang benar beberapa hari ini ia begitu sibuk sehingga tidak memerhatikan dirinya dan Sasuke. Bayi tersebut juga sudah beberapa hari ini terpaksa Sakura titip kepada Hinata selama Sakura bekerja.
"Baiklah."
Mereka tiba di yakiniku yang menjadi tempat tim Ino-Shika-Chou biasanya merayakan kemenangan misi. Hari ini Ino lah yang mentraktir Sakura untuk keberhasilan operasi pertamanya. Ia memesan beberapa set menu yakiniku dan alkohol untuk menemani malam mereka yang cukup panjang. Namun, setelah beberapa saat Ino sedikit menyesali perbuatannya karena sekarang ini Sakura minum-minum sampai ia benar-benar mabuk dan tidak mau pulang.
"Kau tahu Ino bagaimana aku sangat mencintai Kakashi namun pria itu malah meninggalkanku dengan Sasuke." Sakura mulai meracau. "Dasar pria brengsek."
"Ya, ya, kau benar. Sakura saatnya kita pulang."
"Kau tahu betul bagaimana perasaanku saat mendengar rumor tentang mereka. Bagaimana mereka menjalin hubungan di belakangku dan Kakashi yang menghabiskan waktunya bersama Hanare tanpa memedulikan aku dan Sasuke. Dan sekarang, pria itu benar-benar meninggalkan aku dan Sasuke demi sebuah misi yang tidak kuketahui."
"Tetapi, Guru Kakashi sangat mencintaimu Sakura."
"Itu semua bohong. Kau tahu."
"Aku tidak pernah berbohong." Sekarang, suara bariton khas Kakashi masuk ke dalam indra pendengaran Sakura—membuat wanita itu tertawa kecil sekaligus geli. Sakura merasa bahwa ia benar-benar telah mabuk mengingat saat ini suara Kakashi bahkan masuk ke dalam gendang telinganya. Ia sungguh tak habis pikir. Segitu rindunya kah ia dengan pemilik suara itu?
Di sisi lain Yamanaka Ino menganga. Ia tak percaya bahwa pria yang sedang mereka bicarakan itu akan menampakkan dirinya di hadapan mereka. Ino yang bagaimana pun adalah orang yang memberikan ide konyol ini akhirnya mencoba membangunkan Sakura dengan cari memanggil nama wanita itu. Meski hal tersebut adalah tindakan sia-sia.
"Sakura," cicit Ino, pelan. "Bangunlah."
Tetapi, Sakura hanya terus meracau seraya mengibaskan tangan ke wajah sahabatnya. "Diamlah, Ino. Lebih baik kau carikan aku pria dengan warna rambut selain hitam dan perak. Aku sungguh tidak menyukai warna itu."
"Maaf." Ino menutup matanya dan berkata, "Sepertinya aku akan memberimu pria dengan warna rambut perak." Setelah melihat sinyal dari Kakashi yang menyuruhnya untuk segera pergi, Ino lantas menepuk pundak Sakura sebelum ia benar-benar meninggalkan Sakura bersama Kakashi. Namun, di detik selanjutnya, Ino berkata pelan, "Ngomong-ngomong, Sasuke berada di rumah Hinata."
"Aku mengerti."
"Kalau begitu, semoga berhasil, Guru Kakashi!"
Nasihat Pakkun adalah bagaimana Kakashi melakukan apa yang ingin dilakukan oleh hatinya. Maka dari itu, dengan cepat setelah menyelesaikan misi yang sengaja ia ambil untuk meringankan beban di kepalanya, Kakashi segera pulang untuk kembali ke dalam pelukan wanita bersurai merah muda yang selalu ia rindukan.
"Sakura, aku pulang."[]
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Kakashi?
FanfictionMISI duo yang mengharuskan Kakashi dan Sakura berpura-pura sebagai sepasang suami-istri untuk melindungi satu-satunya keturunan Uchiha yang masih tersisa. Lady Tsunade dan Tuan Jiraiya menugaskan Kakashi sebagai ketua tim dalam misi ini selama lima...