MATAHARI sedang panas-panasnya ketika Sakura mengantar pil penambah stamina kepada Naruto. Pria itu sedang berada di air terjun untuk berlatih ilmu alam. Akhir-akhir ini Naruto memang sedang sibuk mempersiapkan diri menghadapi serangan Pain ke Konoha. Kakashi sudah memberitahu Sakura perihal kemungkinan tersebut mengingat tujuan organisasi Akatsuki adalah untuk mengumpulkan semua Jinchuuriki. Maka dari itu, Sakura berniat mengunjungi Naruto sekaligus memberikannya bingkisan.
Ia menggandeng sekeranjang penuh pil berwarna kehitaman akibat dicampur dengan berbagai macam tanaman herba. Melihat bagaimana Kakashi mengatakan bahwa pil buatannya terasa enak, Sakura tersenyum senang ketika membayangkan Naruto juga mengatakan hal yang sama sembari memakannya lahap. Sebab pil ini khusus dibuat Sakura untuk Naruto—wanita muda tersebut ingin memberikan kontribusi melalui beberapa khasiat dari tanaman herba.
Perjalanan menuju air terjun cukup memakan waktu lama sehingga ketika Sakura telah sampai di sana, jam sudah menunjukkan pukul 12.00. Saat ini, matahari telah berada tepat di atas kepala. Sudah waktunya bagi Naruto untuk beristirahat tetapi setelah melihat Naruto masih sibuk berlatih—Sakura akhirnya berpindah ke tempat teduh.
Hingga ketika Sakura akan meletakkan sekeranjang penuh pil penambah stamina buatannya di atas tebangan pohon yang datar, Sai datang menyapa Sakura. Siapa sangka ia akan bertemu dengan kekasih Yamanaka Ino tersebut ketika mereka sama-sama ingin melihat latihan Naruto. Keduanya kemudian berdiri di bawah pohon untuk berteduh. Dari jarak yang cukup dekat namun tidak terlalu dekat, mereka sibuk memperhatikan bagaimana Naruto berlatih untuk meningkatkan kemampuannya.
Kakashi sebenarnya ditugaskan untuk mendampingi Naruto bersama Kapten Yamato. Namun, mengingat ia baru saja pulih dari luka-lukanya sehabis menghadapi Pain, Sakura menahan Kakashi sehari lagi untuk beristirahat. Ia baru akan bergabung bersama Naruto dan Kapten Yamato esok hari.
"Sakura." Sai memanggil tetapi netranya tetap fokus melihat latihan Naruto. "Aku juga ingin memberikan sesuatu bagi Naruto."
Mendengar hal tersebut, Sakura mengulum senyum. Tanpa melepas pandangannya dari Naruto, ia membalas, "Tidak usah berpikir rumit. Dengan keberadaanmu saja aku yakin Naruto sudah merasa senang dan bersemangat."
"Tetapi—"
"Makanlah." Sakura memasukkan satu pil penambah stamina ke dalam mulut Sai. "Setidaknya itu cukup untuk menambah staminamu akibat berlatih," lanjut Sakura tersenyum. Tetapi, melihat raut wajah Sai yang seperti kesakitan, Sakura lantas bertanya, "Sai, kau kenapa?"
Ia menggeleng dan mengunyah cepat pil penambah stamina buatan Sakura. Setelah menenguk air yang ia bawa dari tas ninja—Sai baru bisa menjawab pertanyaan wanita muda itu.
"Pil buatanmu tidak enak."
"Ya?" Mendengar hal tersebut keluar dari mulut ringan Sai—Sakura tentu saja ingin menggunakan bogem mentahnya ke arah pria itu. Tetapi, wanita itu terus menahan diri dan akhirnya berhasil mengendalikan rasa kesalnya. Lantas ia mengajukan pertanyaan sembari membiarkan dahinya berkedut. "Tetapi, Kakashi mengatakan rasanya enak."
"Aku rasa dia mengatakannya karena tidak ingin melukai perasaanmu."
Sai dengan kepolosan dan kejujurannya mengatakan semua hal yang terlintas di benak pria itu. Hal tersebut tentu saja membuat Sakura merasa kecewa sekaligus dongkol. Akan tetapi, karena ia sudah terlanjur membuat pil sebanyak itu, ia lantas membiarkannya berlalu begitu saja. Toh yang terpenting adalah khasiat dari pil yang dibuatnya. Begitulah hari itu berakhir di lidah Sakura setelah ia menceritakannya kepada Kakashi sewaktu selesai bekerja.
"Yang terpenting adalah khasiat pil tersebut, Sakura."
Kakashi yang tengah sibuk menggendong Sasuke akhirnya tersenyum tanpa rasa bersalah. Melalui masker yang menutupi sebelah matanya, ia memandang Sakura dengan sebelah mata yang tidak memiliki sharingan. "Meski rasanya memang tidak enak, aku tetap menyukai buatanmu," sambung Kakashi lagi. Tidak mendapat respons positif dari sang kekasih, Kakashi menyenderkan kepalanya ke pundak Sakura dan berbisik, "Jangan seperti ini, kecantikanmu nanti hilang."
"Biarkan saja."
Sakura yang masih dongkol akan kenyataan bahwa pil buatannya tidak enak hanya menjawab sesuka hati. Niatnya ia ingin menjauh dari sosok pria yang sedang bermanja-manja dengannya saat ini. Akan tetapi, Kakashi yang tidak pernah gagal untuk menggoda Sakura pada akhirnya merasa kalah. Ia pun mengangguk dan menjawab setelah Kakashi sudah mengangkat kepala dan menatapnya datar.
"Hah ... baiklah."
Kakashi lantas menyambar bibir Sakura sekilas. Ia tersenyum tatkala bibir mereka bersentuhan dalam waktu singkat meski ada masker Kakashi yang menempel. Sakura saat ini tengah merona. Pipinya terasa panas hingga dadanya berdebar kencang. Untuk pertama kali ia berciuman dan first kiss Sakura adalah pria yang ada di depannya saat ini. Pria yang ia cintai dengan sepenuh hati. Hatake Kakashi.
Teringat akan hal penting, Sakura lantas menatap Kakashi penuh selidik sementara yang ditatap hanya memandang heran. Di tangan kanannya masih memegang botol susu Sasuke.
"Ada apa, Sakura?"
"Apakah kau bertemu 'wanita itu' di Negeri Kabut?"
Sebelah alis Kakashi terangkat. "Wanita itu?"
"Hanare."
Mendengar nama yang tidak familiar dengannya, Kakashi mengembuskan napas panjang. Ia pikir ada apa Sakura tiba-tiba menatapnya penuh selidik seperti tadi. Ternyata ia telah termakan rumor antara Kakashi dengan Hanare yang telah menyebar entah kapan karena mendengar tempat misi Kakashi adalah di Negeri Kabut.
"Sakura, aku ke sana bersama dengan Tuan Jiraiya dan kami sungguh hanya menyusup dan mengamati pergerakan Akatsuki. Tidak lebih."
"Tetapi, kalian sama-sama mesum."
Kini Sakura tidak mau kalah argumen dengan Kakashi. Wanita muda tersebut mengucapkan fakta berdasarkan apa yang ia lihat dan dengar. Bahkan kebiasaan Kakashi saja yang membawa buku Icha-Icha Tactics ke mana-mana sudah melekat hebat di kehidupan Kakashi. Bagaimana Sakura tidak percaya dengan perkataan pria itu? Jika cinta pertamanya saja sudah pernah membohongi Sakura, maka Kakashi juga tidak menutup kemungkinan bisa melakukan hal tersebut.
Melihat Sakura yang mulai tidak percaya kepadanya, Kakashi segera menenangkan wanita itu. "Meskipun mesum aku tidak senakal yang kau katakan," balas Kakashi lembut. Ia meletakkan Sasuke di kursi bayi sebelum mengajak Sakura duduk. Wanita tersebut patuh dan saat ini berada di dalam ruang makan.
"Sakura, mengapa kau tiba-tiba mengatakan hal itu?"
Sakura menunduk malu seraya memainkan jari-jemarinya. "Kau dulu selalu bersama Hanare dan dia berasal dari Negeri Kabut."
"Lalu karena kebetulan misiku berada di Negeri Kabut maka aku bisa bertemu dengannya kembali?" tebak Kakashi yang langsung dibenarkan oleh Sakura. "Lantas mengapa kalau aku bertemu dengannya? Yang terpenting adalah aku tidak punya perasaan kepadanya."
Sakura terdiam. Apa yang dikatakan Kakashi benar. Lagipula Kakashi juga pasti tidak punya waktu pada saat itu untuk bertemu Hanare. Maka dari itu, Sakura merasa malu pada dirinya. Ia tak mampu mengangkat wajah apalagi menatap mata pria yang sangat ia cintai. Sakura benar-benar menyadari bahwa apa yang dia katakan hari ini sudah kelewat batas. Ia bahkan telah menuduh Kakashi hanya berdasarkan asusmsi semata dan rumor yang beredar. Sakura merasa bersalah.
Sebaliknya, Kakashi yang melihat Sakura telah lebih tenang dari sebelumnya kini berjalan mendekati wanita muda itu. Ia tersenyum sebelum menumpukan sebelah lutut di lantai dan mengambil tangan Sakura yang saling tertaut. Kakashi memberikan kecupan ringan di punggung tangan Sakura yang membuat wanita itu segera mengangkat wajah dan menatap Kakashi dengan semburat merah di kedua pipi.
"Kakashi!" Ia bersungut. "Apa yang kau lakukan?"
Sudut bibir Kakashi terangkat ke atas. "Mencium belahan hatiku?" ucapnya yang menggantung di udara. Kemudian ia langsung bangkit dan memeluk Sakura yang masih duduk di kursi makan. "Hah, ... kau sungguh membuatku hampir gila."
"Aku kenapa?"
"Karena sedikit saja melakukan kesalahan, aku bisa kehilanganmu."
Lantas mereka larut dalam kehangatan yang menyelimuti keduanya. Sakura membiarkan dirinya masuk lebih dalam ke pelukan Kakashi begitu pun Kakashi yang menikmati pelukan Sakura. Keduanya enggan melepas pelukan lebih dulu sebelum Sasuke menangis dan memaksa Sakura mendorong pelan Kakashi untuk kemudian bangkit mengambil bayi tersebut dan menenangkannya.
"Maaf, ya, Sasuke. Ayahmu memang mesum," jawab Sakura bercanda yang dibalas dengan ketawa Kakashi. Keduanya lantas saling menertawakan diri masing-masing.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Kakashi?
FanficMISI duo yang mengharuskan Kakashi dan Sakura berpura-pura sebagai sepasang suami-istri untuk melindungi satu-satunya keturunan Uchiha yang masih tersisa. Lady Tsunade dan Tuan Jiraiya menugaskan Kakashi sebagai ketua tim dalam misi ini selama lima...