| chapter 02

625 40 1
                                    

PAKKUN merasa puas selama ia ditugaskan untuk menjaga Sakura. Wanita muda itu tidak pernah melewatkan jam makan anjing tersebut dan selalu memberikan daging dalam porsi besar. Berbeda dengan saat bersama Kakashi yang hanya dapat memberinya makanan sederhana. Itu pun tidak setiap hari. Tetapi, mungkin karena mendapat misi, akhir-akhir ini Kakashi menjadi sedikit perhatian. Hal tersebut membuat Pakkun merasa ingin membalas dendam kepada Kakashi meski tidak pernah kesampaian.

Sama seperti yang kemarin-kemarin, hari ini ia kembali menjalankan tugas dari Kakashi setelah mendapat makan siang dari Sakura. Ia mengawasi Sakura dari jauh sekaligus menjaga Sasuke agar bayi tersebut tidak menangis selama Sakura bekerja di Rumah Sakit. Tetapi, persis seperti hari-hari sebelumnya juga, ada satu manusia yang selalu membuat keributan ketika ia sedang mabuk.

Brak!

"Nona Tsunade, Anda tidak boleh mengganggu Sakura bekerja."

Shizune berteriak histeris sedangkan Pakkun hanya mengembuskan napas kasar. Ia lalu kembali mengamati wajah Sasuke sebelum meletakkan dagu di atas kedua kaki bagian depan. Dari jarak begini saja, telinganya sudah sakit mendengar teriakan Lady Tsunade yang Pakkun ketahui adalah salah satu dari tiga legendaris Konoha. Dan saat ini ia sedang berpacaran dengan sang pertapa katak. Kenyataan tersebut telah meluas di dunia para hewan kontrak meski tinggal di tempat yang berbeda-beda.

"Sakura." Lady Tsunade memanggil. Ia lantas melirik Pakkun sejenak sebelum kembali menaruh atensi kepada sang murid. "Apa kau yakin Jiraiya tidak akan bermain perempuan di sana?"

"Tentu saja, Nona Tsunade."

"Lalu, bagaimana dengan Kakashi?"

Senyum di wajah Sakura semakin melebar. Ia melemaskan tangan sebelum mengepal dan meninju meja di ruang kerja dengan senyum yang tidak pudar di wajah. "Tentu saja, dia tidak akan macam-macam. Saya berjanji."

Lalu keduanya lantas tertawa sementara Shizune dan Pakkun yang melihat kejadian tadi hanya bisa melihat aneh ke arah mereka. Memang kedua wanita di depannya ini memiliki tenaga super dahsyat dibanding shinobi lainnya dan diliputi sistem pengendalian cakra yang optimal. Namun, untuk urusan cinta itu adalah cerita yang berbeda lagi.

Sakura yang gagal dengan cinta pertamanya kini tidak pernah lagi terlihat dekat dengan lawan jenis selain teman seangkatannya dan Lady Tsunade yang menderita nasib yang sama ditinggalkan oleh adik kandung dan pacarnya dalam sebuah insiden yang membuat ia sempat trauma terhadap darah meski ia adalah ninja medis. Itu adalah cerita beberapa puluh tahun lalu sebelum mereka menjalani misi panjang ini dan menjadi dekat dengan lelaki masing-masing.

Akibat mempunyai pengalaman yang kurang lebih sama, keduanya pun memiliki ikatan batin yang cukup kuat. Sehingga ketika Lady Tsunade mendapati Pakkun yang juga sedang mengamatinya—wanita tersebut lantas menunjuk-nunjuk Pakkun sembari berkata,

"Hei, katakan kepada Tuanmu bahwa berhenti mengawasi Sakura!"

Entah apa yang ia lontarkan adalah sebuah kebenaran atau bukan yang jelas tidak ada yang percaya dengan perkataan wanita mabuk di depannya itu. Maka dengan arogan, Pakkun hanya mengembuskan napas kasar dan memalingkan wajah ke kiri. Tentu saja, Lady Tsunade merasa marah jika melihat dirinya tidak diacuhkan seperti tadi dan hanya menanggapi perkataan Lady Tsunade dengan apa adanya. Tetapi, meski Lady Tsunade telah mencak-mencak di depan sana, Pakkun tetap tidak peduli sehingga ia memilih memejamkan mata hingga tiba di suatu goa yang terasa asing.

Tunggu, Goa?!

Pakkun segera menoleh dan mendapati Kakashi sedang dalam mode penyamaran. Sekarang dia tahu apa yang sedang terjadi. Ternyata Kakashi memanggilnya diam-diam. Malas berdebat, Pakkun langsung to the point,

"Ada apa kau memanggilku ke tempat ini?"

"Bagaimana Sakura?"

Pakkun mendengus. "Dia baik-baik saja." Niatnya ingin berkata seperti itu tetapi ketika melihat ekspresi Kakashi yang datar saja, Pakkun segera melanjutkan, "Oh, ada seseorang yang terus mendekatinya, entah di Rumah Sakit ataupun di pasar. Tetapi, Sakura hanya menanggapi seadanya saja dan pergi. Beruntung Nona Tsunade terus berada di samping Sakura sehingga dia tidak akan mendekatinya untuk sementara waktu."

"Hm, baiklah."

"Dan satu lagi, sepertinya Nona Tsunade tau kalau kau mengirimku untuk memata-matai Sakura." Pakkun memberitahu apa adanya. Toh memang benar ia sudah ketahuan oleh Sannin Siput tersebut. Tetapi, Kakashi yang memang pada dasarnya cuek tidak peduli.

"Selama kau tidak memberitahu misimu, maka anggap saja Nona Tsunade tidak mengetahuinya."

"Ngomong-ngomong di mana Tuan Jiraiya?" Pakkun menoleh ke sana ke mari sembari mengendus-endus. "Aku mencium baunya di sini tetapi orangnya tidak ada. Seperti baru saja pergi ke suatu tempat."

Kakashi yang merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan Pakkun segera melakukan segel pemindahan dengan menargetkan tempat di mana Pakkun sebelumnya berada. Sadar atas apa yang Kakashi lakukan, anjing tersebut mendengus. "Dia hanya berani ketika Tuan Jiraiya tidak berada di tempat," gumamnya, pelan yang sayangnya terdengar oleh telinga Sakura ketika dia kembali dari ruang istirahat.

"Ada apa, Pakkun?"

Yang dipanggil segera menoleh seraya mengibas-ngibaskan ekor ketika mendengar suara sang pemilik. Dengan wajah yang semringah, Pakkun menjawab, "Bukan apa-apa. Mana makananku." Sekarang, pikirannya teralih kepada setumpuk daging yakiniku yang berada di mangkok. Sembari menjulurkan lidah, Pakkun menelan ludahnya beberapa kali tatkala Sakura memecahkan telur mentah di atas daging yakiniku yang belum dimasak. Setelah itu, barulah Sakura menghidangkan makanan tersebut di depan Pakkun yang langsung disantap dengan secepat kilat.

Sakura yang melihat hal tersebut terkekeh, geli. Ia kemudian berjongkok dan memandang Pakkun yang sedang melahap makanannya. "Hei, apa kau selalu bersama Kakashi?"

"Aku menemaninya sejak kecil," jawab Pakkun di sela-sela makannya. "Ngomong-ngomong, kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal tersebut?"

Pikiran Sakura melambung jauh. Saat ini, Kakashi sedang berada di negeri kabut—tempat di mana mantan Kakashi bermukim. Sakura masih sangat ingat bagaimana dulu mereka bertiga menjodohkan Kakashi dengan wanita yang berasal dari negeri kabut bernama Hanare. Sekarang, kalau diingat lagi, Sakura sedikit menyesal sekaligus bersyukur. Ia menyesal telah pernah menjodohkan Kakashi kepada Hanare dan ia bersyukur bahwa Kakashi menolak Hanare. Tetapi, bagaimana jika mereka sebenarnya ditakdirkan bersama? Sakura menelan pertanyaan pahit itu di kerongkongan.

Sebab mungkin tanpa ia sadari sekarang ini, ia sudah jauh jatuh tenggelam ke dalam dasar cinta Kakashi. Meski telah lama bersama sejak ia masih remaja, Sakura dulu tidak begitu paham mengapa ia bisa mencintai gurunya hanya dalam kurun waktu selama sembilan bulan. Tetapi, perasaan yang bersifat pribadi ini seharusnya ia pendam saja agar tidak menggagalkan misi. Namun, apakah ia bisa? Tidak. Tanpa perlu Sakura coba pun ia yakin dirinya tak kan bisa meninggalkan perasaannya kepada Kakashi. Sakura termenung. Apa yang harus ia lakukan?

Kakashi pasti memperlakukan Sakura karena kepribadian pria itu dan bagaimana standar pria yang normal. Ia tak boleh membawa perasaan terhadap semua perlakuan istimewa Kakashi selama misi karena mereka berdua sedang berada dalam misi di mana perasaan pribadi tidak boleh dicampur adukkan. Tetapi, ia sudah terlanjur tenggelam. Apakah kali ini juga cintanya akan kandas begitu saja? Bahkan ia belum berjuang untuk memenuhi kriteria Hatake Kakashi. Apakah ia nantinya akan sanggup jika melihat Kakashi bersama Hanare?

Sakura menggigit bibir bagian bawah. Dibayangkan saja membuat Sakura takut sebelum berjuang.

"Sakura?"

Ah, pertanyaan Pakkun ternyata ia biarkan menggantung di udara tadi. Kalau bukan karena anjing itu yang menyadarkannya dari pikiran-pikiran negatif, mungkin saja ia sudah terlihat aneh di mata Pakkun.

"Uh, ya? Maaf, tapi apa yang kau tanyakan tadi?"

Pakkun menatap lama Sakura sebelum kembali melahap makanannya. "Sebaiknya, kau istirahat. Kau sepertinya sedang sakit," ucapnya di sela-sela makan.

Tetapi, Sakura segera menggeleng. "Ah, tidak perlu. Aku harus memasak hari ini dan aku baik-baik saja. Terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku." Sakura berdiri kembali lalu meregangkan tubuh sebelum mulai beradu dengan peralatan dan bahan-bahan herba yang ia beli di pasar tadi. Semuanya telah siap, hanya saja ia masih merasa penasaran akan satu hal tentang apa yang Pakkun tanyakan tadi.[]

What's Wrong With Kakashi?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang