| chapter 06

513 40 0
                                    

MALAM itu, Kakashi tidak bisa tidur. Pikirannya masih terbayang dengan pertanyaan Sakura yang ia biarkan menggantung di udara. Kakashi tidak sertamerta menjawab pertanyaan Sakura bukan karena pria itu tidak merasakan hal yang sama dengan Sakura, tetapi apakah ia pantas untuk Haruno Sakura? Seorang kunoichi dan ninja medis hebat dari Konoha dan disebut sebagai The Next Legendary Sannin. Wanita muda yang lebih populer dibanding Kakashi. Tentu sangat banyak pria yang akan mengantri di hadapan Sakura.  Tidak seperti dirinya yang sudah terlalu matang bagi Sakura sehingga akan sangat kontras dengan perbedaan umur yang lumayan.

Meski Sakura menyatakan perasaannya lebih dulu, Kakashi merasa jahat dan tidak pantas untuk menerima meski ia sebenarnya telah jatuh ke dalam pesona wanita tersebut. Ia merasa kotor untuk seorang Haruno Sakura yang terlihat bersih bagai Dewi. Perasaan yang telah terlanjur tumbuh terus bermekaran di tanah subur yang  bernama misi lima tahun. Apakah tidak apa-apa jika dirinya membiarkan perasaan ini tumbuh sedikit lebih lama sebelum ia menguburnya dalam-dalam seperti orang bodoh yang jatuh cinta secara sepihak.

"Sakura."

Langkahnya terhenti di ambang pintu. Wanita itu memandang Kakashi yang baru saja menyebut namanya pelan. Padahal ia ingin masuk ketika Kakashi telah masuk ke alam mimpi tetapi ada apa dengan keadaan yang tidak nyaman ini? Perlahan, Sakura menutup pintu kamar dan berjalan pelan ke arah kursi yang ada di samping tempat tidur. Ia menariknya sedikit menjauh dari sisi ranjang sebelum mendudukkan dirinya di sana.

Kakashi yang menangkap semua perubahan yang dilakukan Sakura lantas mencoba bangun dari posisinya yang berbaring tetapi langsung ditahan oleh Sakura dan membuat Kakashi mau tidak mau harus kembali berbaring.

"Kau mau ke mana dengan tubuh seperti itu? Berbaring saja dan beritahu aku jika ada yang ingin kau lakukan atau ingin kau ambil," ucap Sakura dengan nada sedikit marah. Ia bahkan sudah menanggalkan panggilan guru kepada Kakashi. Entah sejak kapan. Tetapi, perasaannya jauh lebih nyaman ketika memanggil Kakashi hanya dengan nama atau panggilan khusus yang mungkin akan ia berikan jika seandainya mereka berlabuh. Namun, Sakura harus menelan harapan terakhirnya itu karena merasa mustahil bahwa Kakashi akan mengabulkan keinginannya.

"Kau marah?"

"Tidak."

"Tetapi, kau terlihat marah. Maafkan aku."

Kesabaran Sakura sudah di ambang batas mendengar permintaan maaf dari Kakashi. Mendengus kesal, Sakura menatap tajam Kakashi yang kini juga sedang menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Apakah aku terlihat gampangan di matamu? Aku sungguh muak mendengar permintaan maaf yang bahkan aku sendiri pun tak tahu kau meminta maaf atas apa, Kakashi," tandas Sakura meluapkan isi hatinya. Sungguh ia benar-benar dilanda kebingungan yang mendalam akan sikap Kakashi. Jika memang ia tidak ingin membalas perasaannya maka cukup menolak perasaan Sakura saja, tidak perlu meminta maaf untuk hal-hal yang memang menjadi hak seseorang. Rasanya, Sakura yang sudah terlanjur dongkol ingin berkata demikian, namun semua kalimat tersebut ia telan kembali bulat-bulat.

Namun, Kakashi masih sama. Ia masih memandang wajah Sakura tanpa berniat untuk mengalihkan pandangan barang sejenak. Hal tersebut pun membuat Sakura lama-kelamaan risih dan tidak nyaman. Ia lantas mengungkapkan bagaimana perasaannya jika hanya ditatap seperti itu oleh Kakashi. Hingga ketika tanpa sadar air mata Sakura menetes, perkataan wanita itu pun juga terhenti. Untuk sejenak, Sakura menjadi gagu, tak tahu harus berkata apa dan kata apa yang tepat ia gunakan saat ini untuk menggambarkan perasaannya.

"Aku juga mencintaimu, Sakura."

Pernyataan tersebut membuat tangisan Sakura terhenti sejenak. Mempertajam pendengarannya, Sakura menyeka air mata dan memandang wajah Kakashi dengan mata yang sembab. Tetapi, Kakashi dengan lembut tersenyum dan mengatakan kalimat yang ingin ia dengar untuk pertama kali dari mulut Hatake Kakashi sendiri secara langsung. Seperti saat ini.

"Sakura, aku juga mencintaimu. Bolehkah aku menerima cinta darimu?"

Sakura tersenyum dan mengangguk diikuti oleh Kakashi yang tersenyum melalui matanya. "Terima kasih, Sakura."

Ia lantas menghambur ke dalam pelukan Kakashi; menenggelamkan wajahnya yang sembab ke dalam ceruk leher Kakashi karena hanya bagian itulah yang dapat menyembunyikan semburat merah di wajah Sakura saat ini. Sedetik kemudian, ia merasa malu akan pernyataan cinta darinya yang dibalas Kakashi meski agak terlambat. Namun, yang terpenting adalah perasaan mereka berdua yang telah terkonfirmasi. Perasaan cinta menyelimuti dua insan manusia di tengah dinginnya Konohagakure pada malam hari.

Kakashi lantas membelai lembut rambut merah jambu milik Sakura dan membujuk wanita muda tersebut agar memperbaiki posisinya saat ini. Tetapi, Sakura yang sudah terlanjur malu menggeleng kuat di balik pundak Kakashi. Mau tak mau, pria itu lantas mengeluarkan senjata rahasia yang ia miliki. Mendekatkan mulut ke telinga Sakura, Kakashi berbisik, "Perbaiki posisimu atau telingamu yang akan kugigit."

Mendengar hal tersebut dengan sigap Sakura bangkit dari posisinya dan merapikan rambut merah jambu miliknya; salah tingkah sebagai akibat dari perkataan Hatake Kakashi. Sedangkan sang empu hanya terkekeh di balik masker yang menutupi hidung dan bibir pria itu. Tangannya yang tidak diinfus lantas menepuk sisi ranjang di sebelahnya yang masih kosong. Tidak terlalu lebar tetapi muat untuk gadis mungil seukuran Sakura.

"Tidurlah di sampingku."

Seakan menyerah dengan akal sehatnya, Sakura perlahan membaringkan diri tepat di sebelah Kakashi. Ranjang Rumah Sakit ini memang tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil sehingga Sakura bisa muat. Kakashi lantas memeluk Sakura menggunakan tangannya yang bebas—sedangkan tangannya yang diinfus ia letakkan di atas kepala.

"Pejamkan matamu, kau pasti capek karena sudah mengoperasiku."

Sakura menggeleng pelan di bawah lengan kekar Hatake Kakashi. "Tidak secapek itu, kok."

"Benarkah? Kalau begitu Pakkun pasti berbohong kepadaku bahwa kau beberapa hari lalu bekerja lembur tanpa mengambil waktu istirahat," ucap Kakashi dengan mata yang terpejam.

Sakura lantas mendongak dan mendapati Kakashi yang telah memejamkan mata. Maka ia pun berbalik menghadap ke arah Kakashi dan memeluk pria itu dengan sepenuh hati. "Berarti benar kau mengutus Pakkun untuk mengawasiku."

"Itu hanya sebagai bentuk tanggung jawabku."

"Sama saja."

"Baiklah, sekarang kau harus tidur atau aku akan menciummu."

Sakura lantas menutup mulut. Apakah Kakashi serius atau sedang bercanda? Tetapi, hingga beberapa menit berlalu dan ketika Sakura memanggil nama Kakashi, pria itu tidak bergerak sama sekali dan hanya terdengar suara napas yang teratur. Sakura kembali tersenyum dan memeluk Kakashi. Ia pikir cintanya akan gagal seperti saat ia mencintai cinta pertamanya dulu tetapi kini cinta Sakura terbalas dengan sosok yang lebih unggul dalam hal apapun dibanding dengan cinta pertamanya. Meski butuh sekian lama untuk menyadarinya, Sakura tetap tersenyum senang mengetahui bahwa Kakashi juga mencintainya.[]

What's Wrong With Kakashi?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang