"Totalnya jadi ₩8.000 (Won)."
Mark membeli dua buah cokelat untuk Chenle dan Jisung, dengan harapan agar kedua bocah itu tidak sedih karena kepergiannya yang mendadak.
Ceklek
"Lele, Jie! kak Mark pulang."
"Kak Melk!"
"Markidi!"Mereka berhamburan memeluk Mark.
"Lihat, kak Mark bawa cokelat buat kalian."
"Yeyeee, cokelat!"
"Waaa! Jie suka coco."
"Cokelat, Jie. Bukan coco." interupsi Mark.
"Coco."
"Cokelat."
"Coco."
"Ugh! Terserah kamu deh."
"Kakak mandi dulu ya, bau tau. Kalian di sini dulu ya, makan cokelatnya."
"Oowkiee!!."
Setelah kepergian Mark, Chenle pun memandang adik nya sejenak.
Aha!
Sebuah ide pun terlintas di benaknya.
"Jie."
"Ung?"
"Lomba yuk, siapa yang lebih cepet habisin cokelat nya. Nanti yang menang boleh makan cokelat yang kalah."
"Ndak mau." tolak Jisung mentah-mentah.
Chenle memajukan bibirnya.
"Ish! Jie mah gituu!"
Namun bukan Chenle jika menyerah begitu saja. Ingat, menganggu Jisung adalah hobi Chenle.
Toel
ToelChenle menepuk-nepuk pipi gembul Jisung dengan tangan yang di baluri cokelat.
"Aaa! Lele mahh! Pipi Jie jadi kotor.. "
Si kecil mulai memanyunkan bibirnya, seiring dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Pasti sebentar lagi Jisung akan meledakkan tangisannya.
"Hihihi, ndak papa, biar Jie tambah manis di pakaikan cokelat." jawab Chenle polos.
"HUAAAA!! KAK MELK!!"
BRAKK
Mark dengan tidak santai membuka pintu kamar mandi dan berlari ke arah Chenle dan Jisung yang kini menangis.
"Kenapa Jie?"
Yang pertama kali Mark lihat adalah pipi Jisung yang kotor.
Dengan hidung yang mulai memerah, Jisung menunjuk Chenle.
"Lele nakal, kak Melk!"
Chenle hanya menunjukkan rentetan giginya tanpa rasa bersalah.
Mark menepuk dahinya sendiri. Ia sudah bisa menebak apa yang telah terjadi.
"Lele buat —hiks pipi Jie jadi cokelat, nanti kalau Jie —hiks di cemutin bagaimana? Jie ndak mau di bawa ke lumah cemut, huaaa."
Mark terkekeh mendengar penuturan Jisung. Di bawa ke rumah semut? Yang benar saja!
"Gapapa, nanti Jie di sana banyak temannya." canda Mark yang mana membuat tangisan Jisung makin menjadi-jadi.
Tidak Mark, tidak Chenle, keduanya memang hobi membuat si mungil menangis.
"Kak Melk—hiks, HUAAAAA!"
Mark segera menggendong Jisung dan mencuci wajahnya. Sementara si kecil Chenle mengikuti dari belakang. Omong-omong soal cokelat, milik Chenle sudah habis, sementara cokelat milik Jisung masih tersisa setengah.
.
.Saat di kamar mandi, Jisung memandang Chenle dengan tajam, namun di mata Chenle itu tidaklah seram, melainkan lucu menggemaskan.
"Lele nakal! Nanti di hukum jadi batu cama elca."
Chenle hanya tersenyum mengejek.
"Markidi."
"Kak Mark, Chenle."
"Hehe iya, Kak Mark."
"Hm?"
"Kak Mark dari mana? Kak Mark habis main ya?" tanya Chenle penasaran.
"Ah, itu. Kak Mark baru pulang dari sekolah. Maaf ya, Kak Mark ga sempet bangunin kalian."
Chenle hanya mengangguk-ngangguk.
"Cekolah itu apa?" Jisung bertanya.
"Sekolah itu tempat buat belajar, biar pinter."
"Berarti kak Mark pinter?"
"Engga sih, hehe."
...
"Kak Mark."
"Iya, kenapa, Le?"
"Lele mau sekolah."
—To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY LELE & JIE FT. MARK ✔
FanfictionIntinya ini tentang keseharian Mark mengurus duo Chenji. Warn! •100% fiksi, ga ada kaitannya sama dunia nyata. •Bahasa Non-baku •Short story •Konflik ringan