02

5.9K 542 5
                                    

-
--
---

"... Tak apa, ini hanya bohongan" Mencoba mengalihkan atensi mereka dan berbohong, Daren dikehidupan dulunya tak mempunyai orang tua lengkap maka dari itu melihat mereka berdua seperti melihat ibu ayah nya saat bertengkar.

"Guru mu menelfon ku bahwa itu bukan bohongan" Sang bunda menatap berkaca kaca pada anaknya.

"Sudah berapa lama kau menyayat tangan mu?" Mendapat pertanyaan dari sang ayah lebih baik Daren jujur.

"Tak ingat" Semua langsung menatap nya rumit tapi Daren hanya menunjukkan pandangan datarnya.

Tapi mereka mulai mengambil kesimpulan saat ini semua badan Daren terasa dingin, dan wajah nya sangat pucat jika di perhatikan lagi.

"... Kalau begitu aku akan naik" Aku rasanya ingin meninggal kan mereka berdua, tapi sedikit tersentak saat tangan hangat sang bunda menarik tangan ku.

"...?" Aku menatap mereka berdua dengan bingung.

"Kau... Ehem ini kenapa ada bekas kemerahan?" Melirik tangan ku lalu menghela nafas lelah.

"... Tak sengaja terkena kuah" Lalu menarik tangan ku dan pergi dari sana meninggalkan sang bunda berteriak memanggilnya.

-

"Tuan muda saya membawakan salep" Suara tua jonh langsung memenuhi kamar ini.

"Yaa masuk saja" Saat pintu terbuka bukan hanya jonh yang masuk tapi juga sang kakak yang masuk.

"... Kakak kenapa sudah pulang?" Farta mengernyit bingung memangnya apa salahnya untuk pulang.

"Apakah kakak pulang itu salah?" Daren hanya mengangguk acuh tapi sedikit membuat Farta sakit hati.

"Itu tak seperti jadwal kakak" Farta hanya mengangguk dan melihat sendiri bekas sayatan saat jonh sedang mengobati luka melepuhnya.

"Kenapa kau menyayat tangan mu?" Daren mengalihkan perhatian nya dengan malas.

Dasar bodoh mana aku tau, aku bukan adikmu, aku hanya mengambil ingatan nya bukan perasaannya.

"..."

-
--
---

... Sudah jam 5 haruskah aku mulai ke gym? Melihat kearah tas yang ku bawa lalu berjalan kearah pintu.

Keluar dari kamar ku sembari membawa tas terserah lah bagaimana bunda Daren akan bertanya.

Sampai dibawa sudah terlihat bunda Daren yang sedang menonton TV dan langsung melihat kearah ku yang berada di tangga, mungkin karena suara sendal ku.

"... Aku akan pergi sebentar jangan mencari ku" Meninggalkan bunda Daren yang masih mencerna perkataan ku.

"!!!... NAK" ... Mari kita pura pura tak dengar.

Aku akan meminjam motor Farta lagi, dan mencari gym yang jauh dan sepi untuk ketenangan ku sendiri.

-
--

"Agak ramai" Melihat kearah gym yang cukup ramai.

'... Lebih baik masuk atau tak sama sekali' berjalan kearah gym dengan menggunakan masker dan topi hitam sedikit membawa kesan seorang penculik.

... Gym ini lengkap tapi sepi dikarenakan jauh dari pusat kota dan tak mencolok karena pelanggan tetap disini tak ingin gym ini ramai, untung nya aku bisa mendapatkan lokasi ini.

Aku masuk dan mendaftar menjadi anggota tetap selama 1 bulan cukup mahal tapi sepadan dengan dekorasi, kelengkapan, dan ketenangan ini.

Memakai headphone dan mulai memilih alat yang ingin ku pakai.

Jadi Daddy Kalian? Boleh. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang