-
--
---Daren menatap tempat terakhir orang tersebut menghilang, lalu menoleh pada dua bocah itu lagi.
"Siapa itu?"
"Kakak itu bernama Brian" Daren mengangguk tapi tiba tiba menyadari sesuatu, dan menatap dua bocah ini dengan rumit.
"Apakah dia sudah bekerja??" Lian dan Lia bingung dengan pertanyaan ini, memang nya kenapa kalau sudah bekerja?.
Lian dan Lia kompak mengangguk, membuat wajah Daren bertambah rumit dan gelap.
"Lalu..." Lian dan Lia sendiri melihat wajah Daren yang lama kelamaan menggelap pun merasa gugup.
"... Kenapa kau memanggilnya kakak sedangkan aku paman?" Kembar tercengang, apakah ini yang membuat wajah paman ini menggelap??
"Bukankah paman sudah bekerja?" Lia bertanya dengan wajah penasaran nya tapi merasa bersalah disaat bersamaan, Daren hanya menggeleng singkat membuat dua bocah itu melebarkan mulut nya seperti berbentuk O karena terkejut.
"Hehe maaf kami tak tau karena badan paman besar"Lian terkikik sedangkan Lia dengan wajah tersenyum nya, Daren menghela nafasnya sabar, apakah karena fisiknya lagi?.
"Tak apa, lanjut lah makan" Daren mengusap kepala mereka lembut lalu melanjutkan memakan snack nya, dengan ponsel ditangan nya.
Berniat untuk menghapus postingan nya secepat mungkin.
Tapi jika Daren terlalu cepat menghapus maka kasir supermarket itu akan curiga karena Daren cepat cepat menghapus postingan itu setelah mendapat informasi dari nya, apalagi kasir itu menduga dirinya lah Snowman.
Daren menghela nafasnya ketika melihat postingan nya seperti tak ada apa apa, tapi saat Daren menaikkan kecerahan nya... Benar saja ada yang tercetak di selangkangan nya.
Sedikit memalukan tapi itu bukan ukuran yang bisa dipermalukan.
Melihat wajah suram paman nya, dua bocah itu masih berfikir bahwa paman itu marah pada mereka karena masalah panggilan tadi.
"Paman... Jika kau tak ingin di panggil seperti itu kami bisa memanggil mu kakak juga" Lian mengangguk setuju atas saran Lia, dirinya juga merasa gugup karena melihat wajah menyeramkan paman itu.
Daren menoleh melihat wajah gugup dua bocah ini, lalu menyadari bahwa dirinya disalahpahami karena ekspresi nya yang mungkin menyeramkan.
Daren tersenyum tipis untuk menunjukkan kehangatan nya, memasukkan satu snack ke mulut dua bocah itu yang terlihat tegang.
"Tak apa, jika kalian sudah nyaman panggil paman pun boleh" Dua bocah itu sontak lega karena berfikir paman itu marah pada mereka.
"Tapi coba panggil paman dengan nama paman" Daren menatap dua bocah itu yang mencoba mengingat.
"Paman Daren!" Lian berseru semangat saat mengingat nama Daren, Lia sendiri mengingat nya saat Lian menyebutkan.
"Yaa Panggil seperti itu terus" Daren meniup rambut yang menghalangi mata Lia, dan memasukkan snack ke mulut Lian yang tak berhenti berdecak saat makan.
"Apakah kalian sekolah?" Sontak dua bocah itu menggeleng dan Daren menatap mereka bingung, Daren menduga bahwa umur mereka sudah cukup untuk sekolah.
"Jadi berapa umur kalian?" Sontak saja Lia mengulurkan 4 jari nya, sedangkan Lian mengulurkan 3 jari nya membuat Daren terkejut karena berfikir mereka kembar.
"... Lia empat dan Lian tiga yaa... Tapi Lian tinggi nya hampir sama seperti Lia, wajar saja kalau Lian pendiam ternyata belum lancar berbicara yaa" Daren melihat dua bocah itu dengan alis terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Daddy Kalian? Boleh.
Teen Fiction❗This Bl And... Vote❗ Hanya cerita Daren yang mulung 2 bocah terus nemu pemuda yang baik sama calon anaknya. Publis : 05/12/23 End : ---