08

3.2K 288 42
                                    

-
--
---

Setelah menunggu beberapa hari telfon dari orang yang di tunggu tunggu nya, dirinya juga sempat mendengar kecelakaan di jalur kereta karena sesuatu.

"Halo, ayah?..." Daren menetralkan suara bersemangat nya dan menyuruh Kinan diam, mereka sedang berada di UKS karena membolos, ada satu anggota baru yaitu Vier yang baku hantam sama Daren kemaren, mereka tiba tiba menjadi teman entah kenapa.

"..."

"... Datang lah kerumah sakit" suara ayah nya serak karena menangis membuat Daren tambah bersemangat.

"Aku sedang belajar" Daren menatap dua orang di depan nya yang menunjukkan wajah jijik.

"Kakak mu kecelakaan... Dan kaki kanan dan kiri nya di nyatakan... Cacat" Daren mengangguk puas karena kakak nya hanya bisa menggunakan tangan kanan untuk menulis.

"Humm aku ke sana"

Tuut

Daren menatap Kinan dan mereka pun tos dengan serempak membuat Vier bingung dengan apa yang terjadi apalagi melihat teman nya yang malah cekikikan mendengar kabar duka kayak gitu, kesambet kayak nya.

"Kalian kok malah seneng denger orang cacat, kakak luh pula" Daren cuman nyengir ngeliat Vier sama muka cengo nya bingung parah.

"Anak baru minta ingfo sepuh" Daren nunjuk Kinan yang raut muka nya langsung protes  karena ga mau ribet.

"Kog gua sat itu kan masalah keluarga luh" Daren cuman angkat bahu karena males juga buat ngomong panjang lebar.

"Gua pergi dulu" Pas Daren ngambil tas sempat kena ceramah karena lagi lagi membolos.

-

Daren berjalan kearah ruang ruang rawat kakaknya yang terlihat sepi, tapi saat masuk langsung terdengar suara amukan kakaknya, Daren melihat kakak nya yang menangis dan ibu nya yang terus menyeka air mata kakaknya.

Tiba tiba merasa tak adil karena di saat dirinya terpuruk karena hukuman yang berasal dari fitnah, ibu nya hanya menatap nya iba.

Ingatan Daren

Daren dengan cepat mengubah mimik wajah nya menjadi sedih dan berjalan masuk.

"Kakak?" Semua menoleh tapi tak ada yang menjawab, entah mengapa kakaknya Menatap kaki nya lama membuat daren rasa nya ingin salto menunjukkan kaki nya masih normal.

"Ibu kau bisa istirahat, aku akan menjaga kakak" Daren tersenyum untuk meyakinkan ibunya yang gelisah, apalagi wajah lelah nya pasti bertambah lelah saat tau aliya ternyata anak haram ayahnya.

"Kalau begitu ibu akan membelikan makanan dulu" Daren tak menjawab sampai ibu nya pergi baru Daren bisa duduk santai sambil menatap kakaknya datar.

"Kakak itu mungkin karma mu karena selalu berbohong" Kakaknya menatap Daren bingung karena tak mengerti maksud Daren.

"Maksudnya kau selalu pergi ke club 1 bulan sekali dengan alasan ke rumah teman, aku selalu penasaran siapa temanmu sampai sampai selalu datang sebulan sekali atau tak saat kau sedang mood dan ternyata kakak ke club, aku bahkan sampai hapal jalur yang selalu kakak lewati" Kakak nya menatap Daren tak percaya karena tau rahasia terbesarnya.

"Kau... BAGAIMANA KAU TAU" Daren hanya tersenyum lalu melirik tangan dan kaki kanan kakaknya yang tak bisa bergerak lagi.

"Maaf karena aku kakak jadi seperti ini, ini juga salah kakak karena menutupi bahwa aliya ternyata anak haram ayah" Farta menatap Daren dengan kegelisahan di wajah nya.

"Aku hanya ingin hak waris, lalu saat perusahaan di tangan ku, aku bisa ngedapetin sesuatu yang gk bisa aku dapetin" Daren mengambil tisu dan mengelap air mata kakaknya... Farta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jadi Daddy Kalian? Boleh. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang