Chapter 27

63 2 0
                                    

Keesokan paginya, Maudy bergegas berangkat ke sekolah menggunakan mobilnya. Ia pun dengan segera melajukan mobil miliknya menuju sekolahnya, di jalan fokus Maudy tertuju pada kekasihnya. Bahkan sesekali ada yang menge-klakson dirinya akibat lama dalam menjalankan mobil, ia yakin bahwa pasti ia dicaci maki oleh pengendara lain.

Maudy kini telah sampai di sekolah, ia dengan cepat memarkirkan mobilnya dan keluar dari mobilnya. Ia pun mengunci mobilnya, saat hendak berbalik Maudy dikejutkan oleh kehadiran seseorang.

"haii! Pagii!" Maudy tersenyum tipis.

"pagi"

"tumben gak ceria seperti biasanya" Maudy menggelengkan kepalanya.

"gapapa" namun dari mata sosok itu ia yakin bahwa terjadi sesuatu oleh Maudy.

"gue yakin ada sesuatu yang terjadi, tapi kalau lo gak mau cerita gapapa sih" Maudy menatap sosok yang dihadapannya itu.

"gue bingung dengan sikap pacar gue sendiri, Ray" Rayyan—sosok itu mengernyit tak mengerti.

"m—maksudnya kak Aristya?" Maudy mengangguk.

"iyaa, kak Aristya. Gue bingung sama sikap dia"

"kenapa? Apa yang buat lo bingung sama sikap kak Aristya?"

Maudy menghela nafas ringan, lalu ia menceritakan kejadian kemarin hingga dimana ia ditelepon oleh Aristya hanya untuk mendengarkan percakapannya dengan Chika. Hal itu membuat Rayyan mengepalkan tangannya tanpa sadar.

"brengsek!" Maudy melirik ke arah adik kelasnya itu.

Tak lama Aristya—sosok yang diceritakan oleh Maudy pun datang namun kini ia sendiri, Rayyan yang melihatnya pun segera menghampiri kakak kelasnya itu. Tanpa ragu Rayyan melayangkan sebuah pukulan pada tulang pipi tegas milik Aristya, Maudy yang melihat semua gerak gerik Rayyan pun menutup matanya.

"APA-APAAN LO?!"

"LO, KAK! LO YANG APA-APAAN!" Rayyan mengatur nafasnya.

"kenapa? Kenapa lo nyakitin cewek lo?"

"ke—" Aristya melirik Maudy yang berada tak jauh darinya, Maudy mengalihkan pandangannya.

"ohh, jadi ada yang ngadu ke adik kelasnya" sindir Aristya, Maudy melirik ke arah kekasihnya.

Rayyan meremat kerah seragam milik kakak kelasnya itu, sedangkan Aristya tersenyum miring melihat kelakuan adik kelasnya itu.

"camkan ini! Kalau lo gak butuh kak Maudy, sebaiknya lo lepasin kak Maudy! Daripada lo terus menerus sakitin dia!" Rayyan melepas kasar kerah seragam kakak kelasnya, sedangkan sang empu terkekeh sinis.

"apa, hm? Setelah gue lepasin Maudy, lo mau ambil Maudy gitu?" Rayyan kembali melayangkan pukulannya dan kali ini Aristya tak tinggal diam, ia juga membalas pukulan Rayyan. Maudy meneteskan air matanya.

"UDAH! CUKUP!" baik Rayyan maupun Aristya menghentikan kegiatan mereka dan mengalihkan pandangan mereka pada Maudy, sedangkan Maudy menjatuhkan tubuhnya. Lantas ia menumpahkan air matanya yang telah terbendung, ia melepaskan segala rasanya.

"kak Maudy!" Rayyan menghampiri Maudy yang jatuh terduduk.

"kak, are you okay?"

"cukup Ray, cukup. Jangan berantem sama Aristya" Rayyan mengangguk.

"i—iya gue berhenti" Maudy menatap sosok dihadapannya, lalu ia mengalihkan pandangannya pada sosok yang berdiri tak jauh darinya.

"gue mau ke kelas"

"ayo, gue antar" Maudy dan Rayyan mulai pergi dari daerah parkiran, mereka meninggalkan Aristya yang juga berperang dengan pikirannya.

"Maudy, kita makannya disini aja yaa" Maudy mengangguk.

Antara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang