Chapter 31

62 3 0
                                    

Kini Maudy berada di cafe, ia memesan satu cappucino frappe dan chocolate cake. Ia merobek bungkusan novel yang tadi ia beli, lantas ia membuka halaman novel itu. Ia memulai membaca dari halaman pertama, sesekali ia menyesap cappucino frappe dan memakan chocolate cakenya.

Namun kegiatan Maudy harus dihentikan akibat suara dering smartphonenya, ia dengan segera mengangkat telepon itu.

"halo? Ada apa?"

"kamu lagi diluar?"

"iyaa, aku lagi diluar. Kenapa?"

"gapapa, lagi ngapain?"

"lagi me time aja"

"uhm, yaudah. Have fun yaa, sayang"

"m'hm, thank you"

Telepon pun berhenti, Maudy lantas kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda akibat telepon dari kekasihnya itu.

Halaman demi halaman terus dibalik oleh Maudy, bahkan minuman dan dessert yang ia pesan pun telah habis namun Maudy masih betah disana. Lantas ia melanjutkan lagi bacaannya, tetapi tak lama kemudian smartphone miliknya berdering menandakan sebuah telepon masuk. Maudy pun segera mengangkat telepon itu.

"halo?"

"halo, eum Maudy—Rayyan nge-drop"

"hah? Kok bisa? Tadi gue gak sengaja ketemu dia dijalan"

"gue juga gak tahu, Dy. Tiba-tiba ayah nelpon dan bilang kalau Rayyan nge-drop"

"okay, gue kesana"

Maudy pun menutup buku novelnya, ia mengemas barang bawaannya dan segera pergi dari cafe tersebut. Maudy pun melajukan mobilnya menuju rumah sakit, di perjalanan fokus Maudy tertuju pada Rayyan.
"gue harap lo baik-baik aja Ray"

"ayah!"

"loh? Maudy? Kamu ngapain disini?" Maudy tersenyum tipis.

"Maudy mau lihat Rayyan, kata bang Rangga Rayyan nge-drop"

"yaudah kalau gitu masuk saja" Maudy mengangguk, lalu ia membuka pintu ruang inap Rayyan. Ia menyembulkan kepalanya, dilihatnya Rayyan sedang terbaring lemah. Maudy pun mulai masuk ke dalam ruangan itu, ia mendekat ke arah tempat tidur milik Rayyan. Ia mengelus pelan rambut adik kelasnya itu.

"lo kenapa Ray? Tadi kita ketemu, lo baik-baik aja" tak lama pergerakan dari sang empu membuat Maudy menjauhkan tangannya.

"k—kak Maudy?" Maudy tersenyum manis.

"kak Maudy ngapain disini?"

"kata bang Rangga, lo nge-drop. So gue yang lagi ada diluar, on the way aja ke sini"

"t—tapi kalau kak Aristya tahu" mendengar ucapan dari adik kelasnya membuat Maudy tersadar.

"ah iya! Kak Satya paling gak suka gue dekat sama Rayyan" batin Maudy.

"ga—gapapa, toh kalau ngejenguk orang apa salahnya kan?" Rayyan tersenyum tipis.

Kini keadaan menjadi sunyi, tak ada yang ingin melanjutkan pembicaraan. Maudy menggigit bibirnya, tanda ia canggung dengan suasana ini. Rayyan menatap lekat kakak kelasnya itu, ia meraih tangan kakak kelasnya.
Rayyan menggenggam lembut tangan itu, hal itu membuat Maudy semakin canggung. Maudy mengalihkan pandangannya ke segala arah.

"kak, lo bahagia sama kak Aristya?" Maudy kembali menatap Rayyan, lantas ia mengangguk. Hal itu membuat Rayyan tersenyum manis, sangat manis.

"gue sayang sama lo, kak. Sayang banget lebih dari gue sayang ke diri gue sendiri, entah karena apa, entah sejak kapan-gue bisa sesayang ini sama lo. Gue pengen punya hubungan yang spesial sama lo, tapi—" Rayyan menghela nafas pelan.

Antara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang