Dingin. Gumam Damian, ia sedang menunggu temannya. "Telat mulu ah males banget, gak takut kah dia sama dosen ya?" Ucap Damian dalam hati, tangannya terus menggulir beranda instagram. Ia sangat suka scroll instagram saat ada waktu senggang, apalagi menonton reelsnya.
"Hey Dam" Damian yang dipanggil pun langsung menengok ke arah yang memanggilnya.
"AHHH LAMA BANGET LUUUU, malesin ih."
"Maaaff Daaamm, kejebak macet wkwk. Nanti gantinya gua traktir seblak mau ga?" Ucap Mahen.Mahendayana Pranuaji.
Kenalkan, dia adalah Mahendayana Pranuaji. Orang orang memanggilnya Mahen kecuali Damian. Damian biasanya memanggilnya Aji, Mahen sangat menyukai panggilan dari Damian. Ia sempat suka sama Damian namun ia pendam perasaannya karena takut hubungan pertemanannya hancur. Lagipula ia sudah dicap brengsek oleh teman temannya Damian, karena dulu dia sering gonta ganti pasangan. Ia pernah ketahuan berciuman dengan sembarang perempuan bahkan lelaki juga pernah. Bisa dibilang, dia orang yang mampu, sangat berkecukupan juga.Okay, lanjut ke ceritanya.
"Mauuu mau Ji. Udaah lama banget kita ga jalan bareng ya? Nyari makan kayak dulu heheh." Ucap Damian sambil menunjukkan eye smilenya yang terlihat seperti samoyed.
Mahen yang melihat tingkah Damian pun hanya bisa terdiam karena tidak kuat dengan kegemasan Damian.Tanpa mereka sadari, Jemian melihat semuanya dari belakang. Ia tidak tahu kenapa, hatinya panas, benar benar panas. Untung saja setelah itu dosen langsung masuk ke kelas mereka. "Sialan Mahen." umpat Jemian dalam hati.
"Selamat pagi semuanya. Jadi hari ini kita praktek anatomi fisiologi manusia ya. Saya akan membagi kalian secara berkelompok. Satu kelompok 2 orang ya, saya yang menentukan orangnya. Jelas ya?"
Ucap dosen, semuanya mengangguk paham.
"Oke saya akan membagi kelompok pertama dahulu ya, kelompok pertama ada Damian, Jemian."
Damian langsung menengok Jemian, namun Jemian hanya bersikap acuh kepadanya.Praktek pun berlangsung. Selama praktek kebanyakan Jemian yang mengerjakan, Damian sebenarnya ingin membantu Jemian namun ia takut kepada Jemian. Jujur saja, Damian bingung perasaan kemarin Jemian masih baik baik saja. Namun kenapa sekarang dia mendiamkan Damian?
"Jem. Sini biar gue bantu."
"Ngerti emang? Yaudah nih."
Damian membantu Jemian, ia sebenarnya tidak suka Jemian bersikap dingin dan acuh seperti ini kepadanya. Entah perasaan apa yang Damian miliki sekarang, namun ia ingin menangis."
Tiba tiba Damian mengelap air matanya, ternyata ia tidak sekuat itu untuk menahan air matanya.
"Loh Dam? Kenapa nangis? Kita lagi praktek bukan nonton film sedih. Lap air mata lo itu."
Damian makin menangis sejadi jadinya. Namun seisi ruangan tidak ada yang tahu, hanya Jemian saja.Setelah praktek, mereka diperbolehkan pulang. Damian masih dengan mata sembabnya berlari mengejar Jemian. Sepertinya dia lupa ada janji dengan Mahen. Dia mencari cari keseluruh gedung namun Jemian tidak ada. Ia ingat bahwa Jemian pernah berkata ia menyukai taman. Sehingga Damian pun berlari ke taman belakang dan menemukan Jemian yang tengah mengerjakan sesuatu. Rambutnya berantakan, bukunya berserakan di meja, ia sedang mengerjakan sesuatu di laptop dan sambil meminum kopi. Tanpa basa basi, Damian pun berlari kesana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story.
RomanceMengandung LGBTQ+, mengandung kata kata kasar. Boyslove. JaemJen. Hanya fiksi belaka, mohon jangan dibawa sampai Real Life. Terimakasih.