Malam yang sangat indah , tapi tidak bagi seorang lelaki yang berdiri di depan pagar balkon kamarnya.
Suara pecahan barang barang di dalam rumahnya terdengar jelas, sangat jelas hingga memuakkan untuk di dengar.
Lagi dan lagi ia ingin pergi menghilang dari dunia, tapi dia punya rencana besar yang harus ia lakukan, setidaknya sebelum dia mati.
"Ya makanya kamu urus itu anak kamu, aku pusing sendiri. Bawa dia pergi sama kamu aku ga peduli, dia cuma anak yang gak berguna!! " teriak mamanya - mungkin? - atau bisa dibilang bibinya.
"Dia yang udah bikin adik aku mati, dia yang udah nyeret aku ke semua masalah yang ada. Kamu pikir aku mau ngurus dia? !! " teriaknya lagi yang tak kalah keras sampai mungkin tetangga mendengarnya.
Dengan langkah santai dia masuk kedalam kamarnya, memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper dan menyeretnya ke bawah.
Dia melihat arloji yang terpasang di tangan kirinya dan angkat bicara
"Udah debatnya? " tanyanya datar "kalau udah, saya mau pamit dulu karna bagaimanapun juga saya masih memiliki sopan santun kepada orang tua" ucapnya sambil menekan kata sopan santun.
Dia menyeret kopernya menuju pintu keluar hingga seorang pria paruh baya menghentikan langkahnya.
"Riki, kamu gaboleh pergi nak kamu masih kecil ayah gamau kamu kenapa kenapa di luar " tutur nya sambil menahan tangan Riki - Riki Lee - yang tadi ia panggil.
Riki menepis pegangan tangan itu dan tertawa kecil yang sedikit menyeramkan "Setelah semua yang Anda lakukan terhadap saya apa masih pantas anda menyebut diri anda ayah untuk saya? " terdengar seperti pertanyaan tapi itu adalah sindiran yang keras.
"oh yaa satu lagi jangan bersikap seolah kalian mengenalku jika suatu saat nanti bertemu" kakinya melangkah lebar menuju ke luar rumah. Tujuannya bulat sekarang.
Drrtt drrtt drrtt
Handphone nya berbunyi yang langsung di angkat oleh pemiliknya
"Ya, saya tunggu di taman kota"
"....... "
"Terimakasih"
Riki duduk di bangku taman yang kosong, matanya tak sengaja melihat sosok pria manis yang sedang duduk dengan anak kucing di pangkuannya.
'Dia manis' pikirnya, tapi tatapan matanya kosong seperti tak ada cahaya kehidupan. Baru saja ingin melangkah mendekat tapi temannya sudah dulu sampai dan memanggilnya.
"Woy Riki! "
Riki membungkuk hormat yang langsung mendapat pukulan di punggungnya.
"Kek kesiapa aje lu mah, santai lahh baru juga setaun pisah" serunya panjang lebar.
"Kan persiapan nanti ketemu ortu lu, jadi gua harus jadi anak baik" tutur Riki sambil menyengir.
"Jay Hyung!!! "
Yang di panggil menoleh dan tersenyum hangat. "Ehh sayangg... Siniii" ajaknya pada sosok yang memanggilnya tadi.
"Nah ki kenalin nih ayang gua, Yang Jungwon. Nah uwon, ini Riki Lee yang Hyung ceritain" tutur Jay.
Niki hanya mengangguk dan tersenyum pada Jungwon."Jay hyungggg, ayok pulangg uwon laperr~~" rengek Jungwon pada Jay
"Yaa ayok pulang " jawabnya sambil mengusak lembut surai Jungwon. Uuuu sangat manis, membuat Riki yang dari tadi diam sendiri menjadi gerah.Jay yang menyadari itu langsung mengajak Riki masuk ke mobil. Sebelum Riki benar benar masuk ke dalam mobil ia melihat ke tempat duduk tadi, tapi sudah tak ada siapa siapa.
Di perjalanan hanya diisi dengan perbincangan kecil seperti kenapa Riki mau nerima tawarannya, kenapa dia nggak ngambil warisan orang tuanya saja, dan jawabannya selalu sama 'nggak ah harta nya gak jelas' entah tidak jelas apa maksudnya itu.
TBC.........
_______________________
JayWon
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart - (Sunki/Kisun Ft. Kaiseung)
Fantasy"I don't trust what is love" - sunoo "No one will know what it's like to love and be loved if he doesn't experience it" - Ni-ki "Katanya cinta itu indah, katanya cinta itu menyenangkan, tapi kenapa yang ku dapat hanya rasa sakit? rasanya tidak adil...