Selamat Membaca
.
.
.
.
.
.
>.<Di ruang kelas yang mulai sepi setelah bel pulang berbunyi, Hinata, Sakura, Ino, dan Tenten masih berada dalam kelas. Mereka tenggelam dalam percakapan riang sambil menjelajahi dunia maya, sesekali diselingi tawa saat menemukan postingan lucu.
"Hei, kalian harus lihat ini!" Ujar Ino dengan semangat, ia pun membagikan link di grub chat mereka berempat.
"Wah, ternyata mereka udah grand opening," ujar Tenten.
"Oh, cafe dekat sekolah kita, kan?" Tanya Hinata menatap Ino.
Ino mengangguk antusias, “Iya, Gimana kalau Kita ke sana malam ini?"
"Boleh, lagipula aku bosan di rumah." Ujar Sakura.
Tenten menganggukkan kepalanya setuju dengan Sakura, sedangkan Hinata masih tampak memikirkan hal tersebut.
"Ayolah, Hinata! Kita udah lama gak jalan keluar bareng." bujuk Ino mencoba meyakinkan Hinata untuk ikut.
Tenten setuju, “Iya, Hinata! Kita udah lama gak hangout bareng.”
Hinata menghela nafas setelah dipikir-pikir ia memang jarang hangout sama mereka karena kesibukannya dengan kegiatan di OSIS,"Hm, baiklah, aku ikut."
"Yey, awas aja kalau pada gak datang" cerocos Ino, menatap ke Hinata, Sakura dan Tenten.
"Iya-iya, bawel. Ayo pulang!" ajak Sakura.
.
.
.
Setelah melangkah masuk ke dalam rumahnya, Hinata langsung berjalan ke kamarnya yang menakjubkan dengan dominasi warna putih dan ungu yang menawan. Tanpa berlama-lama, Hinata memutuskan merendam tubuhnya dalam bak mandi yang penuh dengan air hangat. Dengan perasaan yang rileks dan damai, Hinata merenungkan hari yang melelahkan di sekolah sambil menikmati aroma wangi dari sabun yang digunakannya.
Hinata terdiam, bayangan kejadian di kantin sekolah tadi merayap dalam pikirannya. Sejenak, ia menghela nafas panjang, merasakan getaran emosi yang merayap dalam dirinya. Pria itu, dengan kehadirannya, berhasil menciptakan gelombang perasaan yang melanda Hinata. Dalam ketenangannya, Hinata bersyukur karena tak perlu bertatap muka langsung, meskipun satu sekolah, Hinata berusaha untuk tidak berinteraksi dengannya.
Hinata telah siap berangkat ke kafe sesuai janji dengan temannya, Hinata memutuskan untuk turun ke meja makan, di mana ayahnya Hiashi sedang makan. Saat berada di anak tangga, Hinata terhenti sejenak, ragu dan takut untuk meminta izin. Setelah mengumpulkan keberanian, langkahnya melanjut ke meja makan di mana Hiashi duduk dan tanpa disangka, adiknya Hanabi juga hadir di sana.
"Otou-san," ucap Hinata dengan hati-hati, "Bisa izin sebentar? Aku ada janji dengan teman di luar."
Hiashi hanya menoleh sebentar tanpa ekspresi yang jelas, "Izin? Untuk apa? Aku tidak peduli dengan urusanmu."
Meskipun sering kali Hinata mendapatkannya, kata-kata dingin itu tetap saja membuatnya membeku, menyisakan kesedihan dalam matanya. Setiap tatapan dingin dari sang ayah membuatnya terpukul, karena tak seorang pun menginginkan pandangan tak suka dari orang tua. Hanabi, dengan pandangan bingung dan sendu, merasa tak berdaya dalam membantu kakaknya.
Hinata mencoba menahan getirnya, "Hanya janji teman, otou-san. Aku takkan lama."
"Tak peduli. Lakukan apa yang kau mau, tapi ingat, kalau sampai kau merusak nama baik Hyuga. Kau akan tau akibatnya!" tekan Hiashi, acuh tak acuh berlalu pergi meninggalkan meja makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Of Love
FanfikceDi balik senyuman Hinata Hyuga yang cantik, tersembunyi cerita kelam yang membentang di masa lalu. Hinata perempuan dengan mata yang menyimpan rahasia dan senyum yang berusaha menyembunyikan luka. Kehidupan masa lalunya terjerat dalam kisah tragis...