Chapter 1

457 36 7
                                        


Selamat Membaca

.
.
.
.
>⁠.⁠<

Konoha High School berdiri megah di jantung kota Tokyo, gedungnya menjulang tinggi dengan arsitektur klasik yang elegan, dihiasi jendela-jendela besar dan pilar-pilar marmer. Di sekitarnya, taman yang tertata rapi dipenuhi pepohonan rindang dan bunga-bunga yang selalu bermekaran, menciptakan suasana tenang yang berlawanan dengan hiruk-pikuk kota.

Dalam ruang kelas yang dilengkapi teknologi canggih, guru-guru berdedikasi memberikan pelajaran yang mendalam kepada siswa-siswa yang lapar akan pengetahuan. Mereka tidak hanya diajarkan tentang buku teks, tetapi juga diajak untuk berpikir kritis dan kreatif. Papan pengumumannya pun penuh dengan prestasi siswa, baik dalam bidang akademis maupun kegiatan ekstrakurikuler.

Di luar kelas, lapangan sekolah menjadi saksi banyaknya kegiatan yang diadakan. Turnamen olahraga yang seru, pertunjukan seni yang mengagumkan, dan proyek-proyek penelitian yang inovatif menjadi bagian dari rutinitas siswa-siswa yang berusaha mencapai prestasi terbaik. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya menciptakan persaingan sehat, tetapi juga memupuk semangat tim dan kerja sama di antara mereka.

Namun, di balik kesuksesan dan prestasi sekolah ini, terdapat beban berat yang harus dipikul oleh siswa-siswa tersebut. Tekanan untuk selalu unggul, baik dalam pelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler, dapat menjadi ujian bagi mental mereka. Meskipun begitu, mereka terus berjuang untuk meraih impian mereka.

.

.

.

Pagi itu, di dalam kelas, Ino dan Sakura terlibat perdebatan mengenai aksesoris baru yang Ino beli. Ino dengan bangga memperlihatkan Kalung mutiara yang berkilau.

Ino tersenyum lebar sambil memegang kalung mutiara di lehernya. "Bagaimana menurutmu, Sakura? Cantik banget, kan?"

Sakura memutar mata, lipatan di dahinya semakin dalam. "Mungkin... kalau kamu mau terlihat seperti bola disko. Aku lebih suka yang sederhana."

Ino mendesah, jelas-jelas kesal. "Sederhana, sederhana, dan membosankan! Fashion itu harus berani, Sakura."

Saat ketegangan meningkat, Tenten yang tadinya ingin melerai, malah ikut menambah komentar. “Hei, kalian berdua, tenanglah! Setiap orang punya selera berbeda.”

Tapi tanpa sadar Tenten melanjutkan, “Meski begitu, Ino, aku sebenarnya setuju dengan Sakura. Kalungmu memang agak terlalu mencolok.”

Ino menatap Tenten dengan mata tajam. “Serius? Sepertinya tak ada yang benar-benar mengerti soal fashion.”

Di tengah adu mulut itu, Hinata masuk dan langsung menyadari suasana yang tegang. “Apa yang terjadi? Kenapa kalian bertengkar?”

Tenten menjawab dengan santai, “Tidak ada yang serius, Hinata. Kami cuma debat kecil soal aksesori.”

Hinata tersenyum bijak. “Setiap orang punya selera masing-masing. Tapi, Ino, kalau kau mau mengenakan kalung itu, hati-hati saja. Jangan sampai hilang atau dicuri. Mungkin sebaiknya kau simpan di rumah.”

Ino mengangguk setuju, begitu pula Sakura dan Tenten yang merasa lega melihat suasana kembali tenang.

.

.

.

Kantin sekolah mulai tampak ramai, meja-meja panjang dipenuhi beragam hidangan dan aromanya menyentuh seluruh indra, mengundang selera para siswa yang lapar setelah belajar. Para siswa pun mengantri dengan baki di tangannya. Begitupula dengan Hinata, Sakura, Ino, dan Tenten.

Shadow Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang