"Kehidupan hanyalah wujud dari kesengsaraan?"
•♪•
Dalam lembah yang sangat suram, cahaya enggan menembus memberi kehangatan. Angin tiada henti berhembus kencang bak tengah mengamuk menghancurkan siapapun yang melintas di jalur nya. Seorang laki-laki berlari dengan cepat menghindar dari angin yang seolah ingin mengangkat ruh dari raga.
Ketakutan membuat sang lelaki tidak fokus melihat jalan yang ia tempuh. Sebuah batu menghentikan usahanya sehingga ia terjatuh ke tanah. Sedetik kemudian, tubuh lelaki itu terangkat mengikuti arah angin yang sedari tadi mengejarnya. Ia berteriak berharap seseorang muncul menyelamatkan dirinya.
Sebuah cahaya tiba-tiba datang menyilaukan mata, menghalau angin hingga angin tersebut tak berhembus lagi. Sang lelaki tersungkur ke tanah. Dalam keadaan setengah tak sadar, sang lelaki melihat dihadapannya berdiri sosok pria paruh baya memakai jas putih.
Sang Lelaki terkejut berusaha berdiri dari tanah. "A-ayah?" ia mengerdipkan mata seolah tak percaya siapa yang ada di hadapannya saat ini.
"Lucas, tidak ada waktu lagi untuk Ayah berlama-lama--" Pria paruh baya tersebut yang tak lain adalah Ayah dari sang lelaki alias Lucas, menyerahkan sebuah kotak berwarna merah perpaduan emas, "--kotak ini adalah peninggalan keluarga kita berisi emas dan permata. Jaga kotak ini jangan sampai jatuh ke tangan yang salah."
Ayah Lucas berjalan menuju ke suatu tempat. Lucas bergegas berlari mengikuti Sang Ayah. Mereka berhenti di sebuah pohon yang sangat indah. Pohon tersebut terletak di sebuah gunung yang berselimut salju. Tumbuhan di sekeliling pohon itu membeku. Hanya pohon itu yang masih tetap mempertahankan "kehijauan" dedaunan yang ia miliki.
Ayah Lucas duduk di bawah pohon. "Ini adalah pohon Nebula yang hanya akan terbangun dan terlihat oleh mata asal benihnya."
Lucas mengagumi keajaiban yang ada di hadapannya saat ini. Ia berjalan mengambil salah satu daun pohon Nebula yang berguguran di rumput. Tiba-tiba suasana menjadi gelap. Gunung, pohon, rumput, seketika menghilang. Lucas seolah berada di ruang kehampaan dengan keadaan kosong melompong.
Suara langkah kaki terdengar dari kejauhan. Lucas waspada dengan kemungkinan yang akan terjadi. Ia menengok ke arah kanan dan kiri walau sebenarnya percuma karena keadaan gelap sekali. Suara itu semakin dekat, lalu ... sosok monster bergigi tajam muncul di depan wajah Lucas.
.
.
."Lucas ...."
"Lucas ....""Hei bangun Lucas!! Kenapa kau berteriak-teriak!!"
Lucas membuka mata, ternyata ia tengah berada di rumah pohon. Ia merasa cukup lega karena semua yang terjadi hanyalah mimpi. Namun, Lucas merasa mimpi itu bukan sekedar mimpi biasa. Terlebih, mimpi tersebut menghadirkan sosok Ayah Lucas yang telah meninggal 2 tahun lalu. Lebih mengejutkannya lagi, daun yang ia ambil di mimpi ternyata saat ini tengah berada di genggamannya. Lucas mengernyitkan dahi seolah memikirkan sesuatu lalu ia bergegas mengambil sebuah buku dari dalam tas dan menggambar sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aşk Multiverse (On Going)
AventuraDalam mimpi, Maraville Lucas melihat sebuah kotak peninggalan sang Ayah. Mimpi itu menariknya untuk mencari kotak tersebut dengan harap ia mendapat kekayaan dan menemukan jati diri. Siapa sangka, perjalanan tersebut bukanlah perjalanan biasa. Karen...