"Seekor kucing akan percaya kepada manusia yang menyelamatkan dirinya dari jalanan."
•♪•
Sayup terdengar beberapa suara manusia yang tengah berbisik-bisik. Lucas masih terlelap dalam mimpi walau suara itu sedikit mengganggu. Lucas terbangun taat kala ia mendengar suara semak-semak yang dilewati oleh sesuatu. Ia duduk lalu mengucek mata agar penglihatannya kembali jelas. Lucas menengok ke arah kanan kiri dan mendapati Astra tidak ada disekitar tempat itu. Lucas panik lalu berdiri untuk memastikan. Ia melihat ke arah semak-semak yang terbagi dua seolah sengaja ditebas oleh manusia.
Semak-semak itu menumbuhkan kecurigaan Lucas. Lucas menyiapkan obor kemudian Ia masuk ke dalam semak-semak itu lalu mengikuti jalan semak-semak yang ditebas oleh manusia sebelumnya. Jalan itu membawa Lucas menuju sebuah gubuk tua di tengah hutan. Semak belukar serta pohon menjulang tinggi mengelilingi gubuk itu. Ditambah cahaya rembulan yang tertutup kabut membuat hutan minim pencahayaan serta membuat suasa semakin mencekam.
Sesuatu melilit kaki Lucas dengan lumayan erat. Lucas mengambil pisau yang sebelumnya telah ia ikatkan di pinggang, kemudian menusuk sesuatu yang melilit di kakinya. Lucas meraih benda itu yang ternyata seekor ular berukuran sedang. Bulu kuduk Lucas berdiri membayangkan hewan buas yang mungkin saja tengah memata-matai dirinya saat ini. Lucas menepiskan ketakutan lalu ia mulai melangkah mendekati gubuk itu. Entah kenapa kecurigaan Lucas terpusat kepada gubuk itu karena mustahil seseorang pernah tinggal di tengah hutan seperti ini.
Lucas mencari celah dari gubuk itu. Sebuah lubang teronggok di bagian bawah gubuk. Lucas menunduk lalu mulai melihat ke arah dalam gubuk. Benar saja, Astra terikat di atas kursi dengan mulut ter-lakban.
Sementara di dalam gubuk, Astra terus berusaha melepaskan diri dari ikatan. Ruangan tempat Astra disekap ini, cukup minim pencahayaan. Hanya ada satu lampu yang menyoroti Astra tepat di tengah ruangan. Dua pria dengan badan kekar dan tinggi mulai mendekati Astra. Mereka melepas lakban yang menutupi mulut Astra.
Mereka menyeringai kemudian berkata, "Bos pasti senang dengan tangkapan kali ini."
Astra mengumpat, "Dasar sialan! Lepaskan aku atau kalian akan tahu akibatnya!"
Dua pria itu saling bertatapan mendengarnya kemudian tertawa secara bersamaan. "Hei lalat kecil! Tutup mulutmu atau kami akan merobeknya."
"Aku tidak peduli! Lepaskan aku!" Teriakan Astra semakin menjadi-jadi membuat dua pria itu naik pitam.
Mereka berdua mengambil lakban yang kotor sebab tergeletak di lantai, kemudian menutup kembali mulut Astra. Astra ingin batuk karena tanah masuk ke dalam mulutnya. Namun hal itu tidak bisa ia lakukan. Ia mulai pasrah lalu memejamkan mata karena putus asa. Dua orang pria itu meninggalkan Astra untuk berpesta merayakan keberhasilan mereka menangkap Astra.
Terdengar suara pintu didobrak. Astra tersentak lalu membuka mata. Terlihat di hadapannya Lucas yang berusaha membuka ikatan kaki Astra. Kemudian Lucas membuka lakban di mulut Astra. Ketika Lucas hendak membuka ikatan tangan Astra, dari belakang ia ditangkap oleh salah seorang pria tadi. Lucas melawan pria itu dengan pisau. Namun pisau itu dengan mudahnya direbut. Pria yang satunya mengambil tali untuk mengikat Lucas.
Dua pria itu tertawa dengan keras. "Kita beruntung malam ini. Dapat menangkap dua ekor lalat."
Astra memberi kode kepada Lucas untuk menendang pisau yang ada di bawah kakinya. Lucas menendang pisau itu kemudian pisau itu terlempar ke arah Astra. Beruntung pisau itu berhenti tepat di samping tangan Astra yang terikat walau tangan Astra sempat tergores sedikit. Astra meraih pisau itu kemudian dengan susah payah membuka tali yang mengikat dirinya.
Astra berdiri sembari membawa pisau kemudian menusuk tangan salah seorang pria itu dari belakang. Tidak berhenti sampai disitu saat pria itu berbalik arah, Astra dengan sigap menusuk pria itu tepat di bagian jantung. Melihat dua pria itu tengah lengah, Lucas berdiri lalu menendang pria satunya. Pria itu sedikit terdorong namun dorongan itu membawanya tertusuk juga oleh Astra.
Lucas berlari bersama Astra keluar dari gubuk itu. Lucas sempat mengambil obor yang sebelumnya ia tinggalkan di luar gubuk. Kemudian Lucas membakar gubuk itu untuk memastikan dua pria tadi meregang nyawa. Setelah itu mereka kembali berlari menuju tempat peristirahatan mereka sebelumnya.
Saat sampai di sana, Astra dan Lucas bergegas mengambil semua barang mereka. Untuk berjaga-jaga sesuatu yang tidak diinginkan kembali terjadi, mereka memutuskan untuk berpindah tempat peristirahatan. Astra meraih tas miliknya lalu ia membuka tas tersebut. Astra menatap sebuah barang yang ada di tas itu.
"Astra! Ayo cepat," teriak Lucas dari kejauhan.
Astra bergegas menyusul Lucas. Ketika mereka sampai di sebuah tebing bukit, Astra mendadak berhenti.
"Ada apa Astra?" tanya Lucas.
Astra mengambil sebuah benda dari tas. "Ini untukmu."
Lucas terkejut melihat benda yang ada di tangan Astra. Gadis itu menjelaskan bahwa botol itu adalah benda yang selama ini Lucas cari.
Lucas terheran kemudian bertanya kepada Astra, "Kau? Bagaimana bisa benda ini ada di tanganmu?"
Gadis itu menunduk lalu menjelaskan, "Sebenarnya aku menemukan benda itu di badan harimau yang mencoba membunuhmu. Aku--" Astra menghela napas sejenak kemudian melanjutkan ucapannya, "--juga ingin mencari harta pohon Nebula untuk mengincar belati yang ada di dalam harta itu. Maaf, karena telah membohongimu."
Bukannya marah, Lucas malah tersenyum menyerahkan kembali botol itu kepada Astra. "Hei, tidak usah begitu. Ayo kita cari pohon Nebula bersama-sama."
Mentari mulai terbit menampakkan keindahan cahaya. Saat itu juga, senyum Astra terbit menghiasi bibir indahnya.
"Ya, seperti ini juga tidak apa-apa," ucap Astra dalam hati.
Astra menatap wajah Lucas. "Terimakasih, Lucas."
"KASS! KASS!"
•♪•
KAMU SEDANG MEMBACA
Aşk Multiverse (On Going)
AventureDalam mimpi, Maraville Lucas melihat sebuah kotak peninggalan sang Ayah. Mimpi itu menariknya untuk mencari kotak tersebut dengan harap ia mendapat kekayaan dan menemukan jati diri. Siapa sangka, perjalanan tersebut bukanlah perjalanan biasa. Karen...