KYB 048. Seperti Keluarga Cemara

19 15 0
                                    

Jangan lupa follow IG kita Karena akan ada kabar terbaru tentang mereka di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa follow IG kita
Karena akan ada kabar terbaru tentang mereka di sana

Happy Reading

"Hidup ini terlalu singkat, jika tidak dimanfaatkan untuk menolong orang lain." ~Edzard Rasendriya.

****

Dua hari yang lalu, Edzard sudah membuat janji dengan Zaza untuk berkunjung ke rumah Dasha. Sekarang mereka sedang menghampiri cathering makanan yang sudah mereka pesan.

Beberapa nasi kotak sudah tersusun rapi di dalam mobil pajero Edzard. Lantas mereka segera bergegas menuju rumah Dasha.

Setelah sampai di tempat tujuan. Mereka turun dari mobil, lalu perlahan berjalan ke rumah Dasha. Raut wajah yang semula ceria mendadak berubah tercengang dan khawatir melihat rumah-rumah yang sudah berantakan sampai tidak berbentuk.

Siapa yang melakukan ini semua? Dimana anak-anak yang tinggal disini? Bagaimana keadaan mereka sekarang? Pertanyaan-pertanyaan terus bermunculan dibenak Edzard dan Zaza.

"Dasha! Fayna! Afnan! Dimana kalian?!" teriak Zaza mencari mereka kesana-kemari.

"Za, lo ke mobil ya? Gue cari mereka di sekitaran sini," ujar Edzard yang berlalu dari samping Zaza.

Namun belum benar-benar pergi, tangan Edzard dipegang Zaza. "Gue ikut."

"Jangan. Nanti kalo lo capek gimana?" tanya Edzard tenang untuk menutupi rasa khawatirnya, karena sampai sekarang Zaza belum tau jika Edzard sudah mengetahui penyakitnya.

"Capek? Istirahat."

"Tapi—" ucapan Edzard berhenti, sebab Zaza sudah pergi meninggalkan Edzard. "Keras kepala," batinya.

Edzard menghembuskan napas berat, lalu berlari mengejar Zaza yang tidak terlalu jauh darinya.

Sudah lebih dari satu kilometer mereka berjalan, tapi sama sekali tidak menemukan keberadaan Dasha dengan teman-temannya.

Dari jarak beberapa meter, Edzard melihat Zaza yang membungkukan badan dengan meremas pinggang bagian kirinya. Tidak hanya itu, Zaza juga terlihat sesekali mengusap area hidungnya dengan tisu.

Ia yakin jika penyakit Zaza kambuh. Lantas Edzard sedikit berlari ke hadapan Zaza, lalu membungkukan badannya, tanpa melihat wajah Zaza. Ia merasa sakit jika melihat wajah pucat Zaza.

"Naik. Gue gendong."

"Ng-nggak, gue berat," tolak Zaza dengan suara terbata.

"Gue kuat. Cepet naik," titah Edzard masih menghadap ke depan. "Kali ini tolong turutin gue."

"Ck, yaudah."

Kaset yang Berdebu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang