KYB 032. Fakta Tentangnya

16 15 0
                                    

Happy Reading

"Kekuranganmu akan dianggap sempurna jika kau bertemu laki-laki yang tepat" ~Edzard Rasendriya

****

Seorang laki-laki berwajah baby face baru saja mengganti pakaian rumah sakit menjadi pakaian rumahan. Sekarang ia bergegas pergi ke rooftop rumah sakit agar bisa menghirup udara segar di pagi hari.

Sesampainya di rooftop ia berdiri di pembatas dengan menikmati hembusan angin yang menyapa permukaan kulitnya. Edzard juga menarik bibirnya ke atas dan memejamkan mata sambil sesekali menghembuskan napas.

Setelah merasa lega, ia membuka mata dan menatap orang-orang yang berlalu lalang di bawah sana. Tiba-tiba pikirannya terbesit ke arah sepasang suami istri yang selalu sibuk bekerja tanpa memperdulikan anak semata wayangnya.

"Ma? Pa? Edzard capek selalu berusaha berfikir positif tentang kalian. Edzard bingung dengan kasih sayang kalian. Bahkan di saat Edzard sakit dan kecelakaan Mama sama Papa tidak peduli sama sekali dengan Edzard. Sampai kapan Mama sama Papa terus mengganggap Edzard nggak ada?"

"Apa sampai Edzard benar-benar nggak ada di dunia? Edzard kangen Ma, Pa. Edzard pengen kayak anak-anak lain yang selalu mendapatkan perhatian dan kasih sayang kedua orang tuanya," lanjut Edzard dengan suara pilu dan sedikit terisak. Ia benar-benar hancur saat ini.

Sikap kedua orang tua Edzard selalu tidak menentu. Terkadang perhatian, tapi tidak terlalu di perlihatkan. Namun terkadang benar-benar tidak peduli dan menganggap Edzard tidak ada.

Apalagi pikirannya juga terbesit bayangan ia bersama seorang perempuan berhijab yang selalu mendengarkan keluh kesahnya. "Edzard jelek banget kalo nangis."

Edzard dengan segera mengapus air mata yang sudah jatuh di pipi seraya terkekeh kecil, setelah mengingat perkataan seorang perempuan berhijab. "Gue nggak nangis kok, Nay. Gue cuma kelilipan kena debu."

Ya, itu adalah jawaban yang selalu Edzard lontaran ketika perempuan bernama Nay meledeknya karena menangis. Edzard memang lemah jika membahas tentang kedua orang tuanya. Tanpa di minta matanya dengan mandiri akan mengeluarkan cairan bening.

"Gue turun deh, takut Tante Balqis nyariin," monolognya lalu turun dari rooftop.

Namun saat ia berjalan menyusuri lorong yang menuju ke ruangannya. Netra Edzard tidak sengaja melihat postur tubuh seseorang yang sangat ia kenal.

"Ngapain dia kesini?" batinnya bertanya.

Tidak tinggal diam. Edzard terus mengikuti dengan menjaga jarak yang cukup jauh agar tidak ketahuan. Sekali lagi Edzard di buat bertanya-tanya dengan orang itu yang masuk ke dalam ruangan seorang dokter yang sangat ia kenal.

Tidak membutuhkan waktu lama, seorang dokter dan pasiennya keluar dari ruangan secara bersamaan. Mereka berjalan menuju ke sebuah ruangan.

"Ruang cuci darah." Edzard mengerutkan keningnya. Sedetik kemudian ia membekam mulutnya menggunakan tangan.

"Nggak mungkin kan? Gue yakin ini pasti mimpi." Lantas Edzard menampar pipinya dengan kencang. "Anshjingggg, sakit bego. Real cuy nggak mimpi."

"Edzard? Ngapain kamu di sini?"

Terdengar suara seseorang dari belakang Edzard. Dengan menampilkan deretan gigi rapinya, Edzard membalikan badan menghadap sumber suara.

"Edzard lagi jalan-jalan, Ma. Bosen di kamar terus."

"Bukanya hari ini kamu pulang?" tanya Mama Stella.

Hari ini, tepat satu minggu Edzard berada di rumah sakit dan diizinkan pulang oleh dokter yang menanganinya.

Kaset yang Berdebu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang