"Haechan, hari ini kamu bakal bikin vlog bareng Mark. Jadi, nanti kalian berdua akan berangkat nanti." Manager Lee menatap Mark dan Haechan secara bersamaan.
"Ada bantahan?" tanya manager Lee.
"Gak ada." jawab Mark dan Haechan.
"Yaudah kalo gitu, kalian siap-siap dulu. Ntar aku datang dan kita terus pergi." Manager Lee melangkah keluar dari dorm dan membiarkan mereka berdua di ruang tengah.
Pada pagi itu, hanya Mark dan Haechan yang terlebih dahulu bangun. Member yang lainnya masih tertidur dengan nyenyak.
Mark menatap kearah Haechan. "Chan, kita sarapan dulu yuk. Biar nanti kita bisa pergi dengan tenaga yang udah diisi." kata Mark.
"Okey." Haechan hanya mengikuti saran Mark.
Menurut Haechan, dia sama sekali tidak ingin menjauhi sesiapa. Karna ini adadlah cara terbaik buatnya melepaskan mereka semua dan melupakan perasaannya.
Terkadang, dia selalu berpikir kalo menjauh adalah hal yang tidak berguna buatnya. Karna itu justru membuatkan dia susah untuk melupakan mereka semua.
Mark dan Haechan kini makan tanpa bersuara. Tiada siapa yang membuka cerita atau bersuara.
"Haechan." panggil Mark.
"Ya? Ada apa?" soal Haechan yang kini menatap ke arah Mark yang ada di hadapannya.
"Apa kau membenci ku?"
Haechan terdiam saat mendengar apa yang ditanyakan Mark kepadanya. Haechan tersenyum lembut. Tatapan matanya lembut saja menikam wajah Mark yang turut menatapnya.
"Tiada keuntungan buat aku membenci kamu, Mark." Haechan menjawab soalan Mark tadi.
Mark kini meletakkan sudu di atas meja dan kembali fokus dengan Haechan. "Apa perasaan mu masih sama?" soalan kedua ditanyakan kembali kepada Haechan.
Haechan terdiam sejenak. "Manusia ada pelbagai sifat. Jika terlalu capek, maka orang itu memilih buat berhenti dan melupakan. Jika terlalu kuat untuk hadapi semuanya, orang itu bakal tetap dengan perasaannya."tutur Haechan.
"Jadi, kau ada di pihak mana antara dua jenis orang itu?" soal Mark penasaran.
"Aku berada di pihak yang memilih untuk berhenti dan melupakan. Karna aku bukan kuat Mark. Sebaliknya, aku capek dan terlalu takut untuk terus maju jika masih dengan perasaan yang sama." jawaban yang diberikan oleh Haechan membuatkan hati Mark sakit saat mendengarnya.
Mark menundukkan kepalanya. "Jadi, apa aku masih punya kesempatan?" Mark kembali mengangkat kepalanya dan menatap Haechan.
Hati Mark berharap bahwa Haechan mengatakan iya saat ini. Hatinya ingin sekali mendengar Haechan mengatakan bahwa dia akan memberika satu lagi kesempatan.
Tatapan mata Mark tidak mampu di bilang bohong saat ini. Hatinya sudah tertawan oleh Haechan. Tapi, andai dia sedar dari dulu tentang perasaannya, dia tidak akan menyakiti Haechan dan pasti pada saat ini, Haechan adalah miliknya.
"Kesempatan memang harus diberikan kepada sesiapa saja. Tapi...aku terlalu takut untuk membuat kesempatan itu sekali lagi. Soalnya, kesempatan yang udah aku kasih, terlalu banyak dan di sia-siakan begitu saja." kata Haechan.
Mengapa harus memberi kesempatan? Berikan lah satu lagi kesempatan. Itulah semua orang selalu katakan. Tapi, Haechan berbeda.
Dia sudah trauma dengan puluhan kesempatan yang dia berikan kepada mereka. Namun, satu pun mereka tidak pernah mau peduli. Di saat dia sudah menyerah, baru saat itulah mereka inginkan kesempatan terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Sunshine | Haechan harem
FanficCinta Haechan tidak diterima dan dibiarkan begitu saja oleh unit Dream. Mereka sama sekali tidak suka dengan pria yang selalu menempeli mereka yang sampai bikin mereka risih. "Menjauhlah Lee Haechan! Aku tidak suka dekat dengan kamu!" "Bisa gak sih...