⚠️PERINGATAN⚠️
-CHAPTER INI MENGANDUNG SELF HARM-
- HARAP JANGAN DITIRU-
- OOC -
- Salam hangat Hasa/Ra -
"Who died?"
Halilintar mengacak-acak rambutnya, terkadang merenggutnya. Helaan panjang terdengar menggema di kamarnya.
Ini hari sabtu. Itu tandanya Halilintar libur sejenak dari ujian akhir semester. Ia sedang mempersiapkan ujian untuk hari senin, mata pelajarannya tak mengandung unsur jurusan IPA.
Jadi Halilintar bisa sedikit santai. Tapi ada yang ia khawatirkan.
Semua barang bukti yang ia pegang, hilang. Surat inventaris dari Nova dan flashdisk. Tiba-tiba hilang, padahal Halilintar menaruhnya di laci yang orang-orang pikir tak akan ada apa-apanya.
"Kenapa bisa hilang," gumam Halilintar, untung ia memotretnya melalui ponsel jadi ada cadangan. Tapi flashdisk itu, flashdisk itu tak bisa dibuka tapi mengapa hilang juga?
Sejauh ini Halilintar hanya bisa bekerja sama dengan penegak aparat hukum sekelas Kaizo. Tapi karena ini bukanlah kasus resmi, jadi Kaizo tak bisa mengerahkan seluruh upayanya untuk mengungkapkan kasus ini. Sebab belum ada surat perizinan penyelidikan.
Halilintar menggaruk-garuk jari telunjuk dipinggiran kuku menggunakan ibu jarinya dengan kuku yang panjang. Hingga mengeluarkan darah.
Halilintar meringis, jari telunjuk ditangan kanannya sekarang berdarah. Padahal baru sembuh seminggu lalu.
Ini adalah kebiasaannya ketika Halilintar merasa sedang stress berat. Melukai dirinya sendiri tanpa bercerita, itu yang ia lakukan sedari usianya menginjak sepuluh tahun.
Halilintar kecil yang pertamakali merasa lega setelah membuat pinggiran kukunya berdarah.
Halilintar kecil yang pertamakali dimarahi hebat oleh Ayahnya, dibentak, tapi ia tak melawan, sebab Ayahnya membentak dengan menangis.
Tapi kebiasaan tetap kebiasaan. Tak akan bisa berubah.
Kamar Halilintar kini sudah berantakan. Pakaian yang dilemari berhamburan keluar, buku-bukunya berserakan di lantai.
Persetan akan dimarahi Ibunya, Ibunya saja sedang kerja.
Halilintar duduk di lantai, menatap seisi kamarnya dengan cemas. Bagaimanapun itu bukti lumayan penting, jika jatuh ke tangan yang salah, bisa mati dirinya.
Jadi Halilintar mencoba untuk mengingat-ingat kembali. Siapa saja yang berani masuk ke kamarnya.
Sejauh ini hanya Rimba sama Taufan.
Masa Taufan sih? Anak itu saja tak berani megang-megang barang di kamarnya.
"Rimba?"
Raut Halilintar berubah menjadi serius. Rimba memang orang baru di rumahnya sih. Harusnya tahu etika dong tak boleh masuk tanpa seizin tuan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR ORGANISASI [Publish Ulang]
Horror¡! BACA DESKRIPSI TERLEBIH DAHULU!¡ Berhati-hatilah kalian. Jika belum pulang ketika jam menunjukkan pukul lima sore. Maka kalian akan hilang. Menceritakan Halilintar Aryatama sebagai ketua OSIS yang baru menjabat. Dia mendapati wejangan dari ketua...