- 01. Langit Angkasa

385 9 0
                                    

"Kehidupan yang gue rencanakan dengan rapi, hangus dibakar takdir yang sebanarnya,"
– Langit Angkasa


***

Semilir angin berhembus di rooftop, menerpa wajah tampan seorang laki - laki yang saat ini tengah memejamkan matanya. Langit Angkasa, memiliki tubuh yang proporsional, hidung mancung, alis tebal dengan bulu mata lentik. Membuat Angkasa berkali - kali lipat terlihat tampannya.

"Aku kangen Cessa,"

Suara itu terdengar sangat lirih, bahkan tidak ada yang dapat mendengar kecuali diri nya sendiri.

"Aku ga akan biarin perempuan itu bebas berkeliaran setelah apa yang dia perbuat sama kamu."

Mata setajam elang itu terbuka. Alisnya menukik, tangannya terkepal erat menandakan bahwa ia sangat emosi.

"Aku ga semudah itu bisa lupain kamu,"

Mata Angkasa kembali meredup. Mengingat wajah perempuan yang selama 2 tahun ini menjadi alasannya untuk semangat menjalani hidup. Tawa nya yang selalu Angkasa suka, seujung kuku pun Angkasa tidak rela perempuannya disentuh oleh lelaki mana pun.

"Huftt.."

"Gue ga bisa gini terus. Cessa pasti sedih liat gue kaya gini."

BRAKK!!

Angkasa terperanjat kaget saat tiba - tiba pintu rooftop terbuka lebar. Angkasa menatap tajam pelaku yang saat ini hanya menampilkan cengirannya.

"Hehehe, santai dong Sa,"

Menghela nafas lelah.

"Lu ngapain disini sendiri? Lo ga ada niatan bunuh diri kan sa?" tanya Abil. Azh Abigail, kerap disapa Abil agar lebih simple.

"Gila lo, Gue masih waras Bil!"

"Muka lo keruh banget sa, kaya orang mau mati besok," sahut Geo tengil. Geolilo Abraham, sering dipanggil Geo, Geo merupakan orang yang sangat tengil. Dia ini pelaku yang dobrak pintu rooftop tadi.

"Sebelum gue mati, biarin dulu gue bunuh lo!"

"Ampunn bapak Angkasa,"

"Kenapa sa? Ada masalah?" Kenandra Adgeziilo, satu - satu nya orang yang paling waras di antara semua teman - teman Angkasa.

"Engga, cuma ke inget Cessa aja,"

"Sa, udah 2 setengah tahun yang lalu, lo belum bisa lupain juga?" tanya Kean. Keandara Adgeziilo, ia merupakan saudara kembar dari Kenan dan abang dari Kenan. Kean ini tengil, bobrok tapi masih tau kondisi.

"Ngga semudah itu buat gue Kean." jawab Angkasa dengan lesu. Kepala nya menunduk dengan mata yang berkaca - kaca. Ia tidak mau teman - temannya melihat  air matanya.

"Sa, lo ga ada usaha! Lo ga ada upaya buat ngelupain Cessa! Makanya sampe sekarang lo ga bisa." ujar Abil dengan mata menyorot tajam Angkasa yang masih menunduk.

"Lo gatau Bil, lo ga ngerti apa yang gue rasain." sahut Angkasa.

"Gue emang ga ngerasain jadi lo! Tapi gue ngerti, gue paham betul gimana rasanya kehilangan orang yang kita sayangin! Tapi lo mau gimana lagi? Lo berlarut sedih juga ga bikin Cessa kembali Angkasa!" sahut Abil kembali.

Angkasa mengangkat kepalanya, menatap Abil dengan tajam.

"Tau apa lo tentang kehilangan? Tau apa lo tentang hidup gue? Lo ga tau setiap malem gue gabisa tidur, selalu di hantui rasa bersalah. Hari - hari hidup gue ga tenang Bil. Pernah lo liat gue ketawa disaat lo ngelawak? Kalian semua cuma liat gue dari sisi luarnya. Angkasa yang dingin, datar dan ga tersentuh. Kalian cuma liat ituu!! Tanpa kalian sadari kalo Angkasa itu rapuh!!" seru Angkasa dengan air mata yang sudah tidak dapat ia bendung lagi karena sesak di dadanya.

"Sa, sorry," ucap Abil pelan.

"Ga masalah." sahut Angkasa menunduk.

Mereka yang melihat keadaan Angkasa sekarang hanya menghela nafas sedih. Tidak menyangka, hidup Angkasa sekeruh ini untuk dilalui.

"Lo bisa Sa, ini semua bukan kesalahan lo. Ayo berusaha, Cessa ga suka liat lo sedih kaya gini," ujar Kenan menepuk pelan bahu Angkasa.

Angkasa tersenyum tipis, kemudian menyeringai.

"Sekarang saatnya gue balas dendam!"

Setelah mengucapkan itu, Angkasa pergi meninggalkan teman - temannya yang tengah kebingungan itu di rooftop.

***

LANGIT ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang