- 06. Takut

174 9 0
                                    

“ Semoga tentang kesalahan ini, bisa jadi pelajaran untuk kedepannya. ”

***

Gladys berdiri kaku didepan sebuah rumah didepannya. Ia meremas pelan jari - jari nya. Menghela nafas berat. Pikirannya berkecamuk. Hal negatif trus menghantui diri nya.

"Hufft.."

Gladys berjalan pelan ke dalam rumah tersebut. Sesampainya diruang tengah, suara bariton menghentikan langkahnya.

"Masih ingat rumah kamu?"

Itu suara Papi nya — Mario.

Gladys menatap Mario takut.

"A-aku nginep dirumah temen, Pi."

Mario mengangkat alisnya. "Temen siapa? Daisy? Dia kemarin malem kesini bingung nyariin kamu!"

Gladys terkesiap. Ia lupa! Lupa mengabari Daisy yang kemarin malam masih menunggu diri nya di club.

"I-itu.. aku nginep dirumah Starla," gugup Gladys.

Mario menghela nafas pelan. Kemudian menghampiri anak bungsu nya. Anak gadis satu - satu nya.

"Kenapa ngga ngabarin Papi, hm ?"

"Hp Gladys mati Pi. Gladys bingung kemarin ngabarinnya gimana, hp Starla juga gada kuota." alibi nya.

"Ga ada kuota?" tanya Mario mengernyit.

"Hah? E-em iyaa Pi gada kuota! Starla belum bayar wi-fi," cengir Gladys canggung. Sungguh, tubuhnya sekarang terasa sangat kaku.

Meski terasa aneh, Mario hanya mengangguk saja.

"Yasudah kamu ke kamar sana, mumpung sekarang weekend, Papi mau keluar sama Mami kamu."

"Mami mana Pi?"

"Masih dipasar,"

"Yaudah, Gladys ke kamar dulu ya, Dadaa Papi," ujar Gladys mengecup pipi Mario sekilas. Mario tersenyum samar.

Gladys buru - buru berlari ke kamarnya dan langsung menutup pintu.

"Hikss,"

Gladys lagi - lagi terisak. Ia sungguh kecewa dengan diri nya sendiri. Papi nya bukan orang yang suka marah - marah. Bahkan, untuk membentak Gladys saja tidak pernah.

"Maafin Gladys Mi, Pi. Gladys kotor, sangat - sangat kotor."

***

11.05 wib

Angkasa baru memasuki apartemen nya setelah menghabiskan waktu diluar tadi. Ia masih sangat memikirkan kejadian semalam dengan wanita yang menyukai diri nya secara terang - terangan — Gladys.

"Brengsek!" umpatnya kepada diri sendiri.

Pikirannya menerawang jauh. Bagaiman jika perbuatan nya semalam bisa menghasilkan benih yang tidak diharapkan kehadirannya?

LANGIT ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang