Dalam malam yang gelap itu, desa Lestari terasa sunyi. Angin berbisik di antara pepohonan, menciptakan suara gemuruh yang melengking. Tidak ada seorang pun yang berani berada di sekitar tanah waqaf yang dulu hidup, namun kini mati. Para penduduk desa berbisik-bisik tentang kilatan cahaya misterius yang terlihat dari tempat itu pada malam-malam tertentu, dan rumor tentang suara bayangan yang merayap di malam gelap.
Di balik kelabu malam, sebuah mobil berhenti di depan gerbang. Dari dalamnya, terdengar suara:
"Kak Jun, kamu yakin kita harus masuk ke sana malam-malam begini? Lagipula, siapa tahu ada yang lain juga di sana," ucap seorang remaja berambut kriting.
"Cak No, kalau emang kita nggak nekat, siapa lagi yang bakal ngurusin tempat ini? Kan tujuannya buat kemajuan pesantren," jawab seorang gadis dengan penuh keyakinan.
Mereka adalah Jun dan Noor, anggota Majelis Ta'li Al Iman yang telah lama merindukan kebangkitan kembali tempat yang mereka cintai. Sambil membawa lampu senter, mereka masuk ke dalam tanah waqaf yang sunyi. Udara terasa dingin, seolah keheningan menuntun mereka ke dalam kegelapan.
"Kak Jun, kenapa atmosfer di sini begitu aneh ya? Kayak ada yang ngawasi aja," ujar Noor sambil menoleh ke semua arah.
"Mungkin karena sudah lama terbengkalai, tempat ini jadi terasa ganjil. Tapi tenang aja, kita lagi berniat baik kok. Ayo, kita coba lihat kondisi di dalam bangunan utamanya," kata Jun sambil memegang erat bahu Noor.
Saat mereka memasuki bangunan utama, suasana semakin mencekam. Bau lembab dan udara yang dingin menyapa mereka. Sambil meraih ujung baju Jun, Noor berkata, "Kak Jun, kayaknya kita nggak sendirian deh. Aku dengar suara langkah di belakang kita."
Mendadak, lampu senter yang mereka bawa padam. Suara-suara gemuruh dan desiran angin semakin terdengar jelas di telinga mereka. Bergetar takut, mereka berdua saling berpegangan dan mencoba menemukan jalan keluar dari tempat ini. Namun, di hadapan mereka, sebuah bayangan hitam mulai muncul perlahan dari kegelapan.
"Siapa kalian yang berani mengganggu ketenangan tempat ini?" suara bergemuruh itu terdengar di dalam ruangan.
Dengan mata berkaca-kaca, Jun menjawab, "Kami hanya ingin menghidupkan kembali tempat ini untuk pesantren kilat, kami tidak bermaksud mengganggu."
"Begitu, tapi kalian tahu nggak apa yang telah terkubur di bawah tanah ini selama bertahun-tahun?" tanya suara itu lagi.
"Kami nggak tahu. Kami hanya ingin memberikan cahaya di tempat yang sudah lama terlupakan ini," ujar Noor dengan sisa keberanian yang ia miliki.
Dalam kegelapan, mereka bisa melihat bayangan itu semakin mendekat dengan gerakan yang semakin cepat. Namun, di saat yang genting itu, tiba-tiba lampu senter kembali menyala. Mereka terdiam, dan ketika kembali menoleh, tidak ada bayangan hitam itu. Hanya tempat yang sunyi, namun kini ditata kembali oleh cahaya dari senter mereka.
Dari malam itu, kilatan cahaya misterius dan suara bayangan itu tidak pernah terdengar lagi. Hanya meninggalkan jejak kebahagiaan yang bergolak di tempat tersebut, seperti mereka yang merindukan kembali kehangatan di tempat yang telah mereka lupakan begitu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Story
Short StoryBerisi kumpulan cerpen cerpen horor-misteri yang seru dan menegangkan! udah baca? Jangan lupa vote yah, thank you!