Senja yang merayap perlahan-lahan selalu membawa nuansa horor di kampung itu. Sinar matahari yang mulai meredup memancarkan bayangan-bayangan yang mencekam di antara pepohonan tua. Penduduk kampung tak jarang memberi peringatan kepada anak-anak, "Jangan bermain terlalu lama di luar, nanti the keeper datang menjemputmu." Mereka memanggilnya "The Keeper," seorang penjaga kuburan yang terlihat seperti bayangan hitam dibawah sinar remang cahaya petang, yang katanya mengumpulkan benda-benda aneh yang ditemuinya di pekuburan. Gelombang desas-desus akan penjaga kuburan misterius ini terus beredar di kalangan anak-anak, menambah kisah horor di kampung kami.
Cerita itu pertama kali kudengar dari Mbah Mar, seorang penggali kubur tua yang bijak dan senang bercerita tentang hantu dan makhluk-makhluk gaib lainnya. "The keeper itu, dia suka mengumpulkan segala macam benda aneh. Kalau dia suka sama barangmu, dia bakal nemplok padamu terus, sampai kamu ngerasa kayak dikejar-kejar terus." Mbah Mar sering mengisahkan cerita ini sambil mencemplungkan cakar kusamnya ke dalam secangkir kopi pahit. Tatapan matanya terlihat menerawang ke masa lalu, penuh mistis, seakan-akan dia sedang kembali ke momen ketika dia sendiri melihat the keeper.
Namun, setiap kata yang keluar dari bibir Mbah Mar selalu menjadi benang merah ketakutan yang kian menggelayuti pikiranku. Aku adalah salah satu orang yang tetap ragu akan cerita-cerita seram semacam itu. Aku tidak percaya pada hantu atau penjaga kuburan yang mengumpulkan barang-barang aneh. Aku hanya menganggap itu sebagai dongeng belaka.
"Tapi kau tak pernah melihatnya sendiri, kan?" tanyaku penuh rasa penasaran.
Mbah Mar tertawa geli. "Aku mungkin tak pernah melihatnya, tapi aku melihat bayangannya. Hitam pekat, seperti malam yang menganga. Dia suka sekali menguntit siapa pun yang masuk ke wilayah kekuasaannya. Dan jika dia suka dengan suatu benda, maka dia akan mengikuti orang itu hingga akhir hayatnya."
Aku menyeduhkan secangkir kopi pahit untuk kami berdua sambil duduk di teras rumah Mbah Mar. Udara senja yang mulai menguar di sekitar kami membawa angin sejuk dan sedikit kabut. Aroma pembakaran sampah dan dedaunan kering menjadikan suasana semakin mencekam.
"Entahlah, Mbah. Aku tak percaya akan cerita itu," ujarku sambil menyeruput kopi hitam kental.
Mbah Mar tersenyum penuh makna, "Kau boleh saja tidak percaya, Nak. Tapi sebaiknya kau berhati-hati. The keeper bisa jadi lebih nyata daripada yang kau pikirkan."
Namun, malam itu, ketika aku sedang dalam perjalanan pulang setelah menjenguk Mbah Mar, sesuatu yang aneh terjadi. Langkah-langkahku terasa begitu berat ketika aku memutuskan untuk pulang. Tidak ada angin yang berhembus, tapi kulitku merinding seolah ada tatapan yang memperhatikanku. Aku merasa seakan-akan ada yang mengikuti langkahku. Suara langkah kaki bergema di belakangku, meskipun saat aku menoleh, tak ada siapapun di sana. Dari balik gemeretak daun, aku melihat bayangan hitam yang menghilang perlahan ke dalam kegelapan malam.
Kejadian itu meninggalkan rasa takut yang sulit kuungkapkan. Aku takut menceritakannya kepada siapapun, takut dianggap gila. Namun, kejadian itu terus membayangi hariku selanjutnya.
Beberapa hari kemudian, aku mendapat tugas dari kampus untuk melakukan penelitian di kuburan tua yang terletak di pinggiran kota. Saat itu matahari mulai menuju ufuk barat, dan aku tahu, aku harus berani menghadapi kegelapan. Namun, semakin larut malam, hatiku semakin terasa gelisah.
Ketika tibalah saatnya untuk pulang, aku melihat sesuatu yang sangat aneh. Sebuah boneka tua tergeletak di samping makam tua yang tertutup lumut. Boneka tersebut terlihat begitu usang, dengan matanya yang terlihat hampir sama dengan bayangan yang kudapati di belakangku beberapa malam yang lalu.
Aku merasa tidak enak, namun rasa penasaran menggetarkan diriku. Aku meraih boneka tua itu, dan seolah ada sebuah kekuatan misterius yang mengalir masuk ke dalam diriku. Perasaan takut mendadak menjalar di setiap serat syarafku. Malam itu, sesuatu berubah. Mimpi buruk menyeruak masuk ke alam sadarku. Aku terbangun di tengah malam dengan keringat membasahi seluruh tubuhku. Boneka itu, yang semula aku simpan di lemari, kini berada di samping tempat tidur. Aura yang menyeramkan terasa begitu kental di dalam kamar kecilku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Story
Short StoryBerisi kumpulan cerpen cerpen horor-misteri yang seru dan menegangkan! udah baca? Jangan lupa vote yah, thank you!