Di suatu kota kecil yang dikelilingi oleh perbukitan, terdapat sebuah dukuh yang jarang terjamah oleh penduduk setempat. Dibangun pada zaman kolonial, bekas bangunan pesantren tua yang kini sudah lapuk terletak di tengah dukuh. Konon katanya, pesantren tersebut ditinggalkan begitu saja oleh pengelolanya pada masa lalu dan sejak itu menjadi tempat yang angker.
Suatu malam, Siti, seorang gadis remaja yang enerjik, penuh semangat, dan agak nekat, sedang duduk-duduk di warung kopi milik Pak Joko, yang berada tak jauh dari pesantren tua tersebut.
"Pak Joko, apakah benar cerita tentang pesantren tua itu?" tanya Siti sambil mencegah gelas kopi di telapak tangannya.
Pak Joko mengangguk pelan, "Iya, kata orang-orang sih begitu. Pesantren sialan itu katanya angker banget. Menurut legenda yang berkembang, konon kutukan dan roh jahat berkeliaran di sana."
Siti tertawa, "Ah, cerita horor doang, Pak. Gak mungkin lah aku percaya begitu aja."
"Entahlah, Siti. Tapi lebih baik hati-hati. Tak ada salahnya untuk tidak mencoba mendekati tempat yang tak jelas macam begitu," kata Pak Joko sambil membersihkan cangkir kotor di belakang mejanya.
Ditengah tawa mereka, tiba-tiba sebuah bayangan lewat di balik jendela warung. Suara langkah kaki terdengar samar-samar. Siti pun langsung merinding. "Pak Joko, apakah kamu melihat itu?" tanyanya.
Pak Joko menoleh ke arah jendela, tetapi tak ada yang terlihat. "Ah, mungkin hanya guruh, Siti. Tidak perlu khawatir," jawabnya sambil memberikan senyuman untuk menenangkan.
Namun, sejak malam itu, Siti sering kali mendengar suara aneh di sekitar pesantren tua itu. Suara seperti tangisan, sering kali terdengar dari balik rerimbunan pepohonan. Namun, seperti juga yang dikatakan Pak Joko, tak ada yang memperhatikan kejadian yang sama.
Hingga suatu malam, Siti dan teman-temannya tengah berkumpul untuk merayakan ulang tahun salah seorang di antara mereka. Pesta kecil itu berjalan meriah di sebuah rumah kosong dekat pesantren tua. Mereka menikmati musik, tawa, dan canda di tengah malam yang berkabut.
Namun, tiba-tiba terdengar suara aneh yang membuat mereka terdiam sejenak. Siti yang nekat pun mencoba mengalihkan perhatian dengan mengajak teman-temannya bernyanyi. Namun, takdir berkata lain. Terdengar suara ayunan dari balik rerimbunan pepohonan di belakang pesantren tua.
"Serem banget, guys. Mau cek ke sana gak?" ajak Rina, salah seorang temannya yang senang dengan hal-hal berbau misteri.
"Aduh, gak usah deh, Rina. Mending nikmatin aja lagi, nggak usah diurusin," kata Siti mencoba menenangkan diri.
Namun, Rina sudah berdiri dan melangkah ke arah rerimbunan pohon. Mendadak, udara menjadi dingin sekali. Siti bisa merasakan sesuatu yang aneh. Namun, mereka semua seakan tak bisa berbuat apa-apa ketika Rina memasuki area pesantren.
Siti dan teman-temannya mencoba memanggil Rina berkali-kali, tetapi tak ada jawaban. Mereka semakin panik dan mulai merasa bahwa ada sesuatu yang tak beres di tempat itu.
Tiba-tiba, sebuah boneka tua muncul di depan mereka, bergoyang-goyang di antara pepohonan. Mata boneka itu seakan menatap dalam kegelapan malam. Mereka menjadi semakin panik dan ketakutan. Mereka pun segera meninggalkan tempat itu, meninggalkan Rina yang tak kunjung kembali.
Kejadian itu menjadi pembicaraan hangat di kota keesokan harinya. Banyak yang mulai curiga dengan keberadaan pesantren tua itu, dan mulai mengaitkan kejadian itu dengan kutukan yang selama ini bersarang di sana.
Siti dan teman-temannya pun memutuskan untuk mengadakan penyelidikan sendiri ke pesantren tua. Pada malam berikutnya, mereka datang membawa alat-alat perlindungan diri dengan perasaan tegang yang sulit diungkapkan.
Mereka memasuki pesantren di tengah kegelapan, hanya membawa senter sebagai penerangan. Suasana begitu sunyi, hanya suara langkah kaki dan suara nafas yang terdengar di antara dinding-dinding bangunan tua.
"Kita harus hati-hati. Kita tak tahu apa yang sedang menunggu di sini," kata Adi, salah seorang teman Siti.
Tiba-tiba, senter yang mereka bawa mati, meninggalkan mereka dalam kegelapan total. "Aduh, senterku mati. Maaf ya, teman-teman, kalian harus menunggu sebentar," ujar Siti berusaha menyalakan senter kembali.
Saat itulah, terdengar langkah kaki yang menghampiri mereka perlahan. Mereka merasa kedinginan, padahal suhu malam itu seharusnya tak dingin.
"Teman-teman, ada apa ini?" bisik Siti ketakutan.
"Entahlah, tetapi aku merasa bahwa kita tak sendiri di sini," sahut Rizky dengan nada seram.
Mereka terus berjalan di tengah kegelapan, mencoba mencari sumber cahaya lain. Sampai akhirnya, mereka menemukan sebuah ruangan yang amat gelap. Mereka masuk ke dalamnya, mencoba menemukan sumber cahaya di dalam ruangan tersebut.
Namun, di dalam ruangan gelap itu, mereka hanya melihat boneka tua yang berdiri di tengah-tengah ruangan. Boneka itu bergoyang-goyang seperti yang pernah mereka lihat sebelumnya. Siti dan teman-temannya merasa jantung mereka berdegup kencang.
Tiba-tiba, boneka itu mulai berbicara, "Kalian masuk ke sini tanpa izin. Kalian harus membayar harga nya. Kini kalian akan menjadi milikku selamanya..." Suara itu begitu mengerikan dan membuat bulu kuduk mereka berdiri.
Mereka berusaha keluar dari ruangan tersebut, namun pintu ruangan tersebut tertutup dengan sendirinya dan tidak ada yang bisa membukanya. Mereka merasa terjebak, dan ketakutan mereka semakin memuncak saat mereka mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat.
Siti dan teman-temannya berusaha keras untuk keluar dari pesantren tua tersebut. Mereka berteriak meminta tolong, namun tak ada seorang pun yang mendengar. Seketika, mereka merasa bahwa ada sesuatu yang mengikuti mereka, sesuatu yang tak kasat mata.
Saat mereka hampir kehilangan harapan, tiba-tiba senter Siti menyala kembali, memberi mereka sinar terang.
"Ayo, cepat! Kita harus keluar dari sini sekarang juga!" teriak Siti sambil menuntun teman-temannya keluar dari ruangan tersebut.
Mereka berhasil keluar dan lari sejauh mungkin dari pesantren tua tersebut. Mereka bernapas lega begitu jauh dari bangunan itu. Persahabatan mereka pun semakin erat setelah melewati kejadian menyeramkan tersebut.
Sejak kejadian itu, mereka berjanji untuk tidak pernah mengganggu atau mendekati pesantren tua itu lagi. Mereka juga berjanji untuk selalu menjaga satu sama lain, dalam kebaikan maupun kesulitan.
Kisah menyeramkan itu menjadi pembelajaran bagi mereka bahwa ada hal-hal di dunia ini yang tak bisa dijelaskan dan lebih baik dijauhi. Hanya saja, Siti dan teman-temannya tak pernah tahu apa sebenarnya yang terjadi pada Rina. Hingga kini, Rina masih hilang tanpa jejak, meninggalkan misteri yang membebani hati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Story
Short StoryBerisi kumpulan cerpen cerpen horor-misteri yang seru dan menegangkan! udah baca? Jangan lupa vote yah, thank you!