🍄Ke Delapan belas

1.5K 91 0
                                    

Vanel menatap pantulan dirinya di cermin,niatnya siang ini ia hendak pergi ke Gramedia di pusat kota.

Setelah dirasa semuanya telah lengkap ia berjalan keluar kamar, menutup pintu tersebut lalu berbalik badan.

"Aaaaaaaa"jerit nya kencang,ia merasakan debaran jantungnya yang menggila.

"Lo siapa?ngapain Lo di rumah ini? Mau maling ya hah"Vanel mengambil kemoceng yang berada di dekatnya, tanpa segan ia memukul mukul cowok yang baru saja keluar dari kamar sebelah.

"Eh Van ini gue"tutur cowok itu sambil menangkis pukulan pukulan dari Vanel.

"Ya Lo siapa?"teriak Vanel kencang.

"Yaelah Vanellll"Vanya yang sedang menyapu di lantai bawah segera keatas tepatnya saat mendengar jeritan Vanel tadi.

"Kamu gila?"Vanya memasang badan di depan cowok yang Vanel pukuli.

"Ya dia siapa Nya?barusan dia keluar dari kamar Lo bego,kok malah Lo bela dia?"

Penuturan Vanel membuat Vanya dan cowok itu saling pandang.

>>>

"Kamu kenapa sih Vanel?"tanya Kanaya.

"Ya aku kan kaget Bun,refleks istilah nya"

"Kalau kaget doang kamu gak mungkin mukulin Marvin kayak gitu dong"tutur Kanaya.

Vanel memainkan lidah di dalam mulutnya,ia melirik ke samping kanan dimana Vanya sedang mengobati luka di kening Marvin akibat kena pukulan kemoceng tadi oleh nya.

"Ya emang dia siapa?aku kan kaget  ada dia baru keluar dari kamar Vanya"kata Vanel.

"Kamu lupa?"Kanya menatap putrinya sulit.

"Lupa?lupa apa nda?"Vanel menatap bundanya bingung.

"Dia itu suami aku Vanel masa kamu lupa,padahal baru sebulan lalu aku nikahnya juga,terus tiap hari kan kak Marvin ada disini bareng kita masa kamu lupa?"

Otak Vanel bekerja berusaha mengingat ingat,tetapi nihil.

"Nikah?"beo Vanel,ia menatap meja di hadapannya dengan tatapan kosong.

"Lo hamil di luar nikah"setelah mengatakan itu,Vanel mengaduh sakit karena bibirnya di Sentil oleh kanaya.

"Ih bunda sakit tau"

"Makannya kalau ngomong jangan asal"Kanya menegur.

"Besok ikut bunda ke rumah sakit"

"Ngapain?"Vanel bertanya bingung.

"Periksa,bunda aneh masa kamu bisa lupa kalau Marvin suami Vanya"kata Kanaya mulai melangkah menjauhi ruang tamu.

"Yahhh bun,besok aku mau maraton"

"Maraton apaan?"Kanya menyahut.

"Baca novel"Vanel menyengir kala melihat kepala Kanaya menyembul dari balik tangga.

"Pinjam waktu kamu dua jam doang"

Vanel hanya bisa mengangguk lesu, sekali lagi matanya ia lirikkan ke arah Vanya dan Marvin yang tampak bercanda ria.

"Kelas 11 udah punya suami?"gumam nya pelan.

>>>

"Kamu kenapa sampai bisa Amnesia Nel?"tanya Kanaya bingung.

"Aku gak tau nda,"Vanel melirik dokter di hadapannya,ia bergumam
'Dokter gadungan kali,masa gue amnesia padahalkan gue gak kepentok  jatuh apalagi kecelakaan'

Kanaya merangkul Vanel meninggalkan area Rumah sakit,di kepala Kanaya sekarang banyak sekali pertanyaan mengapa salah satu putrinya bisa mengalami amnesia mendadak gini?.

"Kamu yakin gak kena apa apa kepala kamu?"

"Yakin nda,"Kanaya memijat pangkal hidungnya,matanya melirik Vanel yang tengah menyetir mobil.

"Semoga kamu baik baik aja ya, Maafin bunda gak becus jagain kamu" penuturan dari Kanaya membuat hati Vanel tersentuh.

"Ndaa ih ngomong apa sih,bunda udah jadi ibu terbaik kok buat aku, ini karena kesalahan aku sendiri kayak nda sampai kayak gini, bukan salah bunda atau siapapun,udah ya jangan nyalahin diri bunda terus" Vanel menatap sekilas Kanaya yang menghapus air matanya.

"Vanel sayang banget sama bunda, bunda Kanaya adalah ibu terbaik di dunia Vanel" kata Vanel sambil menggenggam tangan kanan Kanaya.

Kanaya tersenyum di sela Isak tangisnya,ia merasa gagal karena tak tau apa yang terjadi dengan Vanel hingga membuat Vanel Amnesia.

"Bunda juga sayang sama kamu,putri kecil bunda" Kanaya mengelus kepala Vanel saat gadis itu menaruh kepala ke atas bahunya.

"Makasih bunda"

>>>

Vanel membenarkan tataan rambutnya yang sedikit acak acakan, ia melewati koridor yang sudah tampak sepi,karena bel masuk sudah berbunyi sekitar 3 menit yang lalu.

"Kak Vanel"Vanel menghentikan langkahnya,lalu berdecak malas saat melihat siapa yang memanggil.

Alika Yulizen Restiana,murid SMA Adhitama memberi gelar pada gadis itu Malaikat penyembuh.

"Kak Vanel di suruh ke roof top sama Kak Zidan nanti istirahat"tutur nya lembut.

Vanel menghadap ke kanan tepat dimana Alika berdiri,ia menatap sinis gadis itu.

"Bilangin aja,waktu gue terlalu berharga,lagian harusnya Lo jadi pacarnya harus tegasin dong, masa cowoknya sibuk sama cewek lain diem aja" Vanel berkata ketus membuat Alika tersenyum manis.

"Kan perkara penting kak,jadi ngapain harus di tegasin"

"Lo jadi cewek gak usah bodoh bodoh amat bisa gak sih,cowok Lo itu emang gila sampai minta tolong sama ceweknya buat ngasih pesan ke cewek lain"

"Tapi kak-"

"Stop!gue tau kenapa Lo keliatan biasa biasa aja"Vanel melirik ke belakang tepat di belokan koridor arah Alika datang tadi.

Ia tersenyum miring,matanya kembali fokus ke Alika.

"Kenapa emang kak?"

"Ya karena Lo gak cinta sama Zidan, Lo cintanya sama kekasih gelap Lo itu kan?"kata Vanel sarkas.

Alika menggeleng keras.
"Enggak kak,aku gak punya kekasih gelap,aku juga cinta kok sama kak Zidan"

"Oh ya?terus kekasih gelap Lo itu mau Lo kemanain?"

"Aku gak punya kekasih gelap kak!" Alika terus mengelak tuduhan Vanel.

"Varo?"Vanel tersenyum sinis saat Alika terdiam.

"A-aku sama kak Varo gak ada apa apa,cuman sebatas adik dan kakak kelas doang"

"Terserah Lo mau ngomong apa gue gak peduli,yang jelas tegasin ke cowok Lo kalau gue gak punya waktu buat ketemu sama cowok Manado sejenis Zidan paham Lo!"Alika mengangguk cepat,ia menatap Vanel yang menjauh dari tempatnya berdiri.

"Lo tega banget ya sama gue Al"

Alika membalikkan badan terkejut melihat seseorang di hadapannya saat ini.

_____

Lebak,13 Desember 2023
Jangan lupa vote dan komen

Real Or Fiction? (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang