🍄Ke Dua puluh Tiga

354 26 1
                                    

Tatapan mencemoh kini banyak Vanel dapati, ia mengeratkan tali tasnya, setelah tiga hari di skors kini Vanel kembali ke sekolahnya.

"Gak ngerasa salah ya"

"Tapi emang Vanya beneran hamil diluar nikah? "

"Iya juga ya, ihs sama aja dua duanya emang gak tau malu"

"Pagi Vanel" Moana tersenyum ceria lalu mengapit lengan kanan Vanel.

Mereka berjalan bersama menuju kelas, melewati bisikan bisikan yang bukan sebenarnya bisikan karena terdengar jelas ditelinga keduanya.

"Pagi beps"Dea memasuki kelas lalu duduk di bangkunya, ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Loh kalian emang gak bareng?"

"Gak Mon, gue tadi berangkat duluan ke rumah Randy, tante Mila ngajak sarapan bareng soalnya" jawab Dea diangguki Moana.

"Nel udah gak usah dipikirin"

"Gimana gue gak mikirin Dey, masalah ini bikin gue seolah olah bener bener pelakunya padahal itu cuman fitnah" Vanel menghela nafas lelah.

"Sabar ya, masih ada kita kok" Moana mengenggam tangan Vanel sambil tersenyum meyakinkan.

"Thanks ya, kalau gak ada kalian gue udah bener bener gak tau arah mau kemana"

>>>

Vanel menatap gerbang Rumah nya dalam diam dari Mobil yang ia naiki, ini bukan mobilnya, hanya saja Dian mamah Dea mengirim supir untuk menjemputnya.

"Sakit banget ya gak dipercaya keluarga sendiri dalam keadaan Amnesia gini" Vanel mengulas senyum pahit.

"Yaudah pak ayo jalan lagi"

>>>

Di sebuah kamar bernuansa hitam yang sangat minimal cahaya itu, ada seorang cowok duduk di meja belajarnya.

Hanya lampu belajarnya yang menyala ditengah gelapnya ruangan itu, tetapi ia tak masalah, sudah hari ke empat ia belum menemukan adiknya.

Vero menatap buku dihadapannya dengan tatapan kosong, ia rindu Vanel, dimana adiknya berada sekarang?.

Bertanya dengan dua sahabat gadis itu pun tak ada yang menjawab dimana Vanel berada.

Cengkeraman di tangannya menguat, matanya menajam.

"Gue pastiin lo bakal nyesel Marvin"

>>>

"Makasih ya udah nganter aku, padahal kamu kan mau kerja" Marvin tersenyum lembut ia mengusap rambut Vanya pelan.

"Aku gak mau kamu kenapa kenapa, nanti pulang telpon aku ya, kalau jadwal aku gak padat aku usahain buat jemput kamu"

"Iya, makasih ya masih mau bertahan di samping aku, padahal kamu kena fitnah dari Vanel"

"Gak papa sayang, mungkin dia emang gak suka kamu bahagia makannya ngancurin kamu lewat aku dulu"

"Harusnya aku yang bilang ke kamu, maaf gara gara aku sekolah kamu jadi berantakan gini" lanjut Marvin sambil mengelus punggung tangan Vanya lembut.

"Bukan salah kamu kok, ini juga kemauan aku, maaf ya punya istri yang gak berguna kayak aku"

"Sstt, kamu itu melebihi perempuan di luar sana, kamu yang pemenangnya di hati aku, apapun yang terjadi jangan tinggalin aku ya" Marvin mengecup punggung tangan Vanya membuat mata gadis imut itu berkaca kaca.

Mereka berpelukan sebentar untuk salam perpisahan pagi ini.

"Hati hati ya"

"Belajar yang rajin, biar nanti anak kita pinter" kata Marvin dibalas kekehan kecil Vanya.

"Siap pak boss"

Vanya menatap mobil Marvin yang melaju meninggalkan dirinya di depan gerbang sekolah barunya.

Setelah permasalahan kemarin, Kanaya meminta Vanya dan Marvin untuk tinggal di rumah Marvin, dan juga untuk menghindar dari berita yang masih panas itu.

"Aku bahagia tanpa kamu Vanel" tuturnya pelan.

>>>

Vanel menatap pohon pohon di depannya, ia sedang berada di belakang sekolah sendirian.

Dea dan Moana sudah mengajak nya ke kantin hanya saja ia tak mau ikut, dirinya masih malas mendengar cibiran cibiran yang menusuk dari siswa siswi di SMA ini.

Sesuatu yang dingin menempel di permukaan pipinya membuat mata nya yang terpejam terbuka, ia menoleh mendapati Elang teman sebangku nya yang baru itu menatapnya sambil tersenyum tipis.

"Hai" sapanya lalu duduk di samping Vanel.

Vanel menggeser sedikit tubuhnya agar Elang mendapat tempat duduk sedikit luas.

"Hai, ngapain lo kesini? " tanya Vanel bingung.

"Gue biasanya emang kesini dari kantin, eh ternyata ada lo disini"

Vanel menggaruk pipinya yang tak gatal.
"Sorry ya nempatin tempat lo"

Elang menahan Vanel yang hendak berdiri, membuat Vanel mengernyitkan kening bingung.

"Mau kemana? "

"Ah, ke kelas gue takut ganggu lo" jawab Vanel kikuk.

"Enggak, udah duduk aja, bukan gak milik gue ini juga bangkunya" Vanel akhirnya mendudukkan tubuhnya lagi di samping Elang.

"Nih buat lo" Vanel menatap sebungkus Roti dan air mineral terulur di hadapannya.

"Gak usah, gue belum laper" namun perutnya tak menuruti perkataannya, Vanel meringis malu saat Elang terkekeh geli setelah mendengar suara perutnya.

"Yakin?" tanya Elang sambil mengulum senyuman geli.

"Ish, yaudah deh gue makan thanks ya"

"Sama sama"

>>>

"Deketin lah bro" Dean tersentak kala melihat Banyu di samping nya.

"Apasih lo"

Banyu terkekeh kecil ia mengikuti langkah Dean meninggalkan halaman belakang sekolah.

"Sejak kapan nih?" tanya Banyu dengan senyuman mengejeknya.

"Apanya? " Dean bertanya bingung.

"Lo suka sama Vanel"

"Dih, kata siapa lo? Mana ada gue suka sama tuh cewek"kata Dean cepat.

"Yaelah bro jujur aja kali"

"Lo tau kan Zidan suka sama Vanel, kalau dia denger ucapan lo tadi bisa abis gue sama lo ditangannya" Banyu tertawa mendengarnya.

"Gara gara takut sama Zidan lo gak ngaku? " ledek nya membuat Dean refleks ingin memukul cowok itu.

"Ampun bang" Banyu menyatukan tangannya di depan dada lalu pergi cepat.

"Sialan! Apa apaan tuh si air gue suka sama Vanel juga kagak" umpat nya kesal.

Matanya tak sengaja menangkap kembarannya yang tengah bermesraan dengan Randy, membuat ia berdecak kesal.

"Kenapa ya cewek itu selalu cepet dapetin cintanya? Sedangkan cowok kayak susah banget buat dapetin cintanya? "

>>>

Vanel meringis saat jarinya tak sengaja tergores pisau, saat hendak menyedot darahnya seseorang mengambil jarinya lalu menyedot darahnya membuat Vanel terdiam.

"Dean" Dean melepas tangan Vanel cepat.

"Maaf maaf gue refleks, lo kalau pegang pisau hati hati" kata Dean lalu pergi dari dapur.

Vanel masih terdiam di tempat, ia menatap jarinya yang sudah bersih dari darah.

"Refleks?" gumamnya lalu tersenyum kecil.

_______

Hai Hai maaf aku baru kembali, yang lupa alurnya boleh baca alur dua puluh satu biar tau konflik yang lagi terjadi.

Ada yang masih nunggu kah?

Lebak, 06 februari 2024

Jangan lupa vote dan komennya jangan sampai ketinggalan oke.

Real Or Fiction? (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang