Prolog

9.2K 312 3
                                    

Suara hembusan nafas teratur terdengar di sebuah kamar minimalis, sesekali terdengar pula suara mesin dari kipas angin.

Suasana malam yang hening itu membuat seorang gadis yang terlelap menjadi kian nyenyak.

***

"Bella kau tidak mematuhiku lagi?!" Kata seorang pria dengan balutan jas rapi itu dengan marah, matanya memerah dan urat-urat didahinya terlihat menonjol, dia menggertakkan giginya menahan agar tidak membentak gadis dihadapannya itu.

"Bukankah sudah kukatakan bahwa kau tidak boleh keluar tanpa seizinku?!" Pria itu mencengkram bahu Bella, ia terlihat kesakitan tetapi gadis itu memilih untuk bungkam, tatapan matanya menunjukkan sikap keras kepala dan tegas.

"APA YANG SEBENARNYA KAU INGINKAN?" Habis sudah kesabarannya saat melihat Bella tidak menjawab pertanyaannya. Nafasnya memburu saat emosinya diujung tanduk.

"Lepaskan aku" Ujar Bella pelan.

"Apa?" Pria itu melepaskan cengkramannya dari bahu Bella, sedangkan Bella hanya menatap pria didepannya dengan tatapan sulit diartikan.

"Lepaskan aku, Jeff."

Jeffrey menatap Bella dengan pandangan tidak mengerti, nafasnya yang mulai kembali teratur menandakan bahwa emosinya mereda.

"Lepaskan aku dari sangkar emas yang kau buat Jeff."

DEG!

Rasanya jantung Jeffrey seperti diremas oleh tangan tak kasat mata, terkejut dengan ucapan Bella yang kini ia tau kemana arah pembicaraan itu nantinya.

"Lepaskan aku Jeff, kumohon. Beri aku kebebasan, aku bukan burung yang harus terus dikurung, aku juga ingin melihat dunia luar tanpa adanya pengawasan dan peraturan darimu. Lepaskan tali kekang ini Jeff, itu selalu membuatku sesak. Jadi kumohon—"

"Cukup." Jeffrey memotong perkataan Bella karena ia tak sanggup lagi mendengar hal yang akan dikatakan Bella selanjutnya, yang ia yakini bahwa itu adalah kata yang paling dia takuti dan benci.

"Ayo akhiri ini Jeff" Ucap Bella dengan tegas dan yakin, ia berusaha tetap teguh atas keputusan yang diambilnya walau air matanya terus mengalir.

Hancur, itu yang dirasakan Jeffrey saat mendengar perkataan itu, dunianya terasa gelap. Hal yang ditakutinya terjadi, gadisnya itu ingin pergi darinya.

"Bella apa yang kau maksud? jangan bercanda denganku, kumohon tarik kembali ucapanmu itu. Kata-kata itu menyakiti hatiku." Jeffrey menatap Bella dengan tatapan memohon, ia sungguh berharap itu adalah lelucon ataupun prank yang dibuat oleh kekasihnya. Tapi harapan Jeffrey pupus saat melihat tatapan tegas itu, tubuhnya meluruh kelantai dan berlutut dihadapan Bella.

Dia menggenggam kedua tangan Bella sembari memohon, "Kumohon jangan tinggalkan aku, aku berjanji tidak akan mengekangmu lagi, kumohon." Air mata pria itu menetes, sorot matanya memancarkan kesedihan serta ketulusan.

Bella menggeleng pelan, "Aku sudah terlalu lelah dengan sikap posesifmu Jeff! aku dapat mengerti jika kau melarangku untuk berdekatan atau berbicara dengan pria lain. Tetapi Jeff, kau bahkan melarangku meninggalkan apartemenmu, melarangku menemui kedua orang tuaku, melarangku pergi tanpa seizinmu, melarangku menghubungi keluargaku! seluruh kegiatanku di apartemenmu kau pantau, apa yang kumakan, yang kukenakan juga kau atur. Sebenarnya kau menganggapku apa Jeff?! BONEKA?!"

Jeffrey berdiri lalu menarik Bella kedalam pelukannya, gadis itu memberontak tetapi dia tidak bisa melawan tenaga Jeffrey. Keduanya menangis dalam diam.

"Apa kau mencintaiku? atau itu hanya sekedar obsesi saja Jeff?"

Jeffrey menggeleng pelan lalu mengeratkan pelukannya, "Aku hanya takut kehilanganmu." bisiknya di telinga Bella. Ia mengelus punggung gadis itu untuk menenangkannya.

"Tapi aku tersiksa Jeff! aku merasa seperti tahanan!" Suara Bella mulai melembut, tanda bahwa dia mulai luluh, ketegasan tadi entah menghilang kemana.

Jeffrey mengecup puncak kepala gadis dipelukannya itu, "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu merasa seperti itu, aku akan berusaha untuk menekan sifat posesifku itu. Jadi Bella, beri aku satu kesempatan lagi ya?"

Bella mengangguk dan membalas pelukan kekasihnya itu. Senyum Jeffrey mengembang, terlintas kelicikan dimatanya saat Bella luluh dengan ucapannya itu, matanya yang gelap bersinar akan obsesi dan cinta.

Bagaimana mungkin dia rela membiarkan Bella keluar dan dipandangi oleh banyak pria? untuk sekarang dia harus menenangkan emosi gadis itu dulu.

Jeffrey menunduk lalu membubuhkan ciuman lembut di bibir Bella, melumatnya perlahan dengan penuh perasaan. Bella menutup matanya seraya melingkarkan tangannya dileher Jeffrey dan membalas ciuman Jeffrey.

Jeffrey menggendong Bella ala koala lalu berjalan menuju kamarnya, tanpa melepaskan ciuman mereka. Dia merebahkan tubuh Bella dengan lembut dan menatap Bella dengan tatapan penuh kasih, dikecupnya kening gadis itu lalu turun ke kelopak mata, kemudian beralih ke kedua pipi serta hidungnya. Terakhir, Jeffrey mengecup bibir Bella dan melumatnya.

"eugh.."

***

Mata gadis yang terlelap itu mengerjap pelan, menyipitkan mata menyesuaikan cahaya lalu mengambil ponsel di sisi bantalnya untuk melihat waktu. Menguap pelan lalu bangkit dan mematikan kipas angin.

Ia berjalan menuju kamar mandi kemudian menatap pantulan wajahnya didepan cermin, teringat kembali mimpi yang dialaminya tadi malam, dia menghela nafas saat melihat matanya yang terlihat bengkak.

Wajahnya tidak terlihat segar seperti orang yang bangun tidur, dia terlihat sangat lelah.

"Bella kok ga ada suara airnya? cepetan mandi adekmu mau mandi juga!"

"Iya ma bentar!" Teriak Bella menjawab perkataan sang mama.

Pikirannya mengingat kembali pelukan hangat dari Jeffrey, ia mengusak rambutnya frustasi.

"Sialan!"

Dreamland [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang